"Cepat periksa Anthony!! Cari di dalam tasnya juga!!" pinta Polisi Senior.
"Siap Pak, laksanakan!" jawab Polisi Junior.
Polisi menggeledah tas maupun saku Anthony, tapi dia tidak menemukan bukti yang merajuk ke tuduhan dari Purnomo.
"Lapor Pak!! Saya tidak menemukan bukti!!" kata Polisi Junior.
"Anda tidak akan menemukannya Pak, karena saya tidak menggunakan uang itu sepeserpun," sanggah Anthony.
"Bohong Pak!! Jangan percaya dia, mungkin saja sudah dia habiskan!!" protes Junet.
Anthony menoleh tajam ke Junet, lalu dia kembali menatap Polisi sambil berkata,
"Uang itu ada di laci meja ruang manager, Pak. Silahkan periksa saja!!"
Polisi Junior itu menatap Polisi Senior, lalu Polisi Senior mengangguk tanda memberi izin untuk menggeledah ruang manager yang ditunjukkan Anthony sebelumnya.
Purnomo mengikuti Polisi Junior itu ke ruang manager, dia juga ingin memastikannya karena kemarin dia tidak melihat ada amplop berisi uang di laci meja kerja.
Mereka sudah berada di dalam ruang manager, tempat pertama yang dituju Polisi Junior itu adalah laci meja.
"Ini dia amplopnya!!" seru Polisi Junior itu.
Gawat!! Anthony benar. Bisa-bisa dia tidak jadi di penjara, aku harus cepat memikirkan sebuah rencana dalam waktu yang singkat ini, batin Purnomo.
Purnomo melihat kanan kiri, dia melihat hanya ada mereka berdua di dalam ruang manager. Purnomo pun menghampiri Polisi Junior, lalu dia berkata dengan menurunkan nada bicaranya.
"Pak, apakah anda mau mendengarkan permintaan saya?" tanya Purnomo.
"Permintaan? Apa yang anda maksud, Pak?" tanya Polisi Junior itu bingung.
"Bantu saya untuk memenjarakan Anthony dengan melenyapkan bukti tersebut. Saya akan memberi 100 juta untuk anda," tawar Purnomo mencoba menyuap petugas.
Polisi Junior itu terkejut, dia tidak mengira Purnomo akan melakukan hal serendah itu. Untungnya polisi tersebut bukan oknum yang suka menerima uang kotor seperti itu.
"Jangan main-main dengan hukum, Pak. Saya tidak segan untuk menyeret anda ke kantor polisi!!" jawab Polisi Junior tersebut, lalu dia kembali ke ruang istirahat meninggalkan Purnomo sendiri.
"Pak!! Pak, pikirkan terlebih dahulu!!" seru Purnomo.
Namun, Polisi Junior itu tidak mengindahkannya. Sehingga membuat Purnomo frustrasi, dia gagal menjalankan aksinya.
"Hah!! Harapan satu-satunya ingin memukul si Brengsek itu harus lenyap, semoga perbuatan memukul rekan kerjanya bisa terbukti dia bersalah dan ini dipenjara," gumam Purnomo.
Anthony sangat percaya diri, dia yakin tuduhan itu tidak bisa dibuktikan. Polisi Junior tiba juga di ruang istirahat.
"Pak, saya menemukan barang buktinya," ucap Polisi Junior sambil menyerahkan amplop tersebut.
Polisi senior segera mengecek jumlah uang di dalamnya, dan pas masih utuh dalam jumlah 5 juta.
Tidak lama kemudian, Purnomo datang juga di ruang istirahat. Dia tampak lesu, Narwan yang memandanginya bertanya.
"Pak, anda dari mana?? Anthony lolos dari tuduhan itu, ternyata dia tidak menggunakan uang tersebut!!" bisik Narwan.
"Iya, aku tahu!!" jawab Purnomo malas.
Narwan tidak berani bertanya lagi, dia takut akan memancing kemarahan Purnomo jika melihat suasana hati bosnya itu.
"Saudara Anthony, tuduhan itu gugur. Saya akan menyelidiki kasus berikutnya tentang pemukulanmu terhadap sesama karyawan," ucap Polisi Senior.
Mendengar perkataan Polisi tersebut, Anthony lega sekaligus cemas. Karena dia sendiri mengakui bahwa tindakannya tidak benar.
"Apakah anda memukul saudara Junet?" tanya Polisi Senior.
"Benar Pak, saya melakukan pemukulan itu," jawab Anthony mengakui rasa bersalahnya.
"Ton, kenapa kamu bilang seperti itu?" protes Jarot.
"Pak, dia melakukannya karena Junet yang menghina duluan. Saya saksinya, Junet sering membully Anthony sebelum puncaknya kejadian ini," ungkap Jarot.
"Apa benar begitu saudara Junet?" tanya Polisi Senior.
Junet menggelengkan kepalanya dengan cepat, dia memberi jawaban yang tidak sesuai, "Tidak benar, Pak. Pemukulan itu disaksikan banyak orang, tanyakan saja bila anda memerlukannya."
"Pak, izinkan saya memberi saksi," ucap Koki restoran, dia baru saja datang ke ruangan tersebut.
"Sebelum itu anda bisa melihat video ini," imbuh Koki sambil menyerahkan ponselnya. Ternyata Koki merekam kejadian pemukulan itu sampai akhir.
Rekaman Video menayangkan kejadian awal hingga akhir pemukulan Junet. Polisi itu mengangguk-angguk, ketika mendengarkan keterangan Koki. Polisi pun sudah mengetahui kebenarannya.
Setelah perdebatan yang alot, Polisi akan memberi keputusan. Sedangkan Purnomo semakin kesal, dia tidak mau mendengar keputusan tersebut lalu dia meninggalkan ruang istirahat. Karena dia merasa malu di hadapan Anthony.
"Baiklah. Berdasarkan bukti yang tidak Valid dan juga saudara Anthony yang mengakui kesalahannya. Saya memutuskan bahwa Saudara Anthony bebas dari tuduhan," terang Polisi Senior.
"Alhamdulillah, syukurlah!! Aku senang mendengarkannya, Ton," ungkap Jarot.
Anthony tersenyum lega menatap Jarot, suasana tegang itu kembali cair, lalu dia berkata, "Terimakasih Pak."
Tidak lupa Anthony juga berterimakasih kepada Koki dan Jarot yang membantunya keluar dari masalah pelik yang menimpanya. Sebaliknya, Junet mendapatkan sialnya, karena dia mendapat masalah baru yaitu terbukti sedang melakukan tindak bully. Dan membuatnya dibawa ke kantor polisi.
"Pak!! Apa salah saya?? Mereka semua bersengkokol membuat saya terlihat bersalah, jangan percaya dia, Pak," berontak Junet.
"Bicara saja di kantor polisi!!" ucap Polisi Junior sambil membekuk tangan Junet.
"Pak Narwan tolong beri penjelasan kepada Polisi bahwa saya tidak bersalah," teriak Junet.
Narwan tidak peduli, dia tampak pergi meninggalkan ruangan tersebut. Junet semakin marah dan putus asa, dia terus memanggil Narwan.
"Rasakan!! Akibat ulahmu sendiri!!" seru Jarot tertawa bahagia, dia jadi ingat perkataan Anthony yang terbukti benar.