Anthony sudah kembali bekerja, setelah kematian neneknya dia hanya izin tidak bekerja selama satu hari dan hari ini dia masuk.
"Ton, turut berdukacita ya atas kematian nenekmu. Kemarin aku tahu dari supervisor serta bertanya kepadanya kenapa kamu tidak masuk, dan aku minta maaf jika tidak bisa datang ke rumahmu," ungkap Jarot.
"Iya, nggak papa, Rot," timpal Anthony tersenyum, dia tengah beristirahat makan siang bersama Jarot.
"Ton, kamu dengar tidak? Junet dapat promosi sebagai HRD. Pak Purnomo sendiri yang mengatakannya, sekarang dia sangat sombong sekali,"
"Aku heran, orang kayak dia bisa dapat promosi padahal aku lihat dia kerjanya malas-malasan," protes Jarot.
"Aneh!! Aku juga tidak suka, tapi kita jangan berprasangka buruk dulu. Siapa tahu dia mempunyai kemampuan di bidang itu," sahut Anthony sambil menyendok makanan ke mulutnya.
Jarot sebaliknya, dia meletakkan sendok karena makanan sudah tidak tersisa lagi di piringnya lalu dia meminum habis air yang sudah dia ambil sebelumnya.
"Bukan berprasangka buruk, Ton. Tapi memang kenyataannya, orang seperti Junet itu ahli di bidang bully baru aku percaya. Hahaa," sanggah Jarot.
Tidak lama kemudian, orang yang dia bicarakan datang juga, Junet berjalan paling depan dan belakangnya ada 3 orang yang mengikuti salah satunya adalah Dodit.
"Minggirlah Kacung Ijo, kamu tidak boleh makan di ruangan ini bersama HRD," gertak Dodit.
Suasana hati Anthony tidak begitu bagus, dia berdiri mendatangi mereka sambil mengepal tinjunya, tapi aksi tersebut dicegah Jarot.
"Ton, tahan amarahmu. Dengan posisi dia yang sekarang sangat tidak menguntungkan bagi kita," Jarot memperingatinya.
Anthony menarik napas, dia segera meredam amarahnya dan mendengar perkataan Jarot. Kemudian dia segera berjalan meninggalkan ruang istirahat yang diikuti Jarot, dia berhenti ketika matanya bertemu dengan mata Junet.
Anthony mengintimidasi, matanya seperti mata elang yang siap mencabik-cabik mangsanya yang sudah dia incar dari atas langit.
Junet bergidik, dia tidak menyangka jika marahnya Anthony sangat menyeramkan. Dia mengakuinya dalam hati.
"A ... pa Lu? Lihat-lihat!!" gertak Junet tergagap, dia berusaha menutup rasa takutnya.
Kemudian Anthony pergi keluar, Dodit saja menundukkan kepala karena tidak berani menatap Anthony. Mereka pun membiarkan Anthony pergi.
Setelah tahu Anthony berjalan mendekati pintu, Junet yang merasa aman itu sesumbar, dia berbicara lantang.
"Haha!! Lihatlah baik-baik, jika kalian tidak menurutiku jangan harap bisa bekerja lagi disini!!!"
Junet berjalan menuju bangku kosong bekas tempat Anthony duduk bersama Jarot.
"Bersihkan dulu bangku ini!! Aku tidak mau duduk bekas manusia kotor itu!!" seru Junet.
Anthony baru saja melangkah keluar pintu, suara keras Junet terdengar sangat jelas di telinganya. Anthony sudah tidak bisa menahan emosi lalu berlari menghampiri Junet, dia menarik lengan Junet sampai menghadapnya dan tinju sudah mendarat sempurna di rahang Junet.
Semua karyawan terkejut, bukannya melerai tapi malah membuat lingkaran dan mengelu-elukan jagoan mereka masing-masing. Jarot juga tidak bisa berbuat apa-apa, karena Anthony sudah terlanjur memukul Junet.
