Anthony sedang sibuk memberi makan ayam, dia membeli banyak ayam negeri untuk diternak baik itu telur maupun daging ayamnya.
Uang dari Yasmini sudah Anthony amankan ke bank, dia merasa tenang jika pun ada perampok seperti kemarin lagi mereka tidak akan bisa mengambil uangnya.
"Kur..kur!!! Makan yang banyak ya!!" gumam Anthony senang, dia menantikan panen yang tinggal hitungan hari.
Pekarangan milik Yasmini cukup luas, dia membuat kandang untuk ternak ayam di kebun belakang rumah. Sebagian lahannya, Anthony membiarkan tanah itu untuk ditumbuhi pohon pisang dan beberapa jenis sayur lainnya.
"Mana Sean?? Katanya mau datang ke rumah, padahal dia bilangnya sudah 3 hari yang lalu," gerutu Anthony sambil melihat jalanan.
Dari dalam kantong celana Anthony smartphone barunya berdering, orang yang dia pikirkan ternyata sedang menghubunginya.
"Hallo!! Sean!! Gimana?? Nggak jadi mampir ke rumah nenekku?" tanya Anthony.
"Hai, Ton. Aku sudah berada di pangkalan ojek ni!! Habis itu kemana?" tanya Sean balik.
"Ohhh!! Itu masuk melewati gapura selamat datang, tinggal 100 meter lagi sudah rumah nenekku. Ntar aku tunggu di depan rumah," jawab Anthony senang sambil berjalan menuju depan rumah.
"Siip!! Aku matikan dulu ya!!"
Sean akhirnya menutup telepon tersebut, dia sudah tidak sabar bertemu dengan sahabat lamanya itu. Sehingga membuat dia berjalan cepat dengan supaya cepat bertemu Anthony.
"Kangen juga sama si Sensitif Sean itu! Sudah lama tidak jumpa juga," gumam Anthony.
Dari jauh Anthony melihat postur tubuh yang dia sangat kenal, Sean menghampirinya sambil melihat kanan kiri sebelum dia menyeberangi jalan.
Karena dirasa sudah aman, Sean melangkahkan kakinya, tiba-tiba ada sepeda motor melaju dengan sangat cepat dari arah kanan Sean, dia sangat kaget sekali dan sempat membuatnya mundur 1 langkah.
"Woii!! Hati-hati dong bawa motornya!!!" teriak Sean.
Pengendara itu menoleh ke belakang, lalu dia mengacungkan jari tengahnya kepada Sean.
"Bangsat!! Berhenti, Lu!!" umpat Sean.
Namun, pengendara tidak memedulikannya. Dia terus saja melaju kencang meninggalkan Sean. Kemudian Sean segera menyeberang jalan dengan selamat sampai di depan rumah Anthony.
"Gila!! Pengendara motor itu sengaja sekali kelihatannya!! Kamu nggak papa Sean?" tanya Anthony cemas sambil mengamati sekujur tubuh Sean.
"Memang Bangsat itu orang!! Dia memang sengaja, Ton. Masak dia menunjukkan jari tengahnya tadi!!" geram Sean.
"Kamu kenal dia tidak, Ton?" imbuh Sean.
"Waduh!! Kurang ajar sekali!! Aku nggak kenal dia, Sean. Ya sudah sabar!! Ayo masuk dulu gih!!" ajak Anthony.
Anthony merangkul Sean, dia mencoba meredam amarah sahabatnya itu dengan bertanya hal lain. Dan sudah saja mereka berada di ruang tamu dengan perabot yang sangat sederhana.
"Sean, aku hanya ada air ni? Mau minum apa?" tawar Anthony.
"Halah!! Nggak usah repot!! Kayak sama siapa saja kamu ni, Ton. Mana nenekmu? Lagi keluar?" tanya Sean, dia penasaran karena tidak melihatnya waktu masuk rumah.
"Ehmm!! Nenekku meninggal Sean," jawab Anthony datar, dia memandang Sean dengan tenang.
"Astaga!!! Sabar ya, Bro. Semoga nenek mendapatkan tempat yang lebih baik," ucap Sean sedikit merasa bersalah, karena dia tidak datang ke acara pemakaman neneknya Anthony.
"Maaf Ton, aku tidak tahu jika nenekmu meninggal," imbuh Sean.
"Iya, nggak papa, Sean,"
"Echh!! Bagaimana jadi pindah kerja di daerah sini? Sebelah mana persisnya?" tanya Anthony mencairkan suasana yang aneh barusan.
"Jadilah!! Itu loh sebelah utara alun-alun kota dekat desa ini. Tokonya baru selesai renovasi 1 bulan yang lalu," jawab Sean.
"Yang sebelahnya ada toko HP banyak itu ya?? Tempatku kerja restoran kemarin dekat situ, Sean. Berati dekat ya!! Kamu tinggal dimana?" tanya Anthony.
"Sebentar!! Kemarin?? Emang saat ini kamu sudah nggak kerja lagi?" tanya Sean memastikannya.
"Hehe nggak!! Aku mau buka usaha sendiri, Sean," jawab Anthony berbohong.
"Halah!!! Bohong!! Bukannya kamu betah disana karena ada, siapa? Vanya ya? Kenapa? Kamu ada masalah?" tanya Sean.
"Hahahaa!!! Tahu saja kamu kalau aku berbohong!!" sahut Anthony, dia akhirnya menyerah lalu menceritakan semua kejadian yang dia hadapi 5 hari yang lalu.
"Aku sudah bilang kan resikonya. Tanggung dah akibatnya. Ton..Ton!! Terus sekarang rencana kamu apa?? Kamu mau nggak melamar kerja di tempatku?" tanya Sean.
Anthony hanya meringis sambil menggaruk kepala, lalu dia menjawab.
"Ehmm!! Nggak Sean. Aku rencana mau buka usaha sendiri saja."
"Ehh!! Kamu disini tinggal dimana?" Anthony ganti bertanya.
"Rencana aku mau nyari yang dekat tempat kerjaku saja, Ton. Lumayan juga biar bisa menghemat biaya transportasi," jawab Sean.
"Kenapa kamu nggak tinggal disini saja? Lagian jarak rumahku ke tempat kerja juga dekat. Sudah tinggal disini saja, biar aku ada temannya. Gimana?"
Anthony sangat senang sekali jika Sean mau tinggal bersamanya, dia sangat merasa kesepian selama sepekan ini.
Sean masih berpikir untuk menjawab permintaan Anthony. Sedangkan Anthony sendiri sudah tidak sabar untuk mendengar jawaban 'iya' dari Sean.
"Baiklah, Ton. Tapi jika aku merepotkan tanggung sendiri loh ya!!" timpal Sean.
"Hahahaa!! Ada-ada saja kau, Sean. Ya Nggaklah, justru aku senang, Bro," sahut Anthony.
Mereka tertawa bersama, sudah lama sekali rasanya mereka tidak berbincang-bincang seru seperti saat ini.
Sekarang kamu sudah berhasil melewati hal yang menyakitkan waktu itu, Ton. Aku senang melihatmu sudah kembali ceria seperti dulu, batin Sean.