Chereads / BRYAN ANAK INDIGO / Chapter 5 - Rumah Tua

Chapter 5 - Rumah Tua

Setelah selesai makan malam bersama Amara, Bryan lantas mengantarnya sampai ke rumah. Sepulang dari rumah Amara, Bryan segera kembali ke rumah. Namun ketika ia sampai di salah satu halte bus, ia melihat seorang pria yang sedang berteriak histeris. Pria itu tampak sangat depresi dengan earphone di telinganya. Semua orang yang ada di sekitar sana hanya diam dan memandangi pria itu tanpa ada yang berani untuk mendekat.

Bryan tahu betul siapa pria itu, dia adalah Reyhan kakak Dennis.

Bryan kemudian menghentikan motornya dan mendekat ke arah Rey, begitu panggilan akrab kakak Dennis itu.

Kemudian Bryan melepaskan sebelah earphone yang dipasang di telinga Rey. Ternyata Rey sedang mendengarkan lagu Reverse. Lagu itu bisa membuat orang sakit jiwa jika mendengarkannya dalam waktu lama.

Bryan kemudian melepaskan earphone itu. Awalnya Rey marah dan ingin merebut earphone itu kembali, tetapi akhirnya Bryan bisa membujuknya. Bryan membawa Rey pulang ke rumah Dennis. Ia berharap kakak Dennis itu akan baik-baik saja. Tidak seperti kebanyakan orang yang menjadi gila setelah mendengarkan lagu tersebut.

Melihat kedatangan Bryan bersama dengan Rey, Dennis jadi panik dan kebingungan. Dennis tinggal hanya dengan ibu dan kakaknya di rumah. Bryan kemudian meminta Dennis untuk memanggilkan seorang psikiater.

Tidak berselang lama seorang dokter psikiater pun datang ke rumah Dennis. Rey menjalani pemeriksaan di dalam kamarnya ditemani oleh Dennis dan ibunya. Sementara Bryan hanya menunggu di ruang tamu, lagipula itu bukanlah urusannya.

Setelah selesai dokter memeriksa, Dennis keluar dengan wajah yang sedikit lebih tenang. Senyumnya terpancar ke arah Bryan.

"Thanks ya Bro, lo udah nolongin kakak gue. Kalau nggak ada lo, gue nggak tahu deh apa yang akan terjadi sama kakak gue."

"Gue rasa kakak lo itu lagi patah hati. Saking patah hatinya ia sampai mendengarkan lagu reverse," ucap Bryan sambil menepuk bahu Dennis.

"Jangan biarkan dia sendirian lagi. Supaya depresinya tidak kambuh," lanjut Bryan sambil melempar senyuman paling manis. Melihat Bryan yang tersenyum Dennis jadi heran dan curiga. Itu karena selama ini Bryan memang jarang sekali tersenyum.

"Hm... Pasti ada sesuatu nih," ucap Dennis meledek sahabatnya itu.

Bryan hanya diam sambil berpamit pulang dari rumah Dennis.

Bryan pun segera mengendarai motornya menuju ke rumahnya.

Sesampainya di rumah Bryan langsung melemparkan tubuhnya ke atas sofa. Bella yang melihat kepulangan Bryan langsung menghampirinya dengan wajah yang penuh rasa khawatir.

"Kenapa baru pulang jam segini? Tidak ada sesuatu yang buruk kan?" tanyanya penuh rasa cemas.

Bryan hanya mengangguk tanpa melihat ke arah Bella.

Kemudian ia mengambil kembali tas ranselnya dan pergi menuju ke kamarnya meninggalkan Bella.

"Gue mau tidur. Capek!" katanya dengan nada suara yang dingin.

Bella hanya bisa diam dan memandang Bryan dengan tatapan yang nanar.

Bella menyusul Bryan ke dalam kamarnya. Dengan menembus dinding kamar Bryan, perempuan itu kini duduk di samping Bryan yang sudah terlelap.

Bella membelai rambut Bryan dan menatap wajah tampan Bryan yang sudah sangat terlelap.

"Apa kamu tahu kalau aku sangat mencintai kamu?" tanya Bella dengan suara yang lirih. Bella tahu pertanyaan itu tidak akan pernah bisa terjawab. Namun Bella sangat senang ketika ia bisa berada di dekat Bryan dan bisa memandang wajahnya yang tampan itu.