"Aauwww!!! Brengsek!! Cepat pegangi dia!!" perintah Junet, sontak 3 orang yang datang bersamanya menyerbu Anthony.
Anthony menghindar, ketika Dodit meraih tangan kanannya, Anthony menahan sampai tidak bisa dibekuk Dodit. Cengkraman Dodit melemah, Anthony pun menendang betisnya.
"Aauwww!! Sakit!!" erang Dodit, dia pun melepas cengkeramannya ganti memegang betisnya sendiri.
Dua orang lainnya juga tidak bisa menangkap Anthony, sehingga mereka semua babak belur. Sekarang giliran Junet, Anthony perlahan mendekati sampai berhasil menarik kerah Junet.
"Aku sudah peringatkan untuk jaga mulut busukmu itu!!! Sekarang rasakan akibatnya!!" geram Anthony, dia sudah melayangkan tinjunya yang kedua, tapi tertahan di udara ketika mendengar kata.
"Berhenti!!"
Purnomo datang memasuki ruang istirahat bersama Narwan, mereka sangat murka melihat kegaduhan di restorannya.
"Lepaskan dia!!" bentak Purnomo.
Anthony melepaskan kerah Junet, Junet pun berlari ke belakang Narwan dan mengadu domba.
"Anthony yang memulai duluan, Pak. Saya adalah korbannya," ungkap Junet.
"Seseorang cepat panggil polisi!!" perintah Purnomo.
Namun, semua diantara mereka tidak ada yang menelpon. Walaupun mereka ada yang tidak menyukai Anthony, tapi mereka sadar batasannya. Sedangkan Dodit dan 2 temannya sudah terkapar di lantai.
"Pak, jangan percaya Junet. Dia yang menghina Anthony terlebih dahulu!! Semua karyawan disini saksinya, buktinya mereka tidak ada yang mau menghubungi polisi," sanggah Jarot.
"Bohong Pak, Jarot adalah teman Anthony!!" ucap Junet.
"Sudah!! Jika kalian tidak ada yang mau memanggil polisi, biar saya sendiri yang lapor,"
Purnomo geram, lalu dia mengambil ponselnya sendiri dan benar dia langsung lapor polisi.
"Kalian semua bubar, cepat kerjakan tugas kalian. Kecuali kalian yang terlibat!!" perintah Purnomo.
Segera saja mereka semua bubar, Jarot mendatangi Anthony. Dia tampak kasihan dengan Anthony yang sedang tidak beruntung.
"Ton, aku ada di pihakmu!! Aku akan bersaksi dan mengatakan yang sebenarnya," ucap Jarot memberi dukungan kepada Anthony.
"Makasih, Rot," timpal Anthony tanpa mengalihkan pandangannya ke Purnomo.
Tenanglah Anthony, semoga semuanya akan baik-baik saja, batin Anthony menyemangati diri.
Bunyi sirene mobil polisi begitu nyaring memasuki restoran, 2 petugas turun dari mobil dan segera disambut Junet untuk mengantarkannya ke ruang istirahat.
"Selamat siang, kami menerima laporan bahwa sedang terjadi perkelahian di restoran ini, apa itu betul?" tanya Polisi.
"Betul, Pak. Saya Purnomo yang menghubungi kantor polisi tadi,"
"Tolong tangkap orang yang berdiri di depan saya, dia bernama Anthony, Pak. Dia sudah menjual aset restoran ini dan sekarang dia memukul rekan kerjanya," beber Purnomo.
"Apa anda punya buktinya?" tanya Polisi.
"Ada Pak, saya ada videonya," sahut satpam restoran yang baru saja sampai di tempat kejadian, lalu dia menyerahkan ponsel yang memutar video saat Anthony menerima uang dari pengepul rosok.
"Geledah dia, Pak. Pasti dia menyimpan uang 5 juta itu?" seru Junet.