Chereads / DINGINNYA SUAMIKU / Chapter 8 - BAB 8

Chapter 8 - BAB 8

"Bismillah, semoga di hari pertama kerja aku tidak akan banyak menyusahkan. Ris, tolong kasih tahu apa saja pekerjaanku ya, ini kan hari pertama aku masuk kerja. Tidak mungkin juga aku bisa langsung semuanya sendiri," ucapku penuh senyum sambil melepas sabuk pengaman.

"Bisa tidak melepasnya? Kalau tidak bisa biar aku yang melepasnya," godanya dengan mengedipkan sebelah matanya. Jelas saja sikapnya membuat aku jadi salah tingkah.

"Kamu apaan sih? Gak jelas banget! Inget loh aku ini masih istri orang!" ujarku dengan tersenyum.

"Reyna, tolong muka kamu dikondisikan. Aku takut akan selalu terbayang wajah dan senyum manismu laksana madu itu," ujarnya. "bikin candu," gumamnya tak jelas tapi masih dapat aku dengar.

"Kamu ngomong apa?" tanyaku.

"Enggak ada," kilahnya sambil menggandeng tanganku masuk. Melewati semua staf kantor yang kelihatan juga baru tiba. Mereka saling berbisik dan melihat ke arah kami. Sementara Haris tidak mengindahkan mereka karena terlalu asyik ngobrol denganku. Aku yang masih sadar, menyapa mereka dengan senyum ramah.

"Reyna, ruangan kerja kamu satu ruangan sama aku. Tenang, semua sudah disiapkan." ucapnya santai. Masih dalam posisi menggandeng tanganku sambil berjalan.

Beginilah rasanya mempunyai seorang bos sekaligus teman yang masih bujangan, Meski usianya sudah menginjak 32 tahun, tapi dia masih betah untuk sendiri. Meski begitu wajahnya masih terlihat sangat muda. Mungkin karena orang kaya, jadi selalu melakukan perawatan. Sedangkan aku diusia yang sama sudah menyandang gelar seorang janda.

Ketika aku dan Haris sibuk dalam kerjaan masing-masing, aku melirik Haris sekilas. Nampak dari wajahnya dia seorang pekerja keras. Mungkin karena terlalu sibuk kerja, jadi dia tidak punya waktu untuk mencari seorang pendamping.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang. Waktunya istirahat kantor. Hari ini aku benar-benar menikmati hari pertama aku kerja. Dari mulai menyusun agenda, sampai mengatur jam meeting. Hingga menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan oleh Haris. Semua itu tidak terlalu sulit bagiku.

"Istirahat dulu yuk, makan siang. Tinggal saja dulu. Masih banyak berkas yang harus ditandatangani ya?" tanya Haris. Aku mengangguk karena berkasnya memang menumpuk.

Aku tinggalkan semua pekerjaanku terlebih dahulu. Kita pun pergi untuk makan siang bersama. Serasa indah banget ternyata memiliki bos seorang teman. Aku menarik nafas panjang dan melepasnya pelan-pelan. Aku menikmati hidupku yang sekarang dan mencoba untuk mengisinya dengan hal-hal positif.

*******

Tepat pukul 13.00 siang kami kembali ke kantor. Aku langsung dengan sigap mempersiapkan berkas untuk meeting yang akan dilaksanakan setengah jam lagi. Namun, mataku terbelalak saat melihat banyak belanjaan. Ada beberapa kantong baju, sepatu, dan tas baru. Yang semua itu bermerek. Sudah pasti harganya sangat mahal. Di sana ada juga pakaian untuk Ibu dan Bapak juga. Karena semuanya ada tulisannya sendiri. Untuk aku dan kedua orang tuaku. Tapi semua ini dari siapa?

"Reyna, berkas untuk kita meeting hari ini sudah siap semua?" tanya Haris mengagetkanku.

"Sudah, Ris. Ini semua kamu yang beli? Tapi katanya mau shopping bareng?" tanyaku penasaran. Dia mendekat dan mengulas senyum.

"Kok senyum?" Lagi-lagi Haris hanya diam dan mengulas senyum. Membuat aku semakin yakin kalau ini semua memang dia yang membelinya.

"Sudah nanti kamu bawa pulang itu semua! Sekarang ayo kita ke ruang meeting! Sebentar lagi klient datang" ucap Haris. Aku langsung menyiapkan semua berkas yang diperlukan. Lalu, langsung menyusul Haris.

