Chereads / DINGINNYA SUAMIKU / Chapter 6 - BAB 6

Chapter 6 - BAB 6

Ting....!tong....!

Terdengar suara bel rumah. Entah siapa yang bertamu malam-malam seperti ini. Segera kami mengenakan pakaian dan bergegas menuju pintu dan membukanya. Aku sangat terkejut tatkala melihat siapa yang datang. Mereka berdua tersenyum kepadaku, seketika senyum mereka berubah tatkala melihat Keyla datang dan memelukku dari belakang.

"Mas Reyhan, siapa yang datang malam-malam begini? ganggu orang bercinta saja," tanya Keyla yang nampak kesal dengan kedatangan mereka.

Kedua orang itu menatapku dengan tatap mata yang menggambarkan rasa tidak suka dan kecewa mereka. Entah pertanyaan apa yang ada di pikiran keduanya. Namun, dengan jelas wajah mereka tersirat ada kemarahan dan ketidaksukaannya.

"Maaf, Nak Reyhan, kami datang malam-malam begini. Maksud kedatangan kami ke sini, mau memberi kejutan kepada, Reyna. Sudah lama kami tidak bertemu dengannya, kami kangen," ucap Ibu Mariana yang tak lain adalah Ibunya, Reyna.

Kedua orang tua Reyna memang sudah setahun ini tidak berkunjung. Reyna dan aku pun tidak berkunjung ke rumah mereka. Pantas, jika keduanya datang dengan maksud mengunjungi anaknya. Apakah Reyna tidak memberi kabar kepada orang tuanya? Tentang masalah yang sudah terjadi dalam biduk rumah tangga kami. Lalu, kemana Reyna pergi? Tiba-tiba ada kekhawatiran mendera hatiku.

"Lalu, siapa perempuan ini? Kenapa ada di rumah ini? Dan sikapnya ke kamu....?" tanya Bapak mertuaku dengan menggantungkan pertanyaannya.

"Aku adalah istri barunya, Mas Reyhan," jawab Keyla yang menggelayut manja di punggungku dan menatap mereka dengan sinis.

"Iya, dia adalah istri baruku. Aku sangat mencintainya lebih dari segalanya," jawabku yang seolah tidak aku pikirkan perasaan kedua orang tua, Reyna. Aku tak peduli, memang seperti itu yang aku rasakan.

"Apa?" keduanya nampak sangat terkejut mendengar penjelasanku dan Keyla. Lalu, sekarang di mana anakku?" tanya ibu Keyla kemudian.

"Anak kalian sudah saya talak tadi siang dan saya usir dari rumah ini. Karena dia menolak untuk dimadu," jawabku dengan suara lantang.

"Apa?" ucap mereka bersamaan dan saling memandang. Kemudian, menatapku dengan tajam. "Kamu, tega melakukan ini sama anak kami. Kamu laki-laki yang kejam," ucap Mariana. Ia menangis sesenggukan dan menghambur ke pelukan suaminya. Meratapi nasib anaknya dan memikirkan di mana keberadaan putri semata wayang mereka.

"Kalian, tidak becus mengajarkan anak untuk patuh terhadap suami. Reyna, tidak bersyukur memiliki suami yang kaya. Hanya karena tidak mau dimadu, lantas dia seenaknya minta cerai. Memang anak kalian itu tidak tau diri." ucapku tanpa basa-basi.

Mereka saling berpelukan dan hanya suara tangis mereka yang terdengar. Namun, aku tak peduli dengan suara tangisan mereka. Pasti mereka nanti bakal memohon padaku untuk tidak menceraikan anak mereka. Selama ini kan, aku sebagai sumber mata uang mereka. Aku yang mencukupi kebutuhan mereka. Dari rumah yang ditempati, hingga kebutuhan mereka sehari-hari. Aku yang tanggung semua. Kurang enak apa?

"Sekarang kalian sudah mendengar penjelasan, Mas Reyhan? Lalu, kenapa kalian masih berdiri di sini?" ucap Keyla dengan mendorong mereka.

"Aw...." teriak mereka. Tubuh renta kedua orang tua Reyna tersungkur di lantai. Mereka nampak kesusahan untuk berdiri kembali. Kami tidak peduli dan tersenyum lepas ketika melihat mereka terjatuh.

"Dasar orang kampung. Sudah tua miskin lagi. Pasti ke sini mau minta duit sama suamiku kan?" ejek Keyla dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.

