"Selamat malam semua istriku, kenalkan ini adalah Mawar," ucap Purnomo dengan senyum khasnya, dia sekaligus menjawab pertanyaan Anita sebelumnya.
Hah!!! Istrinya 2?? Gila benar bandot tua itu!! Batin Mawar.
Purnomo menggandeng Mawar, lalu menarik kursi untuk ditempati Mawar. Purnomo dan Anita masih berdiri, lalu Anita menghampiri suaminya.
Anita menarik lengan Purnomo menjauhi meja makan. Setelah sampai di depan pintu rumah, lalu dia berkata, "Mas, siapa wanita itu? Kenapa datang bersamamu, Mas?"
"Tamu Sayang, kamu duduklah kembali ke meja makan," pinta Purnomo.
"Tamu siapa? Kok aku tidak mengenalnya? Kenapa kalian bisa datang bersama? Kok susah sekali jawabnya?"
Anita masih butuh penjelasan, dia bertanya sampai benar-benar mengerti. Perasaannya sudah tidak karuan, ketika melihat wanita muda seumuran dengan Vanya. Dia juga tidak mau berpikiran terlalu jauh sebelum mendengarnya sendiri dari mulut Purnomo.
Sementara di meja makan, Mawar duduk di sebelah Vanya. Vanya masih makan dengan lahap, dia sangat lapar mungkin efek dari obat penghilang mual masih berpengaruh kepadanya.
"Silakan Mbak, ayo dimakan!!" ajak Vanya, dia melihat Mawar yang duduk berdiam diri.
"Nggaklah, makanan apa ini?? Semua nggak bisa dimakan?" sahut Mawar ketus sambil melirik Vanya.
Cantik!! Apa dia juga sepertiku yang hanya menginginkan harta Purnomo??
Haduh!! Sainganku berat juga?? Pokoknya aku harus bisa menjadi istri yang paling disayangi!! Batin Mawar.
Vanya hanya mengangkat bahu, dia tidak peduli mau makan atau tidak yang penting Vanya sudah menawarinya.
Akhirnya Purnomo dan Anita sudah kembali ke ruang makan, Vanya berhenti makan ketika melihat Anita yang meneteskan airmata.
Vanya berdiri berniat untuk menghampiri Anita, dia mencemaskan Anita dan ingin bertanya apa yang membuatnya menangis.
"Duduk Vanya!!" pinta Purnomo.
"Tapi, Mas aku han ...,"
"Cukup Vanya!! Kamu dengar tidak apa yang aku bilang? Duduk!!" bentak Purnomo sekali lagi, sontak Mawar ikut kaget dengan suara keras yang dihasilkan Purnomo.
Vanya yang ketakutan itu terpaksa kembali duduk, wajah marahnya Purnomo sangat menyeramkan. Terlebih lagi wajah birahinya, Vanya paling jijik jika terbayang wajah itu. Dia menundukkan kepala sambil menggeleng kepalanya untuk menepis wajah birahi Purnomo yang hampir singgah di benaknya.
"Kalian makanlah!!" perintah Purnomo yang duduk paling ujung di meja makan.
Mana ada yang mau makan, jika suasananya seperti mau perang begitu. Semua hanya diam di tempat duduknya, sesekali Vanya melirik Anita yang belum berhenti menangis.
Purnomo melihat Mawar yang cemberut, dia tidak ingin melihat wajah masamnya.
"Mawar, ayo makanlah!! Apa mau aku ambilkan?" tanya Purnomo yang nadanya sudah berubah lembut.
"Echh!! Tidak Mas, aku bisa sendiri," jawab Mawar tersenyum.
Ehhh!! Kok bisa begitu ya?? Lembut sekali jawabnya!! Beda waktu aku coba ajak makan tadi, batin Vanya.
Mawar mengambil piring yang masih ditumpuk, lalu mengambil 2 centong nasi, 2 paha ayam bumbu pedas dan tumis baby corn. Dia belum tahu jika masakan Anita sangat enak sekali.
Kebiasaan Anita selalu mempersiapkan piring lebih, dia berjaga jika ada tamu dadakan seperti ini. Namun, bukan tamu daun muda yang tidak dia harapkan.
Wahh!!! Ayamnya enak sekali bumbunya saja sampai meresap ke tulang-tulangnya, pedas dan mantap. Aku sudah lama tidak makan ayam, apa ini juga yang menyebabkan enak ya!! Batin Mawar.
Purnomo senang melihat Mawar makan dengan lahap, dia jadi lebih sering memperhatikannya daripada istri yang lain.
"Enak makanannya, Mawar?? Ayo tambah lagi!!" ucap Purnomo sambil menyendok lauk untuk ditambahkan ke piring Mawar.
"Enak, Mas. Aku tambah lagi ya!!" timpal Mawar, dia seperti orang kelaparan yang belum makan selama 3 hari.
"Iya, makanlah sampai puas," timpal Purnomo tersenyum, dia masih melihat Mawar menambah satu potong daging ayam lagi.
Vanya melirik Mawar, dia hanya bisa membatin.
Belagu sekali!! Katanya tadi makanan tidak bisa dimakan! Haduh!! Wanita ini benar-benar deh!! Aku lihat Purnomo sering meliriknya, siapa dia?
Sementara Anita tidak bisa melihat tontonan murahan itu, dia memilih untuk menyudahi makan malamnya.
"Anita!! Mau kemana kamu??" tanya Purnomo dengan suara meninggi.
Anita tidak menjawabnya, dia pergi begitu saja tanpa menghiraukan Purnomo. Vanya juga sudah selesai makan, dia pun mengikuti Anita.
"Dasar wanita-wanita itu!! Tidak tahu adab!!" umpat Purnomo.
"Sudahlah Mas, makan saja bersamaku. Emang mas nggak mau aku temanin?" tanya Mawar dengan cemberut.
"Iya, Sayang. Ayo kita makan lagi," sahut Purnomo dengan wajah melunak.
Anita masuk ke dalam kamar dan menutup pintu, belum sampai tertutup sempurna, Vanya menahannya.
"Mbak Anita kenapa?? Tolong ceritakan kepadaku, Mbak. Aku sangat mencemaskan mbak Anita," mohon Vanya.
Anita yang melihat ketulusan Vanya itu membuat dia melepas gagang pintu. Kemudian dia membiarkan Vanya masuk. Anita duduk di tepian ranjang yang disusul Vanya.
"Vanya!! Mas Purnomo," seru Anita sambil menangis.
"Mas Purnomo, kenapa Mbak?" tanya Vanya bingung.
"Dia mau kawin lagi!!" ucap Anita sambil menangis lebih keras dari sebelumnya, dia meluapkan kesedihan dan menumpahkannya terhadap Vanya.
Vanya memeluk Anita, dia hanya bisa memberikan pelukan untuk menenangkannya. Bagaimana pun juga dia masih sangat peduli dengan Anita.
Purnomo mau nikah lagi?? Dengan gadis belagu itu??
Ahhh biarkan saja!! Mungkin dengan itu dia tidak menyuruhku tidur bersama, batin Vanya sedikit lega.
Tapi bagaimana dengan mbak Anita??