Suara itu berasal dari Rendy yang sedang berlari menuju ke arah Ibunya yang kebetulan juga setelah mendengar suara Rendy, ekspresi bosan yang terpasang di wajah Ibunya berubah kebahagiaan, dan tanpa peduli dengan masakannya lagi, Ibunya berdiri untuk menyambut Rendy yang datang ke arahnya.
Sebagaimana anak kecil pada umumnya saat bertemu ibu mereka, Rendy yang beberapa meter lagi tiba di depan ibunya, tiba-tiba melebarkan kedua tangannya. Untuk Sabrina yang melihat itu, dia langsung mengerti apa yang coba dilakukan putranya.
Setibanya Rendy di depan Ibunya, dalam gerakan cepat, tubuh Ibunya sedikit merunduk, kedua tangan dengan sigap mengunci tubuh Rendy, satu di punggung dan satunya lagi di pantat. Sebelum akhirnya, bertumpu pada kuncian itu, Ibunya menggendong tubuh gemuk Rendy ke dalam pelukannya.
Seperti biasa, tiada hari tanpa Ibunya membenamkan kepala Rendy ke dalam belahan payudaranya. Untungnya, kali ini Rendy sedikit terselamatkan, tidak perlu kehabisan napas lantaran Ibunya mengenakan Pakaian Armor yang tidak secara terbuka memperlihatkan belahan payudara. Sehingga saat Ibunya akan membenamkan kepala Rendy, kepala Rendy tidak mau tenggelam, diakibatkan muka Rendy yang tertahan Pakaian Armor itu.
Mendapati hal itu, Ibunya menggembungkan pipinya, merasa tidak puas kalau belum menenggelamkan kepala Rendy ke dalam belahan payudaranya, dan bersamaan dengan pipinya yang menggembung, dalam hati juga merasa sedikit jengkel terhadap Pakaian Armor yang dikenakannya.
Tidak ingin kehilangan momen, cepat-cepat Ibunya ingin mengganti model Pakaian Armor yang sedang dikenakannya dengan model yang lain, setidaknya yang memperlihatkan belahan payudara. Saat Ibunya akan melakukan itu dengan cara mengucapkan sebuah kata kunci yang digunakan untuk mengganti model Pakaian Armor, tanpa diduga Rendy menghentikannya.
Tangan kanan Rendy yang sebelumnya diam memeluk lingkar dada Ibunya, tiba-tiba bergerak untuk menutup mulut Ibunya, diikuti sebuah kalimat yang datang dari mulut Rendy. "Pakaian Armor yang sekarang Ibu pakai saja sudah seksi,..." Maksud Rendy adalah Pakaian Armor bermodel French Maid dengan beberapa modifikasi seperti pakaian dasar terlihat transparan, sementara aksesori berupa celemek kecil yang menyatu dengan pakaian dasar terlihat tidak transparan. "...bagaimana Ibu begitu percaya diri untuk berganti yang lebih seksi! Apa Ibu tidak tahu kalau kita sedang kedatangan tamu?!" Begitu selesai berbicara, Rendy melepaskan tangannya dari mulut Ibunya.
Sedangkan Ibunya yang baru saja diberitahu kalau ada tamu, pandangannya sudah beralih ke depan, dan baru sekarang Ibunya menyadari kehadiran Brady. Kurang lebih 5 meter di depannya, Brady berdiri dengan tatapan terpaku pada dirinya. Tidak hanya mata saja yang terpaku, penis Brady juga terpaku. Mungkin diakibatkan Brady tidak mengenakan sempak, penis yang telah mengeras seperti batu benar-benar tercetak jelas di celana.
"Siapa dia, Sayang?!" Sabrina mengalihkan pandangannya dari Brady ke putranya.
Dilihat dari ekspresi Sabrina, tidak ada sedikitpun rasa curiga kepada Brady bahwa Brady adalah seorang penjahat atau mungkin seseorang yang mungkin memiliki niat buruk. Yah ada banyak alasan mengapa Sabrina tidak memiliki kecurigaan, dari sekian banyak alasan itu, yang paling membuat Sabrina tidak curiga adalah Brady di bawa Putranya.
