Di sebuah kamar hotel bintang lima, Purnomo sedang menunggu Mawar yang keluar dari kamar mandi. 10 menit sudah Purnomo menunggu, akhirnya mawar keluar juga dengan mengenakan handuk kimono.
"Kemarilah Mawarku!! Aku sudah tidak sabar mencium harum tubuhmu!!!" ungkap Purnomo.
Mawar masih malu duduk di tepian ranjang menundukkan kepala, lalu Purnomo menghampirinya. Kemudian dia mengangkat dagu Mawar untuk membuat sejajar dengan matanya.
"Kamu manis sekali!! Kulit sawo matang yang kau miliki membuatmu terlihat eksotis," bual Purnomo.
Purnomo mencium bibir Mawar, dia melepas tali kimono yang dikenakan Mawar. Sontak dia menarik handuk itu dan melemparkan handuk ke lantai.
Purnomo melepas pakaiannya sendiri dengan terburu-buru, lalu dia membaringkan tubuh Mawar dan dia menikmati aset Mawar yang masih kencang dengan cara mendaratkan ciuman brutalnya. Penyatuan itu dia lakukan dengan sangat senang, karena sensasi kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Dua jam sudah mereka bercumbu, Purnomo tidur dengan memeluk erat tubuh Mawar. Mawar sangat jijik, karena Purnomo tidur sambil meneteskan air liurnya dan tidak ketinggalan dengkuran keras itu membuat Mawar tidak bisa tidur dengan nyaman.
"Aku rela menjual tubuhku demi kelayakan hidup yang akan aku dapat. Aku sudah muak hidup sengsara selama ini,"
"Lihat saja, aku akan membuatmu bertekuk lutut!!!" ungkap Mawar.
Disini Mawar baru kelihatan niatannya, dia hanya ingin harta milik Purnomo. Ketika tadi siang Mawar melihat mobil mewah Purnomo, dia sengaja menabrakkan sepedanya untuk mencari perhatian Purnomo.
Kemudian Mawar menjebak Purnomo dengan menggunakan tubuhnya yang masih perawan dan berhasil. Mawar mendorong kuat tubuh Purnomo, karena dia sesak sampai tidak bisa bernapas.
"Orang tua ini, berat sekali tubuhnya!!!" gerutu Mawar.
Purnomo terbangun, dia merenggangkan tubuhnya lalu dia membuka mata. Dia melihat Mawar sudah hampir selesai mengenakan pakaiannya.
"Kamu mau kemana, Sayang?" tanya Purnomo.
"Aku rasa sudah selesai urusan diantara kita, Pak. Aku pergi dulu," ucap Mawar, dia sengaja memancing reaksi Purnomo. Apakah Purnomo masih menginginkannya atau tidak?
Purnomo segera berdiri, lalu dia berjalan tanpa busana di hadapan Mawar. Dan ternyata dia masih menginginkan Mawar, dia juga tidak ingin berpisah dengan Mawar begitu saja. Purnomo pun memegang pinggulnya, lalu dia berkata lembut.
"Sayang, aku sangat menikmati hubungan panas diantara kita. Tunggu sebentar!!"
Purnomo memakai celana pendeknya, lalu dia mengambil dompet dan mengeluarkan kartu kredit miliknya. Dia berjalan menggandeng Mawar kembali ke ranjang dan mengajaknya duduk di tepian kasur.
"Kenapa bapak menyuruhku untuk menunggu?" tanya Mawar ketus, dia berubah 180 derajat dengan sifatnya yang polos tadi.
Namun, buat Purnomo tidak jadi masalah yang ada di pikirannya sekarang adalah bagaimana membuat Mawar bersedia menjadi istrinya.
"Ini kartu kredit yang tidak terbatas nilainya, kamu bisa memakainya sepuas yang kamu mau dan tidak akan ada habisnya," ucap Purnomo sambil memegang benda persegi yang isinya tidak terbatas.
Mawar tersenyum, lalu dia berencana mengambil kartu tersebut tapi Purnomo lebih cepat. Dia menariknya ke belakang sehingga Mawar gagal mendapatkannya.
"Eits!!! Tapi ada syaratnya!!" sela Purnomo.
Mawar menyilangkan tangannya, lalu dia melirik Purnomo sambil bertanya.
"Apa syaratnya?"
"Kamu harus mau menjadi istriku, gimana?" jawab Purnomo.
Mawar memalingkan muka, dia masih berperang dalam hati sambil memikirkan kemungkinannya jika harus jadi istri Purnomo. Padahal dia hanya ingin menjual tubuhnya, lalu dibayar dengan uang. Seperti simpanan yang siap dipanggil kapan saja.
Tapi apa ini?? Kenapa harus menjalin ikatan yang lebih serius? Hemmm!!!! Mau saja lah, kartu kredit itu akan mengubah hidupku. Paling juga dia cepat mati, sehingga aku bisa menguasai seluruh hartanya, batin Mawar.
"Baiklah, Sayang. Kapan kita menikah?" tanya Mawar dengan manja, dia sudah menempelkan diri ke dada Purnomo.
"Bagus!! Aku akan atur semua dan tunggu sampai aku menghubungimu," ungkap Purnomo.
"Tapi Sayang, aku kan tidak punya ponsel!!" protes Mawar.
Kemudian Purnomo memasukkan kartu kredit di sela dada Mawar, lalu dia berkata.
"Kartu kredit itu sudah jadi milikmu, kamu bisa membeli ponsel dengan kartu itu dan bebas untuk menggunakan sesuka hatimu."
"Wahhh!!! Asyik!! Makasih ya Pak," seru Mawar.
Purnomo memeluk erat Mawar, dia mulai melucuti pakaian Mawar lagi dan berbisik, "Sebelum pergi, ayo kita ulangi lagi. Aku sangat menyukai tubuhmu."
Di rumah Purnomo, Anita sedang merawat Vanya. Dia tidak tahu apa yang dilakukan suaminya. Ketika dia melihat jam dinding yang sudah menujukan pukul 23.50 barulah dia sadar.
"Sudah larut malam, kenapa mas Purnomo belum pulang?" gumamnya.
Anita melihat Vanya yang sudah tertidur pulas, panasnya sudah turun tinggal meningkatkan nafsu makannya. Kemudian Anita pergi keluar kamar, disaat bersamaan Purnomo sudah pulang ke rumah dan berpapasan di depan kamar Vanya.
"Mas, baru pulang?" tanya Anita.
"Iya," jawab Purnomo singkat.
Anita mengikuti Purnomo yang berjalan menuju kamar, lalu dia melepas jas yang dia pakai dan celana panjangnya. Setelah itu dia pergi mandi, Anita mengambil pakaian Purnomo yang kotor itu dan menaruhnya ke dalam mesin cuci.
Purnomo sudah selesai mandi, lalu dia merebahkan diri ke ranjang. Tidak butuh waktu lama dia tertidur, Anita baru naik ke ranjang. Anita mengamati Purnomo yang sedang tertidur, dia melihat leher suaminya merah-merah yang tidak merata.
Anita menggelengkan kepalanya, dia bergumam, "Ahh tidak mungkin!!"
Anita tidak mau berpikiran buruk, dia pikir Purnomo tidak mungkin tidur dengan wanita lain sedangkan istrinya saja sudah punya 2 di rumah.
Anita tidak bisa memejamkan mata, perasaannya tidak bisa tenang dengan asumsi yang dia buat.
"Apa dia sudah tidak mencintaiku lagi?? 2 istri saja aku sebenarnya tak sudi," protes Anita kesal.