"Vanya? Maaf Pak, sejak Vanya menjadi istri Bapak, dia belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di rumah ini,"
"Kenapa dengan Vanya? Apakah terjadi sesuatu dengannya, Pak?" tanya Sonya ingin tahu.
"Dasar anak kecil itu!!! Sonya, apakah kamu tidak pernah bertemu dengannya?? Ibu macam apa kamu yang mendidik Vanya menjadi anak berandal seperti itu!!!"
"Aku tidak mau tahu, ajarkan dia menjadi istri yang baik. Kalau tidak, kamu akan tahu akibatnya!!!" ancam Purnomo kesal.
Purnomo langsung berdiri dari tempat duduknya, dia pergi setelah selesai memarahi Sonya, sedangkan Sonya yang tidak tahu apa yang terjadi justru kena getah perbuatan Vanya.
"Dasar bocah tidak tahu diri itu!!!! Bikin onar saja!!!" gerutu Sonya dengan mata berkilat siap untuk dilampiaskan.
Sementara itu, di restoran Vanya berhasil meyakinkan tamu pengunjung untuk merayakan pernikahan anaknya di Hall restoran. Acara seperti itu sangat menguntungkan bagi restoran, karena pasti akan menambah pemasukan dalam jumlah yang besar.
Vanya berjalan kembali ke kantornya, dia berpapasan dengan Anthony, lalu membuat Vanya teringat kejadian Gazebo kotor tadi.
"Ech Ton!! Kamu tadi dimana? Kok aku baru lihat?" tanya Vanya.
Jarot yang berjalan bersama Anthony itu meminta izin untuk kembali ke dapur duluan, dia sungkan berada diantara obrolan Vanya dan Anthony.
"Ada orang iseng yang sengaja mengunciku di gudang, tapi aku baik-baik saja. Kenapa Vanya, apa ada masalah?" Anthony menjawab sekaligus bertanya balik ke Vanya.
"Siapa? Kenapa dia melakukan itu? Apa Gazebo kotor itu ulah orang sama yang menguncimu di gudang?" tanya Vanya penasaran.
"Kemungkinan iya. Aku tidak tahu alasan mereka, tapi aku tidak mau ambil pusing," jawab Anthony sambil tersenyum.
Mereka mengobrol dengan sangat akrab di tengah jalan yang menarik perhatian banyak karyawan restoran, terutama Junet.
"Hah!!! Bagaimana dia bisa keluar dari gudang itu? Si Goblok itu memang tidak bisa diandalkan!!!" gumam Junet.
Kemudian Junet pergi menuju gudang dengan amarah yang siap meledak. Dia berjalan sangat cepat, dan sampailah dia di gudang tersebut.
Dodit duduk di lantai depan gudang sambil memainkan game yang ada di ponselnya, dia berdiri kaget ketika melihat kedatangan Junet.
"Ngapain kamu disini?" teriak Junet.
Dodit heran kenapa Junet datang memarahinya serta bertanya dengan jawaban hang sudah jelas dia tahu sebelumnya, dia menjawab.
"A-ku menjaga gudang agar Anthony tidak bisa lolos."
"Apa yang kamu jaga dengan gudang tanpa orang itu? Si Kacung itu sudah bebas dan sekarang sedang menggoda ibu Vanya di luar sana!!!" bentak Junet.
"Jangan bercanda, Jun. Aku dari tadi berjaga disini, tidak lihat Anthony keluar!!!" sanggah Dodit.
"Haishhh!!! Percuma ngomong sama kamu!!!" ucap Junet kesal, dia berbalik meninggalkan Dodit.
"Haduh!! Kenapa lagi dengan Junet?? Aku tidak percaya bahwa Anthony keluar," gumam Dodit.
Dodit berpikir sejenak, lalu dia meragukan keyakinannya. Kemudian Dodit melihat pintu gudang itu lama sekali, lalu dia memutuskan untuk membuka pintu untuk mengecek kebenatannya.
Kunci sudah diputar Dodit, lalu dia memegang gagang pintu dan mendorongnya ke dalam.
"Hei Kacung, keluarlah!!!" panggil Dodit, dia tidak mau masuk gudang lantaran takut dengan tikus.
Namun, Anthony tidak menjawab dan tidak juga keluar dari dalam. Dodit memanggil Anthony lagi, tapi tetap saja tidak ada tanggapan. Dodit memberanikan diri untuk masuk gudang yang remang itu.
"Hah!!! Benar kata Junet, Malu sekali aku dengannya. Semua ini gara-gara si Kacung sialan itu!!!" umpat Dodit sambil mengepal tangannya.
Hari sudah sore, sudah waktunya karyawan shift pagi pulang. Anthony sudah pulang lebih awal dari karyawan lain, dia sudah dalam perjalanan pulang.
Pikiran Anthony masih tertinggal di gudang, bagaimana caranya barang yang tidak dipakai itu berguna. Lalu Anthony mendengar orang berbicara memakai pengeras suara bilang 'Rosok.. Rosok', orang itu mencari rosok dengan menggunakan mobil bak yang tidak ada atapnya.
"Wahh!!! Kenapa tidak dijual saja?? Kan lumayan sebagai pemasukan," gumam Anthony.
Anthony pun sudah tidak sabar untuk memberitahu Vanya, di dalam angkutan umum itu dia tersenyum senang telah memecahkan masalah gudang.
Rosok itu identik pemulung, dulu pemulung akan mengais bak sampah warga yang mereka temui. Pekerjaan itu memang dipandang sebelah mata karena berhubungan dengan sampah, tapi mereka tidak tahu bahwa usaha rosok itu bisa sangat menjanjikan.
Saat ini banyak pengepul rosok atau bahkan ada beberapa warga yang beralih profesi mencari rosok. Kadang mereka menggunakan mobil bak berkeliling memasuki setiap kampung untuk mencari rosok.
Vanya juga sudah dalam perjalanan pulang, dia hanya berada dalam jarak 100 meter dari hotel. Setelah sampai di hotel, dia turun dari taksi dan segera masuk hotel.
"Selamat malam, Nyonya," sapa pegawai hotel.
"Malam," jawab Vanya dengan tersenyum ramah.
Sejak Anita memberitahukan bahwa Vanya adalah istri muda Purnomo, setiap pegawai hotel menghormatinya. Mereka akan menyapa Vanya jika kebetulan berpapasan dengannya.
"Ohh jadi itu istri muda pak Purnomo? Cantik juga sekaligus kasihan, dia harus menggantungkan impiannya demi menjadi istri pak Purnomo," ungkap resepsionis berambut pendek.
"Iya, aku terkejut sekali melihat ibu Vanya. Berapa umur dia ya? Padahal cantik, kenapa mau menikah dengan pria yang sudah berumur," sahut rekan kerja lainnya.
"Heh!! Sudah!!! Jangan mengurusi kehidupan Nyonya muda kita, mungkin ada alasan lain dia melakukannya," ucap resepsionis senior yang baru saja datang dari toilet. Mereka pun sedikit canggung dan merasa malu, karena sudah di dengar oleh seniornya.
Vanya sudah berada di kamarnya, ponsel dia berdering segera saja dia menjawab telepon tersebut setelah tahu yang menelepon dia adalah Anita.
"Hallo Mbak."
"Vanya!!! Gawat, mas Purnomo tahu bahwa kita sedang berbohong," ucap Anita panik.