Rendy tidak menjawab Ibunya, malah menengok ke belakang, di mana Brady berada. Lalu, menggunakan tangannya untuk menyuruh Brady mendekat. "Woi, jangan malah horny di situ! Cepat ke sini, perkenalkan dirimu sendiri pada Ibuku!" Omongan Rendy benar-benar tak sesuai dengan usianya.
Ibunya tampak biasa saja terhadap kata jorok yang barusan diucapkan Rendy. Sedangkan untuk Brady, wajahnya memerah, dan penuh perasaan malu Brady mendekat, menuruti perintah Rendy.
Selama proses mendekat, dalam hati Brady berkata. 'Brengsek! Mulut bocah ini benar-benar kayak knalpot motor, tidak ada filter! Selain itu, ini merupakan pertama kalinya aku disuruh seperti kacung! Tapi tidak apa-apa, asalkan bisa berteman dengan bocah gendut itu!" Setelah bertemu dengan Sabrina secara empat mata, Brady berani memastikan omongan Rendy yang menyebut Ibunya berlevel tinggi memang benar adanya. Meski tidak bisa melihat levelnya, hanya sekilas pandang dapat di tebak dari aura yang dipancarkan Sabrina yang tampak mirip dengan aura yang dipancarkan Raja Kerajaan Xelyra.
Hasil itu tentunya membuat Brady semakin yakin untuk menjaga jarak dengan Sabrina agar tidak memunculkan kesalahpahaman yang berujung petaka. Jadi, pilihan terakhir untuk membentuk relasi dengan keluarga Zutto hanya pada Rendy. Walau harga dirinya sebagai anak bangsawan tidak ada harganya di mata Rendy, Brady menerimanya dengan lapang dada.
Sampai di depan Sabrina dan Rendy, Brady membungkukkan badannya. "Maaf Nyonya Zutto atas sikap saya sebelumnya yang kurang sopan!" Sebagaimana tata krama seorang bangsawan saat meminta maaf, diksi serta tingkah laku yang digunakan Brady sungguh sangat sopan. Saking sopannya, bahkan Brady anti-mengangkat wajah sebelum permintaan maafnya diterima.
Kesopanan merupakan suatu bentuk ketulusan, dan sebagai mantan seorang Ratu, Sabrina mengetahui hal itu. Jadi begitu Brady menyelesaikan kalimatnya, Sabrina langsung memberikan jawaban. "Aku sudah biasa menemui sesuatu seperti itu!" Sesuatu seperti itu yang dimaksud Sabrina adalah tatapan mesum yang orang-orang perlihatkan saat bertemu dirinya. "Oleh sebab itu, semesum apapun perilakumu, selama tidak mengangguku, aku akan mengabaikannya!" Selesai Sabrina mengucapkan kalimatnya, barulah Brady berani mengangkat wajahnya, dan bersamaan saat mengangkat wajahnya, Brady berniat mengucapkan terima kasih.
Akan tetapi, Brady sepertinya tidak memiliki kesempatan untuk melakukannya, lantaran tiba-tiba Rendy berbicara dengan kalimatnya yang asal ceplas-ceplos seperti biasa. "Benar kata Ibuku! Bahkan jika kamu onani sambil berimajinasi tentang Ibuku, dia tidak akan marah!" Di jeda ini, Rendy mengalihkan fokusnya dari Brady ke wajah Ibunya yang terlihat biasa saja terhadap omongan Rendy yang vulgar. Setidaknya itu yang terlihat diluar, untuk yang di dalam, tidak ada yang tahu. "Benar kan, Bu?!" Pertanyaan dari Rendy bukan sesuatu yang mengharuskan Ibunya untuk berpikir.
Sekalinya ditanya, Sabrina langsung menjawab. "Y-Ya,..." Bersamaan saat menjawab, dalam hati Sabrina, dia merasa sedikit terkejut. Terkejut oleh omongan Putranya yang begitu vulgar. Seingat Sabrina, dia tidak pernah mengajarkan hal seperti itu. Tebakan Sabrina, putranya pasti telah tercemar sifat buruk yang dibawa oleh teman barunya yang tak lain adalah Brady. Mengetahui tebakannya itu, Sabrina memutuskan untuk sedikit menjauhkan Putranya dari Brady. Jadi begitu Sabrina selesai menjawab 'ya', dia langsung menambahi beberapa kalimat lagi. "...aku tidak akan marah! Asalkan saat kamu ingin melakukan itu, jangan lakukan di sekitar kita berdua, terutama putraku! Karena aku tidak ingin Putraku kecanduan onani sepertimu!" Didepan mereka berdua ada Brady yang disebut sebagai pecandu onani, sekalinya mendengar itu, sudut mulut Brady berkedut.
