Setelah percakapan tidak penting yang terjadi di antara mereka berdua, Rendy memutuskan membawa Brady ke tempat peristirahatannya untuk bertemu ibunya, sesuai permintaan Brady.
Brady di sebelah kiri, dan Rendy di sebelah kanan, mereka berdua berjalan beriringan membelah lebatnya area Wadi. Rendy tampak berjalan santai dengan arah pandangan yang tertuju pada apa yang ada didepannya. Sementara Brady, terlihat beberapa kali melirik wajah Rendy. Dari tampilan muka Brady, berkali-kali mulutnya terbuka lalu menutup kembali, seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi entah apa yang menyebabkan dia tak melakukannya.
Muka Brady masih tetap seperti itu, hingga tak terasa perjalanan telah memasuki setengahnya, dan di waktu itulah tiba-tiba Brady memutuskan berbicara. "Hei, Fatty Ren! Tentang omonganmu tadi, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan!" Rendy tidak menengok, pandangannya masih ke depan. Sementara Brady tetap melanjutkan omongannya. "Dari mana asal keluargamu? Selama ini, aku sama sekali belum pernah mendengar ada suatu kerajaan memiliki Blacksmith yang bisa membuat armor seperti ini!" Di akhir kalimat, Brady memegang beberapa tempat armor yang dikenakannya, mengagumi bentuk armor yang tampak seperti pakaian sehari-hari.
"Sebelumnya, aku dan ibuku tinggal di hutan! Ini adalah pertama kalinya kami keluar untuk mencoba menjelajahi dunia! Karena ini yang pertama, tentunya kamu tidak akan pernah mendengar ada Blacksmith seperti keluarga kami!" Masih tanpa menatap Brady, Rendy menjawab pertanyaan Brady dengan jujur.
Tanpa disadari, secara eksplisit jawaban dari Rendy menyebut bahwa Sabrina tidak memiliki suami, dan seharusnya informasi itu akan menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi Brady.
Sayangnya, Brady salah menangkap arti kalimat Rendy. Brady mengira tempat tinggal di hutan yang dimaksud Rendy adalah sebuah desa yang terdiri dari beberapa puluh kepala keluarga. Sehingga dalam pikiran Brady, Sabrina memiliki suami, dan suami Sabrina memilih tinggal di kampung halaman mereka, tidak ikut dalam perjalanan yang dilakukan Rendy dan Ibunya.
"Jadi begitu!" Brady tidak bisa menebak sudah berapa lama Rendy dan Ibunya melakukan perjalanan hingga bisa sampai di sini. Pastinya, hal itu sangat mengejutkan Brady, terkejut tidak ada tragedi yang menimpa mereka, khususnya Sabrina. Sebagai seorang wanita yang begitu cantik, melakukan perjalanan sama saja dengan mengumbar kecantikan, mengumbar kecantikan sama saja mengundang pria hidung belang seperti Brady, mengundang pria hidung belang hanya akan mendapatkan satu nasib, yaitu tubuh akan dinodai, entah menggunakan cara halus seperti yang dilakukan Brady atau kasar, ada seseorang yang menggunakan kekuatan absolut untuk melakukan percobaan pemerkosaan. Kenyataan belum ada tragedi seperti itu yang menimpa Sabrina memunculkan rasa penasaran yang dimiliki Brady. Berapa level yang dimiliki Sabrina, sehingga dia bisa tetap aman sampai sekarang. "Oh iya! Ngomong-ngomong, tadi kamu menyebut ibumu bisa sangat mudah mengatasi sekelompok bandit, emang dia level berapa?!" Sebenarnya, level adalah jenis informasi yang dikatagorikan sensitif, orang-orang biasanya sebisa mungkin akan menyembunyikannya. Anehnya, meski tahu begitu, Brady tetap menanyakannya. Memang Brady sengaja, dia menganggap Rendy seperti anak kecil biasa yang mana sangat mudah untuk ditipu.
Trik kecil Brady sangat mudah di tebak oleh Rendy, dan begitu Rendy mengetahuinya, dia melirik Brady dengan ekspresi datar. "Aku bukan anak kecil yang mudah ditipu tau!" Brady yang ada di sebelah Rendy hanya tersenyum malu. "Tapi, aku tidak keberatan memberitahumu!" Di jeda ini pandangan Rendy kembali ke depan. "Aku juga tidak tahu pastinya level berapa, mungkin 275! Terus ditambah set equipment, setidaknya ibuku bisa menghadapi seseorang di level 295!" Saat menyebut angka 295, seketika terdengar bunyi [gedebug] di samping Rendy.
Tak perlu bertanya berasal dari mana suara itu. Siapa lagi kalau bukan dari Brady yang terpeleset, jatuh tersungkur ke depan. Ukuran tubuh Brady yang beberapa kali lebih besar dari Rendy, kebetulan juga tepat bersebelahan, kejadian Brady terjatuh tak luput dari mata Rendy.
Rendy yang mengetahuinya langsung berhenti berjalan, menatap Brady dengan wajah bingungnya. "Ada apa denganmu?! Tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba main jatuh sendiri!" Rendy tidak bergerak satu inci dari tempatnya berhenti, tidak ada niatan dari Rendy ingin membantu Brady berdiri.
Emang apa yang bisa dilakukan tubuh kecil milik Rendy? Tanpa bantuan Rendy, Bredy bisa berdiri sendiri, dan selama proses berdiri, Brady menggerutu kepada Rendy. "Jatuh sendiri gundulmu! Aku jatuh gara-gara terkejut kamu menyebut level 295!" Dalam pikiran Brady, tak pernah sedikitpun terlintas pikiran bahwa level Sabrina akan setinggi itu. Level 295, cuma butuh 5 level lagi untuk setara dengan level yang dimiliki Raja Kerajaan Xelyra.
