Sebagai serangan balasan, sebelum kaki mendarat di tanah, Armorboy melancarkan dua pukulan ke punggung mereka berdua. [Bam] [Bam] Mereka berdua terhuyung-huyung ke depan sejauh satu meter, berhenti tepat di depan Pria Satu. Beruntung tidak tersungkur, mereka masih bisa menjaga keseimbangan.
Sayangnya itu hanya keberuntungan semu bagi mereka, sesampainya Armorboy mendarat di tanah dengan gaya superhero landing, serangan kedua mulai dilancarkan.
"Shadow Clone!" Muncul dua klon Armorboy di samping kanan dan kiri Armorboy yang asli, berlanjut "Backing Stab!" Ketiga Armorboy secara bersamaan menghilang dari tempatnya, dan muncul kembali tepat di belakang mereka masing-masing dengan sebilah scimitar kecil di tangan.
Untuk Pria Dua dan Pria Tiga yang habis terkena pukulan, mereka tidak siap untuk menerima serangan kedua Armorboy. Mereka ingin menghindari serangan itu, tapi posisi mereka saat ini dan begitu cepat serangan itu datang, tidak mengizinkan mereka untuk menghindarinya.
Tidak ingin menjadi orang pertama yang gugur, memaksa mereka untuk mulai menggunakan skill dari masing-masing jobclass mereka. [Barbarian Mode!] Secara bersamaan mereka berteriak, diikuti warna kulit tubuh mereka berubah kemerahan.
[Ting] [Ting] Kunai yang diluncurkan kedua Armorboy ke bagian jantung terhenti di permukaan kulit mereka yang begitu keras, sekeras lempengan baja.
Terkejut, sudah pasti, tapi tidak ada kesempatan bagi Armorboy untuk terkejut lantaran ada dua hal yang mengalihkan perhatiannya. Hal pertama adalah suara [Bufftt] yang mengalir ke telinga, menandakan klon yang melawan Pria Satu telah terbunuh. Disusul hal kedua yang masuk ke matanya, yaitu serangan balasan dari Pria Dua dan Pria Tiga. Mereka mengayunkan kapaknya secara horizontal, Pria Dua ke kiri dan Pria Tiga ke kanan, masing-masing mengarah ke setiap sisi leher dari kedua Armorboy.
Mungkin hari ini adalah hari kesialan Armorboy. Awalnya, dia berhasil menghindari serangan mereka dengan cara menjauh ke belakang. Entah bagaimana, dari sabetan kapak yang meleset itu keluar hembusan angin berbentuk bulan sabit.
Angin itu melesat sangat kencang seperti truk trailer yang akan menabrak siapa saja yang menghalanginya, dan [BAMM] sama sekali tanpa persiapan, serangan itu menghantam dada dari kedua Armorboy. Menyebabkan klon Armorboy menghilang bak balon yang meletus, sementara Armorboy asli terpental, melayang jauh ke belakang.
[Gedebuk! Gedebuk! Gedebuk!] Mendarat di tanah, Armorboy berguling-guling tak terkendali hingga beberapa meter, sebelum berhenti dengan posisi wajah menghadap ke atas.
Keadaan Armorboy yang suram, bukanlah hasil akhir. Keinginan untuk hidup, serta semangat juang untuk dapat melarikan diri dari tempat ini masih menyala terang di dalam dirinya. Begitu merasakan semangat itu, Armorboy menggertakkan giginya, dengan susah payah berusaha berdiri.
Namun saat akan berdiri dengan benar, tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba Pria Tiga begitu saja muncul di depan Armorboy. Bukan untuk diajak mengobrol atau piknik, melainkan untuk diberi sebuah pukulan keras di tempat dia terluka. [Blurghhh] Armorboy memuntahkan darah, yang mana darah itu terciprat kembali ke wajahnya akibat memakai helmet full face.
Luka akibat terkena serangan angin bulan sabit yang awalnya tidak terlalu parah, sekarang bertambah sangat parah dengan adanya pukulan itu, dan Armorboy sebagai orang yang mengalaminya, seketika ambruk ke tanah, mengerang, memegang dada menggunakan kedua tangannya.
Pria Tiga tidak memberi Armorboy banyak kesempatan untuk mengutarakan rasa sakit lewat erangan. Kurang lebih satu menit setelah Armorboy ambruk ke tanah, Pria Tiga mengangkat kapaknya tinggi-tinggi, berniat mengiris tubuh Armorboy menjadi dua bagian dengan kapaknya yang besar itu.
Beruntung, dewi fortuna masih berpihak pada Armorboy. Kapak yang sudah dalam posisi setengah jalan ke arah tubuhnya dihentikan oleh sebuah kapak lainnya. [Tinggg] kapak itu saling berbenturan.
Mengikuti tangan yang memegang kapak itu, ternyata yang menghentikan Pria Tiga adalah Pria Satu. Penghentian paksa ini, sontak memicu rasa tidak suka yang dimiliki Pria Tiga, di memandang Pria Satu dengan alis yang mengerut. "Yii, apa maksudmu mencoba menghentikanku untuk membunuh mangsaku?!" Suara serak Pria Tiga mengaburkan emosi yang sedang dialaminya.
"Mangsamu?!" Pria Satu yang bernama Yii memberikan senyum ejekan atas apa yang di klaim Pria Tiga. "Berdasarkan kebiasaan guild, orang pertama yang menemukannya merupakan orang yang berhak melakukan 'finishing'! Jadi, sebaiknya kau minggir dari hadapanku!" Mengakhiri kalimatnya, Pria Satu mendorong Pria Tiga hingga membuatnya mundur dua langkah.
