Purnomo sangat marah, karena dia tahu para istrinya bekerja sama untuk menggagalkan rencana Purnomo untuk tidur dengan Vanya. Purnomo selama ini tidak tahu bahwa semua sudah direncanakan, seperti saat ini dia sangat menanti pulangnya Vanya tapi Anita menyembunyikannya agar tidak bisa bertemu dengan Purnomo.
Vanya dan Anita sedang duduk menunduk, sedangkan Purnomo berkacak pinggang di hadapan mereka.
"Ooww begitu ya, cara kalian menghormati suami, yaitu bersekongkol untuk membohongiku selama ini!!!" bentak Purnomo.
"Kami tidak bermaksud seperti itu Mas, hanya saja aku kasihan kepada Vanya yang masih remaja harus melakukan hubungan badan tanpa dia siap terlebih dahulu," ungkap Anita.
Vanya hanya menunduk takut, dia tidak berani menatap Purnomo jika ingat kejadian waktu tidak ada Anita waktu itu.
"Mas tidak mau mendengar alasan!! Vanya sudah sah menjadi istriku, Anita. Jadi dia harus siap memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri," ungkap Purnomo.
"Tapi Mas...,"
"Tidak ada tapi. Mulai sekarang Vanya akan tidur satu kamar denganku, semua akan mendapatkan jatah tidur denganku selama seminggu. Apa kalian mengerti?" tanya Purnomo setengah memaksa.
Purnomo tidak menunggu jawaban dari para istrinya, dia pergi meninggalkan ruang tamu untuk menenangkan pikirannya.
Sementara itu, Anita sangat kasihan melihat Vanya yang tubuhnya berguncang menahan tangis, lalu dia memeluk Vanya.
"Vanya, apa yang dikatakan mas Purnomo benar, kamu sudah jadi istrinya. Tidak mungkin jika kamu terus menghindarinya," kata Anita.
"Tapi Mbak, aku tidak mau!!! Aku terpaksa menikah karena dijodohkan oleh orang tuaku," timpal Vanya dalam sela tangisannya, dia semakin keras menangis karena harus melakukan hubungan badan itu.
"Aku mengerti sekali perasaanmu, Vanya. Mbak juga sudah tidak tahu lagi harus bagaimana," ungkap Anita merasa iba kepada Vanya.
Waktu cepat sekali berputar, tidak terasa malam hari pun tiba, sesuai perintah Purnomo bahwa Vanya akan tidur bersama Purnomo selama seminggu. Kini Vanya sudah ada di kamar bersama Purnomo, dia hanya duduk memeluk lututnya erat diatas ranjang.
"Haha!!! Tertangkap juga kau gadis nakal. Sekarang kamu tidak bisa menghindar!!!" ucap Purnomo dengan mata yang penuh birahi sambil membawa tali, tidak tahu dari mana Purnomo mendapatkan tali itu.
"Aku akan ikat setiap kaki dan tanganmu, agar kau tidak bisa melawan. Inilah akibat dari pemberontakanmu, Vanya. Diam dan rasakanlah saja!!"
Purnomo pun mencekal tangan Vanya, Vanya berteriak pilu sampai terdengar dari kamar Anita. Anita hatinya sakit sekali, setiap kali Vanya berteriak, dia tidak tega mendengarkannya.
Tidak butuh waktu lama, Tangan dan kaki Vanya sudah terikat dalam keadaan terlentang.
"Ampuni aku, Mas!!! Aku mohon lepaskan ikatan ini," mohon Vanya, dia sangat takut sekali sampai badannya penuh peluh.
Namun, Purnomo tidak memedulikan permohonan Vanya. Dia melucuti pakaian atas Vanya sampai tidak ada yang menutupinya. Purnomo menyeringai, mata dia penuh nafsu ketika melihat betapa mulus dan besar serta kencang aset berharga Vanya. Dia pun segera mendaratkan ciuman bertubi-tubi.
"Jangan Mas!! Aku tidak mau!!" teriak Vanya menangis, dia memberontak untuk melepaskan tali yang ada di tangannya itu.
Tubuh Vanya menolak rasa yang dihasilkan dari perbuatan Purnomo, dia sangat jijik tidak nyaman dengan itu. Setelah Purnomo puas dengan bagian atas, dia sudah tidak sabar untuk melepas celana Vanya.
Ketika Purnomo memegang celana Vanya, disaat bersamaan pintu kamar Purnomo dilempar barang pecah belah yang menimbulkan suara nyaring.
"Buka pintunya sekarang, Mas. Kalau tidak akan aku dobrak pintu ini!!!" ancam Anita, dia tidak peduli bahwa pintu itu baru saja diganti yang baru.
Purnomo berhenti, dia sangat kesal sekali malam bergairahnya sedang di ganggu.
"Dasar Anita sialan!!! Apa maunya??"
Purnomo terdiam, tiba-tiba ide gila terbesit di benaknya, "Apa malam ini aku bermain dengan dua istriku secara bersamaan saja, itu pasti menyenangkan," gumam Purnomo.
Purnomo berjalan menuju pintu yang hanya mengenakan celana kolor, lalu dia membuka pintu dan melihat Anita yang sangat marah membawa tongkat golf milik Purnomo.
"Kenapa Sayang? Ayo letakkan tongkat golf itu, kita bicarakan baik-baik di dalam kamar," bujuk Purnomo.
Anita memalingkan muka ketika melihat keadaan Vanya yang terikat, dia menangis dan tidak menyangka suaminya melakukan perbuatan sekasar itu.
Kamu harus tenang Anita, hanya kamu harapan Vanya untuk bisa lolos, batin Anita.
Anita menguatkan hati, dia masuk ke dalam kamar dan melempar stik golf itu ke lantai.
"Bagus sekali Anita, ayo masuk dan mari kita bersenang-senang!!!" ucap Purnomo, lalu dia berjalan lebih dulu.
Anita memungut pecahan piring yang ada di lantai, lalu dia berlari menghadang jalan Purnomo. Lalu pecahan piring itu dia letakkan di lehernya sendiri.
"Mas, lepaskan Vanya sekarang juga. Atau aku akan menusuk benda ini menembus leherku!!" ancam Anita, dia berjalan mundur menjauhi jangkauan Purnomo.
Purnomo sangat terkejut dengan tindakan Anita, wajah dia seketika panik.
"Tenangkan dirimu, Anita. Buang benda yang bisa membuatmu terluka itu," bujuk Purnomo.
"Cepat buka ikatannya sekarang!!!" ancam Anita.
"Iya!! Sayang, tapi jangan kau lukai dirimu!!" ucap Purnomo.
"Cepat!!!"
Purnomo dengan cepat melepas ikatan Vanya, Vanya segera berpakaian lalu berlari dibalik punggung Anita.
"Ayo keluar Vanya!!" pinta Anita, dia berjalan mundur menuju pintu.
"Sudah Sayang, buanglah benda itu," bujuk Purnomo lagi, dia berjalan mendekati Anita.
"Berhenti!!!" teriak Anita.
Ketika Anita dan Vanya sudah diluar kamar, Anita melempar piringan pecah itu, kemudian menutup pintu kamar dan menguncinya dari luar.
"Anita buka pintunya!!!" teriak Purnomo kesal, dia sangat marah lalu memukul pintu tersebut menggunakan stik golf yang terletak di lantai.
Pintu menjadi saksi kegagalan Purnomo yang kedua kalinya, harus berapa kali dia bisa menikmati tubuh Vanya ya?