Brady sangat bersyukur belum melaksanakan rencana untuk mendapatkan Sabrina. Bila sudah terlaksana, Brady tak berani membayangkan bagaimana jadinya saat suami Sabrina mengetahuinya. Istrinya sudah sekuat itu, suaminya bisa lebih kuat lagi, dan hasil yang di dapat Brady dari mengusik rumah tangga mereka, hanya ada kematian. Kalaupun benar Brady mati, tidak akan ada dari anggota keluarga Arsenio yang berani keberatan.
Karena itulah, setelah mengetahui level Sabrina, tak ada lagi niatan dari Brady untuk mendapatkan Sabrina. Daripada mendapatkan, Brady sekarang lebih tertarik untuk menjalin pertemanan. Kalau bisa, Brady ingin menarik Keluarga Zutto ke fraksinya. Dengan dukungan equipment buatan mereka, Brady bisa memperkuat anak buahnya sehingga mampu bersaing dalam kompetisi yang diadakan ayahnya untuk mencari kandidat pewaris gelar Duke.
Sementara itu yang terjadi di luar pikiran Brady. Brady yang tadi ingin berdiri, sekarang telah berdiri sempurna. Sekalinya berdiri, dia disambut sebuah omongan dari Rendy. "Itu hanya level, apa yang perlu dikejutkan?! Semua orang bisa mendapatkan level yang sama seperti Ibuku asal bekerja keras untuk leveling!" Rendy mengucapkannya dengan santai.
Brady yang mendengarnya langsung memutar matanya. "Apa kamu pikir Monster itu seperti patung, tidak akan melawan saat ingin dibunuh?! Aku saja yang sudah bekerja sangat keras, bahkan sampai mengeluarkan banyak uang hanya untuk mendapatkan Last Hit! Tapi hasilnya, hanya mentok level 15!" Protes Brady terhadap omongan Rendy yang menganggap menaikkan level adalah sesuatu yang sangat mudah.
"Apa?! Level 15?!" Rendy terkejut. "Kamu... "Rendy tidak tahu harus bilang apa, dia hanya bisa geleng-geleng kepala sebagai respons level Brady yang begitu rendah.
"Ya, aku tahu itu kecil bila dibandingkan level ibumu! Tapi bukan berarti kamu harus menghinanya seperti levelmu lebih tinggi dariku saja!" Untung level Sabrina tinggi, kalau tidak, Brady sudah akan mencincang Rendy. Brady sangat sebal terhadap wajah Rendy yang tampak menghina levelnya.
"20, itu levelku! Ditambah...." Belum sempat Rendy menyelesaikan kalimatnya, Rendy harus menghentikan omongannya gara-gara Brady pergi begitu saja, mengabaikan Rendy yang tengah berbicara. "Hei, aku belum selesai bicara! Kamu tak ingin tahu levelku?!" Rendy berteriak, mencoba menghentikan Brady.
Brady yang telah berjalan 6 langkah langsung berhenti. "Tidak perlu!" Sebagai seorang pria berusia 26 tahun, Brady merasa malu, levelnya lebih rendah dari seorang bocah yang usianya bahkan belum genap 5 tahun. "Lebih baik kita lanjutkan perjalanan! Mungkin dengan tidak membuang waktu di sini, kita bisa sampai tepat bersamaan dengan Ibumu yang selesai memasak!" Selesai mengatakan kalimatnya, Brady tetap diam di tempatnya berhenti. Dikarenakan yang tahu jalannya hanya Rendy, Brady hanya bisa menunggu Rendy untuk memimpin jalan.
"Ya sudah kalau tidak ingin tahu!" Langkah kaki Rendy bergerak menyusul Brady, dan dilanjutkan mereka berdua berjalan beriringan kembali, menuju tempat peristirahatan Rendy dan Ibunya.
...
Kurang lebih 800 meter ke arah timur laut dari bibir danau, tepatnya di balik lebatnya pepohonan yang membentuk area Wadi. Di sana merupakan tanah terbuka, tanpa ada satupun pepohonan sebagaimana ciri khas Hutan Moohu, dan di atas tanah terbuka itu terlihat ada sebuah kendaraan yang sangat unik. Bukan motor atau mobil, tapi sebuah Golem berbentuk Kelabang Hitam yang sangat mengerikan, dan ditengah-tengah tubuh kelabang terdapat sekotak gerbong yang menyatu dengan tubuh Golem Kelabang. Entah apa yang ada di dalam gerbong tersebut, bentuknya yang sangat tertutup, orang di luar tidak akan bisa melihat apapun yang ada di dalamnya.
Tak jauh dari Golem Kelabang, ada api unggun dan seorang wanita yang sedang duduk di depan api unggun tersebut dengan arah pandangan yang tertuju pada dua panci yang berada di atas api unggun. Wanita itu adalah Sabrina yang sedang bosan menunggu masakannya matang.
Sementara lima meter dibelakang Sabrina terlihat sebuah bangunan terbuka, tidak ada dinding, hanya atap untuk menghalau panas matahari yang merembes melewati kabut, dan beberapa tiang untuk menjaga bangunan itu tetap berdiri.
Menengok ke dalam bangunan yang terbuat dari kayu tersebut, terlihat ada beberapa barang seperti sebuah meja berisi berbagai jenis masakan yang masih mengeluarkan uap, dan dua buah kursi yang berada di masing-masing sisi berlawanan meja.
Di tengah kesunyian yang ada di tempat itu, tiba-tiba terdengar suara teriakan anak kecil dari arah area Wadi. [Bu, aku kembali!]