Finishing atau juga bisa disebut last hit adalah sebutan untuk serangan terakhir seseorang yang menyebabkan nyawa si lawannya melayang, entah lawannya manusia, monster atau apapun. Dalam sebuah party, Finishing akan selalu diributkan, sebab orang yang melakukan Finishing akan mendapatkan EXP 10X lebih banyak ketimbang anggota party lainnya yang hanya duduk diam.
Inilah alasan yang mendasari mengapa Pria Tiga ingin menjadi orang yang membunuh Armorboy, dan waktu keinginannya digagalkan Pria Satu, terlebih dengan cara yang kurang sopan, Pria Tiga menjadi semakin emosi.
"Persetan dengan siapa yang pertama, siapa yang kedua! Aku dan Uer adalah orang yang paling layak melakukan Finishing karena kami berdua yang berjuang melumpuhkannya, tak seperti dirimu yang hanya melawan sebuah klon lemah!" Wajah Pria Tiga sudah memerah, napas naik turun, tanda emosi telah menggebu-gebu.
"Lalu apa maumu?! Duel?!" Datar, tanpa ekspresi, hanya tatapan mata tajam yang langsung diarahkan ke mata Pria Tiga, sebagaimana saat orang-orang mengajak berkelahi.
Tatapan itu tidak membuat Pria Tiga gentar, dia membalas tatapan itu sambil menjawab tantangan Pria Satu. "Siapa takut!" Selesai mengatakan itu, Pria Tiga menyiapkan senjatanya sambil pelan-pelan melangkah ke Pria Satu yang juga melakukan hal yang sama.
Sementara itu, Pria Dua atau bisa dipanggil Uer, berdiri tak jauh dari mereka berdua hanya bisa menggelengkan kepala. Keributan seperti itu bukan sesuatu yang jarang terjadi di kelompok mereka, sangat sering, terutama ketika Ketua mereka memberi kebebasan untuk dapat melakukan apa saja pada target buruan kelompok mereka.
Kalau sudah ada kejadian ribut-ribut begitu, jalan keluar satu-satunya hanya bergantung pada Ketua. Tapi, karena posisi ketua jauh dari sana, tak ada pilihan lain bagi Pria Dua selain berusaha sendiri untuk melerai mereka.
Menindaklanjuti pilihan itu, Pria Dua menghampiri mereka, berdiri di tengah-tengah antara mereka berdua, tangan kanan menjauhkan Pria Tiga, sedangkan tangan kiri menjauhkan Pria Satu, dan selama proses melerai, dia membarenginya dengan sebuah kalimat. "Baiklah, bisakah kalian berhenti?! Jangan kayak seorang bocah yang sedikit-sedikit bertengkar, ingatlah umur kalian yang sudah tua!" Tidak ada di antara mereka yang mendengarkan omongan Pria Dua, masing-masing berusaha menyingkirkan tangan Pria Dua yang menghalangi mereka untuk berkelahi. Mendapati hal itu, Pria Dua sampai pada pilihan terakhir, menggunakan cara yang biasanya sangat ampuh untuk melerai orang-orang yang sedang ribut begitu. "Kalau kalian tidak bisa berhenti, aku akan melaporkannya ke Ketua! Mari kita lihat, berapa banyak poin kontribusi kalian yang dikurangi akibat hal sepele seperti ini!" Cara itu memang ampuh, sekalinya mendengar kalimat 'ketua dan poin kontribusi akan dikurangi' mereka berhenti mencoba menyingkirkan tangan Pria Dua.
Sekarang mereka hanya saling pandang dengan tatapan yang masih sama. "Kamu sangat beruntung hari ini ada Uer! Kalau tidak, kau sudah menjadi bubur di lantai!" Diakhiri dengan sebuah dengusan, Pria Tiga pergi begitu saja meninggalkan mereka, tak peduli lagi dengan Armorboy.
Namun satu langkah sebelum Pria Tiga pergi jauh, Pria Satu membalas omongan Pria Tiga. "Sama! Kamu juga bakalan jadi daging cincang untuk bubur makan siangku!" Setelah mengatakan itu, Pria Satu juga ikut pergi dengan arah yang berlawanan.
Akibat kepergian mereka berdua, tempat itu menjadi sepi. Tak tahan akan rasa sepi itu, Pria Dua berniat mengakhiri tugasnya di sini dengan cepat agar dapat kembali berkumpul dengan teman-temannya. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan membunuh Armorboy, akan tetapi saat sudah menyiapkan kapaknya untuk melakukan hal itu, dia mendapati ada sesuatu yang tidak beres.
Mengingat kembali sebelum melerai Pria Satu dan Pria Tiga, Pria Dua melihat Armorboy masih dalam keadaan sadar. Entah bagaimana sekarang malah terlihat seperti orang mati, mata terpejam, tak bergerak, dadanya pun terlihat tenang, tak menunjukkan kembang-kempis selayaknya seseorang sedang bernapas.
Hal itu tentu sangat aneh, terlebih luka yang diderita Armorboy tidak akan menyebabkan kematian dengan begitu cepat. Tak ingin larut dalam kecurigaan saja, Pria Dua mulai menyelidiki, apakah Armorboy mati sungguhan atau hanya pura-pura, dan saat mengambil tangan kanan Armorboy untuk mengecek denyut nadinya, kejadian tak terduga muncul di hadapan Pria Dua. Tubuh Armorboy meledak, tapi tidak meninggalkan darah, daging, atau apapun, hanya angin kosong dan suara [Buffftt].
"Fuck! Klon!" Tangan besar Pria Dua memukul tanah, kesal telah kecolongan.
Pria Dua tak tahu sejak kapan Armorboy melarikan diri. Pastinya, ada satu hal di otak pria dua yang harus segera dilakukan, yaitu melaporkan berita itu kepada Ketua.