"Aku berharap, sikap dingin kamu itu bisa berubah," ucap Bella lagi sambil terus menatap wajah Bryan.

Sebenarnya Bryan mendengar semua perkataan Bella karena ia belum benar-benar tertidur. Ia hanya berpura-pura tidur. Bryan jadi merasa tidak enak dengan semua sikap dan perlakuan Bella kepadanya selama ini. Bella begitu perhatian, baik dan sangat peduli kepada Bryan. Tapi kenapa harus Bella? Bella hanyalah seorang hantu yang selama ini menemani Bryan di dalam rumahnya. Kenapa bukan manusia biasa seperti Amara yang mengatakan hal itu kepada Bryan?

Bryan juga sengaja bersikap dingin kepada Bella karena ia tidak mau memberi harapan lebih kepada sosok hantu Belanda itu.

Namun di sisi lain Bryan juga merasa senang karena setidaknya masih ada seseorang yang begitu perhatian kepadanya. Meskipun itu bukanlah manusia.

Bella kemudian menyanyikan sebuah lagu yang sangat populer di masa ia masih hidup. Lagu itu dinyanyikan dengan sangat lembut oleh Bella. Sehingga membuat Bryan jadi benar-benar terlelap sekarang.

Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi.

Seperti biasa Bryan selalu melakukan rutinitas pagi setelah sholat subuh. Yaitu lari pagi di sekitar rumahnya.

Ketika sedang berlari kecil, Bryan tak sengaja melihat seorang anak kecil yang sedang berdiri dengan wajah sendu.

Oh tidak, bukan seorang manusia tetapi seorang hantu anak kecil.

Anak kecil itu tampak dipenuhi darah di bagian perutnya. Wajahnya sangat pucat dan begitu sedih. Air matanya juga tak berhenti menetes membasahi wajahnya. Sebenarnya Bryan enggan untuk menghampiri hantu anak kecil itu, tetapi melihat wajahnya yang begitu sendu, ia jadi tidak tega dan ingin menghampirinya. Apalagi Bryan juga melihat seperti ada sesuatu yang ingin anak itu sampaikan kepadanya.

Setelah Bryan mendekat ke arah anak kecil itu, anak itu justru menunjuk ke sebuah rumah tua yang berada di ujung jalan sana. Bryan menoleh ke arah rumah tua tersebut. Di sana terlihat sebuah kejadian buruk yang terjadi di masa lalu. Dan anehnya ada Amara juga terlihat di sana.

Amara ada hubungannya dengan anak kecil ini.

Bryan sangat marah ketika melihat anak kecil itu terus merengek sambil menunjuk ke arah rumah tua itu. Namun apa boleh buat lagi, ia hanya bisa diam dan menuruti apa mau dari anak kecil tersebut.

Karin nama anak kecil itu adalah adik dari Amara. Ia hilang beberapa waktu yang lalu karena mengalami kejadian yang buruk. Dan kepindahan Amara ke kota ini sebenarnya bertujuan untuk mencari adiknya yang telah lama hilang itu.

Bryan bisa mengetahui hal itu dari kelebihan yang ia miliki.

Sekarang ia jadi tahu siapa anak kecil ini dan apa hubungannya dengan Amara. Lalu apa yang terjadi pada rumah tua itu.

Bryan pun kembali ke rumah, bersiap untuk segera pergi ke sekolah karena jam sudah menunjukkan hampir pukul tujuh pagi.

Setelah bersiap, Bryan segera mengambil tas ranselnya.

"Mau berangkat ya?" tanya Bella yang tiba-tiba muncul di depan Bryan.

Bryan hanya menganggukkan kepala dan segera pergi meninggalkan Bella.

Lagi-lagi Bella hanya diam sambil menatap ke arah Bryan dengan tatapan yang nanar.

Ia sudah terbiasa dengan sikap Bryan yang dingin.

Bryan pun berangkat dengan mengendarai sepeda motornya. Ia harus cepat sampai ke sekolah agar bisa bertemu dengan Amara. Karena ia harus menanyakan hal yang sangat penting itu kepada Amara.