Kesampingkan keluarganya, ada yang lebih penting, yaitu dunia tempat reinkarnasinya ini. Dunia ini sungguh sangat berbeda dari Bumi, secara geologis jangan ditanya, dunia ini memiliki ukuran 3 kali lebih besar, serta luas daratan berbanding terbalik dengan bumi yang hanya 30%.
Karena luas daratannya berbanding terbalik, maka benuanya juga ikut sama, di dunia ini hanya ada satu benua, bernama Floila yang dihuni oleh berbagai macam ras yang tidak akan pernah ditemui di bumi, seperti Human, Demon, Angel, Elf, Dwarf, Orc, dan Demi-Human.
Semua ras yang ada, di awal peradaban saling hidup berdampingan, damai, tidak ada kebencian di antara mereka. Akan tetapi semua itu berubah, penyebabnya sebuah meteor besar berisi 7 kristal dalam berbagai warna. Mereka saling bunuh, berperang untuk memperebutkan kristal itu, hingga menyebabkan dunia terpecah menjadi beberapa wilayah seperti sekarang ini, Demon menguasai 50% daratan dengan 3 kristal di tangan mereka, 20% daratan lagi dikuasai Angel dengan 3 kristalnya, dan sisanya berjuang mati-matian mempertahankan wilayahnya dari invasi kedua ras tersebut dengan Human sebagai pemegang kristal terakhir.
Dia tidak begitu paham, cuma gara-gara kristal semata, mereka sampai sebegitunya rela menghancurkan perdamaian yang telah lama terjalin. Apa yang istimewa dari kristal itu, dia sangat penasaran, sayang sekali ibunya tidak memiliki catatan atau buku yang menjelaskan tentang kristal itu.
"Sayang, ayo cepat tidur! Ibu sudah ngantuk!" Saat asyik membaca buku, dari belakang dirinya terdengar suara lelah seorang wanita yang memanggilnya.
Tidak ada jam, Rendy hanya bisa menggunakan sisa bahan bakar lentera yang ada di depannya sebagai penghitung berapa lama waktu yang dihabiskannya. Tersisa setengah dari yang awalnya penuh, lumayan lama, untuk waktu normal setara 5 jam, artinya sekarang pukul 11 atau 12 malam.
Memang sudah saatnya tidur, dia tidak bisa terus-terusan melakukan itu, kasihan juga ibunya dari tadi menunggunya. Menutup buku, mematikan lentera, dia membalikkan badan untuk mendapati seorang wanita berusia kurang lebih 42 tahunan duduk di atas ranjang dalam keadaan telanjang bulat.
Siapa lagi seorang ibu yang tanpa malu telanjang di depan anaknya sendiri kalau bukan ibunya, Zutto Sabrina. Seperti yang disebutkannya sebelumnya, ibunya seorang son-complex, sudah pasti ajarannya akan sangat melenceng dari ibu pada umumnya. Antara ibu dan anak, tidak ada kata malu untuk saling menunjukkan tubuh telanjang, bebas saling menyentuh setiap bagian tubuh, bahkan yang paling ekstrem, melakukan hubungan seks merupakan suatu kewajaran.
Sayangnya, seks adalah sesuatu yang tidak terpikirkan oleh Rendy, lantaran kesibukannya membaca buku, mengumpulkan berbagai macam informasi tentang dunia ini. Seperti yang diketahui, informasi adalah modal penting untuk bertahan hidup di dunia yang sangat asing ini.
"Entah kenapa malam ini terasa sangat dingin, Ibu tidak takut masuk angin dengan bertelanjang gitu?!" Berjalan dari bangku yang didudukinya tadi, Rendy berhenti tepat di depan ibunya, dan mulai membuka bajunya untuk melakukan pemeriksaan rutin sebelum tidur.
Sabrina tersenyum memandang anak laki-laki yang tingginya tak lebih dari 2,5 kaki, bertubuh gemuk, rambut perak seperti dirinya, dengan wajah imut seperti anak kecil pada umumnya. "Tidak, ibu malah suka tempat yang dingin!" Di saat putranya melepas baju, tangan lembut Sabrina dengan cekatan membantu putranya melepaskan bagian celana.
