Ketegangan di ruang istirahat berakhir dengan Junet yang dibawa ke kantor polisi. Para karyawan terkejut melihat kejadian yang berbalik ke Junet, mereka tidak menduga akan hal itu.
"Ton, aku balik duluan ya. Ada menu tamu yang belum aku masak," kata Koki.
"Iya, Pak. Sekali lagi terimakasih ya, Pak," ungkap Anthony.
Koki itu tersenyum sambil mengangguk, lalu dia berlalu meninggalkan Anthony. Dia juga tidak lupa untuk mengingatkan Jarot segera kembali.
Anthony berjalan keluar ruang istirahat bersama Jarot, tapi dia dihadang oleh karyawan yang menyampaikan pesan.
"Ton, kamu diminta untuk datang menemui pak Purnomo di ruang manager," kata karyawan, lalu dia pergi begitu saja.
"Pak Purnomo itu kenapa lagi? Bukannya urusan sudah beres ya?" gerutu Jarot.
"Entahlah!! Aku akan cari tahu dengan datang menemuinya," timpal Anthony.
"Oke lah! Semoga kemenangan selalu berpihak kepadamu. Aku juga harus balik, duluan ya, Ton!!"
"Siip, makasih ya Rot. Kamu selalu membantuku!!" ungkap Anthony.
"Tidak usah kamu pikirkan," sahut Jarot tersenyum.
Mereka pun berpisah menuju tempat tujuan yang berlawanan arah. Dalam hati Anthony mempunyai tanda tanya besar, apa yang akan dilakukan Purnomo selanjutnya?
Pintu ruang manager itu segera Anthony raih, lalu dia masuk ke dalamnya tanpa mengetok pintu terlebih dahulu.
Purnomo yang membelakangi pintu segera berbalik dan berpura-pura menyambut kedatangannya dengan bertepuk tangan.
"Anthony!! Kamu hebat sekali!! Ayo cepat kemari dan duduklah!!" pinta Purnomo.
Aneh!! Kenapa sikapnya berubah dalam waktu sekejap??
Aku harus tetap waspada!! Batin Anthony.
Anthony sudah duduk di hadapan Purnomo, dia masih menunggu apa yang akan disampaikannya sambil mengamati gerak-geriknya.
"Minumlah!! Pasti haus setelah kejadian yang menegangkan tadi!!" Purnomo masih saja terlihat berbasa-basi.
"Langsung ke intinya saja Pak, apa yang ingin anda bicarakan?"
Anthony merasa pembicaraan Purnomo terlalu berbelit-belit. Dia tidak ada waktu untuk meladeni omong kosong Purnomo.
"Hahaa!! Kemenangan membuatmu sombong sekali!!! Jangan merasa senang dulu, karena apapun hasilnya kamu akan tetap dipecat dari restoran ini!!" jelas Purnomo.
Anthony tidak bisa menyanggah, apa daya jika pemilik restoran sudah memutuskan. Dia hanya bisa menerima, walaupun sebenarnya dia tidak bersalah.
Purnomo terlihat senang, seakan dia membalas rasa malu yang dia terima sebelumnya. Kemudian dia melanjutkan perkataannya.
"Jauhi Vanya!! Kamu lihat bukan usahaku untuk menjebloskanmu ke penjara, mungkin kali ini gagal. Tapi aku akan terus mengusikmu jika kamu tidak mengindahkan perkataanku!!!"
"Walaupun kau berada di ujung dunia pun, aku akan selalu bisa menangkapmu!!" Purnomo berbicara dengan wajah sombong yang tidak enak dipandang.
Si Bangsat ini!! Tenang sekali wajahnya, apa kelemahan dia yang sebenarnya!! Batin Purnomo.
"Silahkan saja, Pak. Aku akan keluar dari sini dengan senang hati. Apa anda tidak kuatir aku akan lebih bebas menemui Vanya di luar sana?" ungkap Anthony tersenyum.
Purnomo sudah mengepal tangannya, dia sudah tidak tahan untuk meninju Anthony ketika melihat senyuman Anthony yang seperti mengejek.
"Baiklah, aku rasa pembicaraan ini sudah selesai!! Aku sudah tidak sabar melihat ekspresi anda ketika Vanya berhasil aku rebut!!" Anthony berdiri dengan penuh percaya diri.
Purnomo segera berdiri, lalu dia mengayunkan tinju mengarah ke pelipis Anthony, tapi gagal karena Anthony dengan cepat menangkisnya. Gerakan Purnomo yang sangat lambat itu terlihat jelas oleh mata Anthony yang awas.
Anthony menepikan tangan Purnomo dengan sangat kuat sampai tubuhnya hampir ikut terlempar jatuh ke samping, kini Anthony ganti melayangkan tinju tangan kanannya.
Anthony menahannya, tinggal beberapa inci lagi muka Purnomo babak belur. Dia sempat melihat wajah ketakutan Purnomo, sehingga membuat dia sedikit iba.
"Ayo pukul!! Tunggu apa lagi!!" Cepat!!" seru Purnomo berlagak.
"Aku simpan energiku buat hal yang lain, daa mantan bos aku pergi dulu!!" timpal Anthony sambil menurunkan tangan, lalu dia berbalik arah untuk berjalan keluar ruangan.
Rupanya Purnomo masih belum terima, dia berlari sambil membawa papan nama bertulisan Vanya manager restoran untuk memukul Anthony, dia berhasil mengenai lengan Anthony.
Purnomo mencoba memukulnya lagi, Anthony segera menghindar lalu menendang tangan Purnomo sampai papan nama itu terlepas dari tangannya.
Wajah Purnomo meringis kesakitan, dia merasa tulang tangannya patah, lalu dia berjalan mundur menjauhi Anthony.
"Jika bapak masih sayang nyawa, jangan macam-macam!! Anda akan mendapatkan lebih dari sebuah tendangan!!" gertak Anthony.
Anthony berjalan dengan tenang menuju pintu, lalu dia pergi dari restoran itu untuk selamanya.
Purnomo menyerah, dia hanya bisa melihat punggung Anthony menjauhi ruangan.
"Sial!!! Sakit sekali!!" erang Purnomo.
Hari ini sangat panjang sekali bagi Anthony, dia harus rela keluar dari pekerjaannya. Hari sudah gelap, dia berjalan melewati koridor restoran dan tidak menghiraukan pandangan mereka yang tertuju kepadanya.
"Wahh!! Anthony memang hebat!! Aku tidak salah telah mendukungnya!!"
"Iya, dia memang menarik pembawaannya yang tenang itu membuat musuh susah membaca gerakannya!!"
Beberapa karyawan sedang membicarakan Anthony, Bondan yang berada tidak jauh dari mereka itu ikut berbicara.
"Aku sangat ngefans sama dia!! Dia hebat sekali!!"
Karyawan tampak tidak menyukai Bondan yang ikut berbicara dan mendekatinya, lalu dia berkata.
"Siapa Lu!! Ikut-ikutan saja!! Sana! Kita itu beda level!!" seru salah satu karyawan cewek.
"Bacot saja!! Tidak ada untungnya juga berteman dengan kalian, bye!!" timpal Bondan terang-terangan sambil meninggalkan mereka.
"Idiihh!!! Belagu sekali si tukang sapu itu!!" keluh karyawan wanita.
Mereka pun kembali ke pekerjaannya lagi, karena Anthony sudah keluar restoran. Anthony langsung mendapatkan angkutan umum, dia berpikir sangat keras dalam hati.
Masih ada tidak ya, pekerjaan buatku yang perlu ijazah untuk melamarnya?