Kemudian Keyla bergegas masuk ke dalam rumah. Sementara aku masih menyaksikan kedua orang tua itu yang masih menangis.

"Apa salah anak kami? Hingga kamu tega memperlakukan Reyna seperti ini? Bukankah dulu kamu sangat menginginkan, Reyna? Lalu, kenapa sekarang kamu membuangnya dengan cara seperti ini? Kamu bukan hanya menyakiti hati anak kami. Tapi, kalian juga sudah menyakiti hati kami," ucap Mariana. Sementara suaminya hanya memegang bahunya, untuk menenangkan.

Tiba- tiba Keyla keluar dari dalam rumah, membawa segenggam uang ratusan ribu dan melempar ke wajah mereka. "Ini buat kalian dan cepat pergi dari rumah ini!" hardik Keyla. Rasanya aku sendiri juga tak percaya kalau dia bisa sangat kejam, padahal mereka adalah orang tua dari Reyna yang pernah menjadi sahabat baiknya.

Kedua bola mataku terbelalak menyaksikan perlakuan, Keyla. Begitu juga dengan kedua orang tua, Reyna. Mereka seolah menahan amarah yang sangat dalam menerima perlakuan wanita yang sekarang menjadi istriku.

"Kamu, baru berapa hari menjadi istrinya, Reyhan? Sifat aslimu sudah ketahuan? Dan kamu Reyhan, aku pastikan kamu akan menyesal karena lebih memilih wanita berkelakuan buruk ini!" murka Ibunya Reyna dengan telunjuk mengarah pada aku dan Keyla.

Sebelah bibir Keyla tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman sinis ke arah perempuan paruh baya itu. Sementara aku hanya diam menyaksikannya. Lalu, mereka mengambil uang yang berceceran tadi.

"Dasar orang miskin dikasih uang dengan cara seperti itu, sudah pasti diambil. Rela mengorbankan harga diri hanya untuk mendapatkan uang," gumam Keyla dengan senyum sinisnya.

Bapaknya Reyna yang bernama Handoko itu memberikan uang yang dipunguti dari lantai, lalu diberikan kepada istrinya. Perempuan paruh baya itu pun berjalan mendekat ke arah kita berdua dengan mengukir sebuah senyuman dari bibirnya. Namun, tetap nampak dari wajahnya menahan sebuah amarah yang siap meledak kapanpun.

"Terimakasih, kalian sudah memberikan uang kepada kami," ucap perempuan paruh baya itu dengan menyunggingkan senyuman dari bibirnya. Lalu membalikkan badan melangkah kakinya dua langkah.

Mariana menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah kami. "Namun, kami tidak membutuhkan ini semua," ucapnya dengan sorot mata yang tajam menghujam dan memerah memendam amarah. Lalu, menghamburkan uang itu kembali ke wajahku dan Keyla. Sontak wajahku memerah dan kedua tanganku mengepal. Siap untuk menghantamnya karena telah berani menghina seorang Reyhan.

"Berani kalian menghina kami seperti ini?" hardik Keyla dengan kedua bola matanya yang hampir mencolot dari tempatnya.

"Cepat pergi kalian dari rumah ini dan jangan pernah menginjakkan kaki kalian ke rumah ini lagi!" usirku. Lalu, Keyla menyeret keduanya dengan kasar dan mendorong mereka lagi. Hingga tubuh tua mereka jatuh tersungkur kembali.

Dengan susah payah mereka berusaha untuk kembali bangun. "Reyhan, karena cinta kamu memperlakukan kami seperti ini? Ingat! Doa orang terdzolimi cepat dikabulkan oleh Allah. Kamu akan mendapat balasan atas semua perbuatannya," ucap Mariana dengan penuh penekanan dan derai air mata. Entah kenapa? Tiba-tiba terdengar suara petir yang menggelegar dan selang beberapa menit, hujan turun dengan cukup deras.

Kami mendorong tubuh mereka lagi hingga sampai ke jalan raya. Karena kebetulan rumahku tepat di tepi jalan raya. "Sudahlah! Jangan banyak bicara lagi dan cepat kalian pergi dari sini!" bentakku tanpa belas kasihan.

Ketika kami hendak kembali ke dalam rumah, tiba tiba terdengar suara yang sangat kuat hingga terdengar begitu jelas di telingaku. "Awwww....." jeritan seseorang yang disertai jeritan dari kedua orang tua Reyna. Dengan reflek kami membalikkan badan. Kedua bola mataku terbelalak, saat melihat pemandangan yang sangat mengerikan di depan mataku.