Celana dalam masih belum eksis di sini, begitu celana terlepas, muncullah sebatang belalai mamut berukuran sekitar sejempol orang dewasa. Sangat besar, ukuran yang seharusnya mustahil dimiliki bocah ingusan yang usianya bahkan belum genap 5 tahun. Ini tak lepas campur tangan ibunya yang selalu memberi pijatan pada penisnya, mulai sejak lahir hingga sekarang.
Beberapa milidetik sesudah kemunculannya, tanpa ada seorang pun yang menyentuh, belalai itu sedikit demi sedikit tumbuh hingga akhirnya berubah menjadi anakonda yang panjangnya sekitar satu jari tengah.
"Ara, apa ibu sebegitu menggodanya sampai-sampai langsung membuatmu terangsang?!" Senyum senang diperlihatkan Sabrina kepada putranya, sementara tangannya sudah mulai bekerja membelai tubuh anakonda itu.
Sifat yang dibawa dari bumi masih ada, jadi Rendy merasa sedikit malu atas adiknya ini yang tanpa malu terangsang oleh ibunya sendiri. Tapi memang, perasaan melanggar tabu betul-betul nikmat, sensasi yang sangat baru, yang tak pernah sekalipun terpikirkan saat tinggal di bumi.
"Ah... jawabannya... sudah jelas... kan!" Kedua tangannya berada di kedua sisi pundak ibunya, menikmati handjob yang dilakukannya.
Ibunya sungguh ditakdirkan untuknya, setiap titik-titik sensitif di penisnya dapat diketahui, hingga membuat dia yang pernah mencicipi pelayanan dari banyak pelacur profesional pun harus mengakui bahwa pelayanan dari ibunya ini adalah yang terbaik.
Gerakan tangan Sabrina semakin cepat setelah mendengar jawaban dari putranya. Semakin putranya tergila-gila pada tubuhnya, bahkan tak bisa hidup tanpa itu, maka kekhawatirannya akan putranya pergi bersama wanita lain saat dewasa nanti semakin berkurang.
Kerabat yang dimilikinya hanya putranya seorang, bila putranya pergi, tidak akan ada siapa-siapa lagi. Dia tidak ingin itu terjadi, hidup sendirian sebagaimana saat sebelum bertemu mendiang suaminya, itu sangat menyakitkan.
"Apakah sayangku ingin keluar?!" Seperti biasanya, ketika penis putranya berkedut tandanya akan segera klimaks, dia pun menggerakkan tangannya lebih cepat untuk mempercepat prosesnya.
Rendy tidak punya waktu untuk menjawab, sedang di masa-masa kritis akan klimaks. Jadi dia tetap diam menikmati kocokan yang dilakukan ibunya, sampai beberapa menit kemudian, dia berjinjit bersamaan menarik kepala ibunya, memasukkan penis ke dalam mulutnya. "Ah, keluar!!!" Penisnya bergetar beberapa kali seperti pada umumnya pas klimaks, sayangnya waktu bergetar tidak diikuti cairan sperma yang keluar.
Sadar akan hal itu wajah Rendy seketika memerah, dan buru-buru mengeluarkan penis dari dalam mulut ibunya dengan perasaan sedikit malu. Sedangkan Sabrina, rasa kecewa terlukis di wajahnya.
"Maaf, Bu!" Inilah tujuan pemeriksaan yang diadakan ibunya setiap seminggu sekali, mengecek apakah dia sudah bisa mengeluarkan sperma.
Dia tidak paham mengapa ibunya sangat buru-buru sekali ingin dirinya segera bisa mengeluarkan sperma. Waktu ditanya juga jawabannya terdengar seperti sedang bercanda [Ibu hanya ingin cepat-cepat mengandung anakmu!].
Ekspresi kecewa yang terpampang di wajah Sabrina dengan cepat berganti sebuah senyuman, meski terlihat sedikit dipaksakan. "Tidak apa-apa! Ini bukan salahmu, tapi salah ibu yang terlalu tidak sabar, tanpa melihat usiamu yang baru menginjak 4 tahun!" Sabrina mengusap lembut beberapa kali kepala putranya, sebelum melanjutkan omongannya. "Ayo tidur!" Mereka berdua lalu masuk ke dalam selimut.
