Chereads / Merebut Jodoh / Chapter 16 - Hotel Mewah

Chapter 16 - Hotel Mewah

Anita sedang menunggu Vanya di dalam mobil, dia tidak memarkir kendaraannya dan memilih berhenti di tepi jalan depan mall.

Vanya pun keluar mall dan berjalan menuju jalan, dia mencari mobil yang ditumpangi Anita. Ternyata hanya ada 1 mobil, dia pun berjalan menghampirinya dan masuk ke mobil.

"Lama sekali kamu, Vany?" tanya Anita.

Anita membagi konsentrasinya, dia masih mengamati jalan untuk mengemudikan kendaraannya sambil menajamkan telinga mendengarkan jawaban dari Vanya.

Namun, Vanya masih tidak menjawab sampai mobil sudah berada di jalanan. Anita mengamati wajah Vanya yang tampak cemberut seperti anak kecil yang tidak mau diajak pulang ketika bermain ditempat yang dia sukai.

"Kamu harus pulang, Vany. Kamu bukan remaja lagi yang bisa pergi dari rumah, apalagi sudah bersuami," terang Anita.

Vanya menghela napas berat, lalu menimpali perkataan Anita.

"Mbak, aku takut!!! Kemarin pintu kamarku didobrak paksa, aku tidak bisa melakukan hubungan badan itu," kata Vanya sambil menundukkan kepala.

"Apa benar mas Purnomo memaksamu? Kasar sekali sampai mendobrak pintu kamar, selama mbak menikah dengannya, mbak tidak pernah melihat dia sekasar itu," terang Anita.

Anita melihat Vanya yang menahan airmata dan ketakutan yang dia rasakan, dia sangat kasihan sekali. Rasanya seperti melihat anak perempuannya yang dijodohkan pria tua.

"Vanya!!! Tenanglah ada Mbak dirumah, maafkan mbak Anita ya, yang meninggalkan dirimu sendirian," kata Anita mencoba menghibur Vanya.

Anita hampir sampai di rumahnya, perempatan lampu merah itu lurus. Dia sedang menunggu rambu hijau menyala, setelah menyala dia tidak lurus justru belok ke kanan. Vanya hanya memandang jalan di kegelapan malam melalui jendela mobil.

Mobil yang mereka kendarai berhenti di depan hotel mewah milik Purnomo, Vanya baru menyadari kalau Anita tidak membawanya pulang.

"Ayo turun, Vany!!" ajak Anita sambil tersenyum.

"Loh Mbak, kita mau ngapain disini?" tanya Vanya penasaran.

"Sudah, turun dulu!!" ajak Anita setengah memaksa.

Mereka turun dari mobil, karyawan disana sudah mengenal siapa Anita. Semua staff itu menyapa dengan hormat, Anita berhenti di tengah lobi hotel mewah itu.

Seorang pria yang memakai jas datang menghampiri Anita, Anita pun mengeluarkan titahnya.

"Siapkan kamar paling bagus disini untuk nyonya muda kalian. Kenalkan dia Vanya, setiap apa yang dia inginkan adalah sebuah perintah untuk kalian, mengerti!!!" perintah Anita.

"Mengerti, Nyonya," jawab semua staff yang ada termasuk pria berpakaian jas tadi.

Anita kembali menatap Vanya, lalu berbicara kepadanya.

"Vanya, untuk sementara kamu tinggallah disini," pinta Anita.

"Tapi Mbak, apa tidak ada masalah nantinya?" tanya Vanya.

"Percayalah kepadaku, Mbak akan mengurus Purnomo," kata Anita meyakinkan Vanya.

Vanya pun menuruti perintah Anita, kini senyuman yang sempat hilang berangsur kembali, dia sangat senang lalu menghampiri Anita serta memeluknya.

"Terimakasih Mbak, Vany tidak tahu lagi bagaimana caraku untuk membalas kebaikan mbak Anita," ungkap Vanya.

"Tidak usah merasa seperti itu, kita sekarang adalah keluarga dan aku sudah menganggap sebagai saudaraku sendiri," jawab Anita.

Setelah cukup lama mereka berkeluh kesah, Anita pun pulang kembali ke rumah tanpa Vanya.

"Aku yakin sudah melakukan hal yang benar!!! Ayo Anita, kita hadapi Purnomo," gumam Anita kepada dirinya sendiri.

Purnomo dirumah sedang menerima telepon dari Narwan. Setiap kejadian yang menyangkut Purnomo, Narwan akan selalu memberi laporan.

"Bagaimana Narwan?? Bisnis tidak ada masalah kan?" tanya Purnomo.

"Tidak Pak, semua sudah aman terkendali. Ada sedikit keluhan yang saya ingin laporkan, ini tentang nyonya Vanya," terang Narwan.

"Lanjutkan!!!" perintah Purnomo.

"Nyonya Vanya kemarin malam menginap di restoran, beliau menggunakan ruangan manager sebagai tempatnya beristirahat. Menurut kabar Nyonya Vanya sedang dekat dengan seorang karyawan pria di restoran, namanya Anthony, Pak," jelas Narwan.

Purnomo pun tampak tidak senang mendengar laporan dari Narwan, dia menggertakkan gigi saking marahnya mengetahui hal tersebut.

"Terus pantau kedekatan mereka, jika sudah tidak bisa ditoleransi kasih pelajaran orang yang bernama Anthony itu," perintah Purnomo itu mengakhiri sambungan telepon mereka.

"Assalamualaikum, Mas. Aku pulang," sapa Anita.

"Walaikumsalam," sahut Purnomo.

Purnomo tampak menunggu kedatangan seseorang, dia terus melihat ke belakang Anita. Namun, sesosok yang dimaksud Purnomo pun tak kunjung terlihat.

"Kamu sendirian? Mana Vanya?" tanya Purnomo.

Anita berjalan mendekati Purnomo, dengan manja dia duduk bersandar di pundak Purnomo.

"Apa aku sekarang sudah tidak penting lagi?? Kenapa Mas mencari Vanya yang tidak ada?" tanya Anita cemberut.

"Bukannya begitu, Mas hanya pengen tahu keadaannya sekarang. Jangan berpikir seperti itu, kamu sangat penting untukku kok," ucap Purnomo.

Kemudian Purnomo membuka lengannya, lalu dia memeluk Anita dan mendaratkan kecupan di kening istri pertamanya. Anita memeluk erat tubuh Purnomo, dia sangat nyaman sampai memejamkan mata. Dalam hati Anita berharap cinta suaminya hanya untuk dirinya seorang.

"Jadi dimana Vanya, Sayang?" Purnomo mendesak Anita untuk memberitahu keberadaan Vanya.

"Vanya sangat merindukan keluarganya, jadi aku mengizinkan dia untuk berkunjung ke rumah orang tuanya untuk sepekan," jawab Anita berbohong.

"Apa Mas keberatan menghabiskan sepekan denganku?? Waktu aku pulang menjenguk ayah, aku sangat merindukanmu Mas. Apa kamu tidak merindukanku, Mas?" tanya Anita untuk memancing rasa iba Purnomo.

"Siapa bilang?? Mas sangat merindukanmu juga, Sayang," sahut Purnomo.

Purnomo pun memegang janggut Anita, lalu dia melumat bibir Anita yang masih terlapisi lipstik. Anita sangat senang menyambut ciuman mesra dari Purnomo, rasa senangnya menembus hatinya karena dia terlihat berhasil meyakinkan Purnomo.

Aku tidak yakin apa yang Anita katakan, besok aku akan mengecek sendiri keberadaan Vanya, batin Purnomo.