*******

POV REYHAN

Hari ini aku dan Keyla menjadi pusat perhatian di kantor. Mereka melihatku aneh dan saling berbisik-bisik. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tidak begitu mendengarnya. Dan aku tidak terlalu memperdulikannya. Mungkin mereka heboh dengan pernikahanku. Karena mereka tahu kalau sebelumnya Reyna yang menjadi istriku. Tapi sekarang aku menggandeng seorang istri baru yang tak lain adalah sekretaris ku sendiri.

Masa bodoh dengan mereka. Aku tidak terlalu pusing memikirkannya. Justru mereka yang pusing kalau aku memecatnya. Mereka pikir mencari pekerjaan itu mudah? Justru aku lah yang lebih mudah mendapatkan seorang pegawai. Karena aku seorang pemilik perusahaan yang ternama. Meskipun tak bisa aku pungkiri, kalau Reyna sangat berperan penting bagi kemajuan perusahaanku.

"Mas, makanannya kok cuma diaduk-aduk. Dimakan dong! Hari ini kita ada pertemuan," ujar Keyla. Aku meletakkan sendok kemudian meneguk air putih dalam gelas hingga tandas.

"Jam berapa pertemuannya?"

"Setengah dua, Mas. Setengah jam lagi dari sekarang." ujar Keyla.

"Pertemuan dengan siapa?"

"Dengan Pak Haris. Calon mitra kerja dan rekan bisnis yang baru. Jadi, kalau bisa kita jangan terlambat," ujar Keyla.

"Baik kita berangkat sekarang. Apa setelah itu ada jadwal pertemuan lagi?" tanyaku.

"Enggak ada, Mas. Jadwal selanjutnya adalah beli perhiasan dan baju baru buat aku. Sekarang kan aku istrimu? Aku mau terlihat tampil mewah dan menarik," ujar keyla.

Seperti rencana, selepas makan siang, kami menemui Pak Haris di kantornya. Entahlah nama itu mengingatkan aku sama teman kuliah dulu. Mungkinkah dia teman semasa kuliah?

Sejak dua hari ini serasa ada yang mengganggu pikiranku. Rasanya aku tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Entahlah, tiba-tiba bayangan seorang Reyna terbesit dalam pikiranku, wajah ayu nan rupawan, senyumnya yang manis, dan perlakuanku padanya. Kenangan bersamanya terus membayangiku.

Selepas bayangan manis bersamanya, terlintas juga saat aku tiba-tiba pulang bersama Keyla dan akan menikahinya. Terlihat jelas dari raut wajahnya menyiratkan kekecewaan dan kesedihan yang mendalam. Saat aku mengusirnya dari rumah dan mendorong tubuhnya hingga keningnya terbentur tembok, hingga meninggalkan memar. Kenapa seperti ada rasa aku merindukan kehadirannya? Tapi ada rasa kesal dan sakit hati, ketika aku melihat dia bersama laki-laki dalam satu mobil. Sekuat mungkin untuk aku bisa melawan rasa rindu ini dan menguburnya dalam-dalam.

Berbicara tentang Reyna, banyak ide briliannya yang sangat membantu untuk memajukan perusahan. Awalnya aku hanya memiliki satu perusahan. Tapi karena ide-idenya, perusahaanku semakin berkembang sangat pesat dan produk minuman yang kami ciptakan booming di semua kalangan. Hingga aku bisa membeli sebuah perkebunan di daerah Jawa Barat dan mendirikan perusahaan di sana. Untung ijazah dia ada sama aku. Jadi dia tidak akan bisa melamar pekerjaan di perusahaan manapun. Ah, kenapa aku bisa sebodoh ini menceraikan, Reyna? Ada perasaan sesal di relung hati yang dalam.

"Mas Reyhan, kenapa kamu diam seperti ini? Nyesel sudah menceraikan, Reyna?" celetuk Keyla. Aku tersentak dan langsung mengulas senyum. Sedikit aku melirik ke arah Reyna yang menatapku dengan sorot mata tajam.

Sesampainya di kantor yang akan menjadi rekan kerjaku, aku langsung menuju ke ruangan yang dijadikan tempat meeting. Untuk bertemu dengan Pak Haris. Nama yang seakan pernah aku kenal.

Terdengar langkah kaki yang berjalan mendekat, menuju ke arah kami. Aku melirik ada dua orang berjalan mendekat. Netraku tertuju pada sepasang kaki seorang perempuan. Aliran darahku semakin berdesir kuat tatkala melihat kaki yang terlihat sangat cantik. Aku angkat kepalaku perlahan, berusaha menatap wajah perempuan tersebut. Kedua bola mataku terbelalak ketika melihat siapa perempuan itu.