Sekarang, mereka terlihat tidur dengan saling berpelukan. Sabrina sudah tertidur pulas dengan tangan kanan masih menggenggam erat penis Rendy, ketiduran saat memberikan pijatan pada penisnya. Sedangkan Rendy matanya masih terbuka, melamun sambil mengisap puting ibunya yang masih bisa mengeluarkan asi.
Rendy tidak bisa tidur, masih kepikiran perihal urusan tadi yang spermanya tidak bisa keluar. Bukan masalah sperma yang dipikirkannya, melainkan ekspresi kecewa ibunya, setiap kali pemeriksaan harus melihat itu, hatinya terasa terenyuh, merasa gagal menjadi anak yang baik. Harus ada perubahan, tidak bisa terus-terusan membuatnya begitu, terlebih masih ada 9 tahun lagi baginya bisa mengeluarkan sperma secara alami, mustahil membuat ibunya kecewa selama itu.
'Mungkin merekayasa gen-ku dapat memecahkan masalah!' Satu-satunya ide yang ada di otak Rendy.
Proses merekayasanya sih mudah, tinggal menyuntikkan serum ke tubuh, yang sulit hanya mengumpulkan bahan untuk membuat serumnya. Dia harus pergi keluar menjelajahi hutan, sementara hutan di luar area benteng alami berupa 8 pohon besar yang melindungi gubuknya, banyak monster berlevel tinggi, dengan dirinya yang hanya manusia biasa tanpa kekuatan, hanya mencari mati.
Setelah beberapa saat merenung, mulutnya berhenti mengisap puting ibunya, tanda sebuah keputusan telah dibuatnya. 'Mungkin ini sudah saatnya keluar dari zona nyaman, sudah cukup mempelajari tentang dunia ini! Sekarang saatnya aksi, mencoba kemampuan yang diberikan oleh Dewa Phoebe!' Sembari mengatakan kalimatnya, Rendy mengangkat tangannya ke arah rembulan yang terlihat di balik atap yang bolong. Mengakhiri kalimatnya, tangan diturunkan kembali, dan pelan-pelan mata mulai tertutup.
...
[Kwokk! Kwokk! Kwokk!] Suara teriakan burung yang biasa berkicau di pagi hari membangunkan Rendy yang sedang tertidur pulas.
Mata Rendy terbuka, disambut suara hangat ibunya yang kebetulan menyadari bahwa dia sudah bangun. "Sayangku sudah bangun ternyata! Buruan cuci muka, lalu sarapan! Nanti habis ini ikut ibu mengumpulkan kayu!" Melirik ke arah sumber suara, dia mendapati ibunya di dalam balutan singlet dan celana pendek, menatap dirinya dengan senyum cerah di tengah kesibukannya menata piring yang berisi berbagai macam lauk-pauk.
Fokus penglihatannya tidak pada makanan di atas meja, melainkan pakaian yang dikenakan ibunya, itu sangat seksi, ditambah tanpa beha dan kancut, setiap lekuk tubuhnya tercetak jelas, terutama dua buah tonjolan kecil di dadanya.
Untungnya pemandangan seperti ini sudah biasa setiap hari, jadi nafsu bisa dikontrolnya dengan sangat baik. "Pagi, Bu!" Meregangkan tubuhnya sembari menguap sebentar, Rendy turun dari ranjang, memakai pakaiannya, lalu pergi untuk melaksanakan perintah ibunya.
Kamar mandi tidak berada di dalam gubuk sehingga segala macam aktivitas yang berhubungan dengan air seperti mencuci muka, sedikit merepotkan, harus berjalan keluar untuk melakukan hal sepele itu.
Butuh beberapa saat untuk sampai ke sana, kini Rendy berdiri di depan sebuah kolam berbentuk bulat tidak rata berdiameter 3m, airnya putih jernih, tidak ada kotoran sama sekali, hanya beberapa teratai yang mengambang di tengah kolam.
Jangan salah sangka, itu bukan teratai sebagaimana yang ada di bumi. Di sini, teratai itu bernama Treffower, tanaman yang memiliki fungsi membersihkan air kolam bak filter yang ada di akuarium. Itulah mengapa kolam ini tetap bersih walau sering digunakan untuk mandi, mencuci, baik peralatan dan pakaian.