Respons yang bisa diberikan Brady hanya itu, dikarenakan begitu Sabrina selesai dengan kalimatnya, Rendy langsung menimpali, tanpa memberi Brady kesempatan untuk menyanggah pernyataan Sabrina.
"Eh!" Rendy terkejut disebut Ibunya akan kecanduan onani. Merasa mustahil sesuatu seperti itu akan terjadi padanya, lantas Rendy menyanggah pernyataan Ibunya. "Mustahil aku akan kecanduan, Bu! Menyebutnya saja aku merasa jijik, jijik kepada orang-orang yang melakukan onani! Padahal stok wanita masih banyak, bagaimana ada orang yang begitu bodoh lebih memilih menggunakan tangannya sendiri!" Sama seperti sebelumnya, omongan dari Rendy membuat sudut mulut Brady berkedut.
Percakapan antara Rendy dan Ibunya terus berlanjut, dan setiap percakapan yang mereka berdua lakukan, selalu saja membuat sudut mulut Brady berkedut. Entah diakibatkan perkataan mereka yang secara tidak sadar menuduh Brady dengan sesuatu yang aneh, atau menghina Brady.
Contohnya seperti dua kalimat sebelumnya yang menyebut Brady seorang pecandu onani dan orang yang melakukan onani adalah orang bodoh. Untuk kalimat yang pertama, memang benar Brady kadang-kadang melakukan onani, tapi tidak sampai kecanduan. Kalimat kedua, meski hinaan itu tidak ditujukan kepada Brady, sebagai orang yang pernah melakukan onani, mau tak mau Brady merasa terhina.
Akibat dua topik itu, dan topik-topik lainnya yang saat ini masih dibicarakan oleh Rendy dan Sabrina, membuat Brady merasa jengkel. Hanya jengkel, itupun bukan murni diakibatkan topik-topik tersebut, melainkan lebih didominasi Brady yang merasa jengkel karena punggungnya mulai terasa pegal, sementara tidak ada tanda-tanda akan berakhirnya percakapan yang mereka lakukan.
Seperti yang diketahui, Brady masih dalam posisi awal yang mana masih membungkuk. Setidaknya tidak terlalu membungkuk gara-gara tadi sempat ingin mengucapkan terima kasih, tapi malah di serobot Rendy saat akan mengucapkannya.
'Shit! Mau sampai kapan keluarga aneh ini mengobrol?! Apa mereka tidak sadar kalau aku masih membungkukkan badan?!' Gerutu Brady di dalam batin.
Ingin langsung berdiri tapi terasa kurang sopan, dan kalaupun Brady memberanikan diri untuk berdiri tanpa peduli rasa sopan, apa yang akan dilakukan Brady setelah berdiri? Tidak mungkin kan memandang pasangan Ibu dan Anak itu yang tampak sedang me-roasting Brady.
Beruntung, tak perlu terus-terusan bagi Brady untuk menggerutu tentang keadaannya. Tanda-tanda Sabrina dan Rendy akan menyadari keadaan Brady semakin dekat. Ditengah obrolan Sabrina dan Rendy yang tidak didengar Brady, tiba-tiba terdengar suara gemuruh perut yang menghentikan obrolan mereka.
Sekalinya suara itu berhenti, Ibunya menatap Rendy dengan wajah tanda tanya. "Itu suara perutmu?!" Sebuah anggukan datang dari Rendi, dan Ibunya yang melihat anggukan itu langsung menurunkan Rendy dari gendongannya. Selama proses menurunkan, tak lupa Ibunya menambahi bumbu kalimat yang sangat ditunggu Brady. "Obrolannya disambung nanti aja! Sekarang, mending Sayangku pergi ke meja makan, dan jangan lupa ajak temanmu itu juga!" Kalimat Sabrina berakhir bertepatan dengan Sabrina telah menurunkan Putranya.