Chereads / My Journey with Mom (Bahasa Indonesia) / Chapter 11 - Sudah punya jobclass dan skill, hanya kurang equipment

Chapter 11 - Sudah punya jobclass dan skill, hanya kurang equipment

"Hei! Mengapa malah murung?! Ibu tidak pernah bilang hasil drop item tidak ada Scroll Skill dari jobclass milik Sayangku!" Buru-buru Sabrina menyingkirkan Scroll Skill yang tidak berguna dari tumpukan, hingga menyisakan gulungan yang berjumlah 14. "Lihat! 3 dari 4 Jobclass Legenda masing-masing memiliki 3 skill, hanya Magic Swordman yang 5!" Tumpukan ke 14 Scroll Skill itu di pisah-pisah oleh Sabrina sesuai dengan Jobclass masing-masing.

Seketika mood bahagianya pun kembali saat menatap ke tiga Scroll Skill khusus miliknya yang ada di depannya. "Seharusnya ibu bilang dari awal hal seperti ini! Jangan di akhir, yang ada malah memengaruhi mood yang telah tercipta di awal!" Menggerutu sembari tangannya mengambil sebuah Scroll Skill-nya.

Sama halnya tulisan yang ada di segel Scroll Jobclass, di Scroll Skill juga sama, yang membedakannya hanya ada sedikit tambahan tulisan berupa skill itu buat jobclass apa. Contohnya gulungan pertama yang diambilnya, di sana terdapat tulisan Bind Relic dan satu lagi tulisan di bawahnya, yaitu 'Khusus Master Relic' dengan font yang lebih kecil.

'Detail' Ucapnya di dalam hati.

Berbagai macam informasi mengenai skill Bind Relic pun muncul di hadapannya, ditampilkan dalam bentuk layar hologram bak teknologi canggih yang ada di bumi. Menatap layar itu, tidak ada perasaan wah, terkejut atau apapun, hanya biasa lantaran hal itu sering ditemuinya saat menonton donghua bergenre fantasi.

Lupakan layar, kembali ke tujuannya, fokus mata mulai beralih ke tulisan yang ada di dalam layar hologram tersebut. Kalimat pertama yang masuk ke pandangannya adalah nama skill, mengenai hal itu tidak perlu di bahas lagi, nama skill sudah terpampang jelas di label yang menyegel Scroll Skill.

Mengalihkan ke hal lainnya, pandangannya sedikit turun ke bawah, menatap beberapa baris kata yang tampak familier baginya. ['Damage: -' | 'Type: Debuff' | 'Element: -' | 'Mana Cost: 100' | 'Cooldown: 10 menit' | 'Spell: Bind Relic'].

Lalu menurunkan pandangan sekali lagi, dia mendapati kalimat yang sedikit panjang. [Ucapkan kalimat spell yang tertulis, maka sebuah relic bertipe bind akan muncul di mana Summoner inginkan (Max 8 meter dari sang summoner). Durasi Relic hadir di tempat pertempuran selama 8 detik, serta mempunyai kemampuan unik yang dapat mengikat musuh, membuat mereka yang berada 8 meter dari relic tidak bisa bergerak (Tidak berlaku kepada monster atau seseorang yang levelnya 2X lipat lebih tinggi dari level Summoner). Relic bersifat immortal, kebal terhadap segala macam damage.]

Setelah membaca semua itu, sudut mulut Lin Shan berkedut, merasa skill yang ada ditangannya ini tidak berguna. Efek yang diberikan sudah bagus, tapi mengapa cooldownnya sangat lama sementara durasi skillnya singkat sekali. Yah berguna atau tidak yang penting sisihkan terlebih dulu untuk melihat skill yang lainnya.

Kedua Scroll Skill tersisa diambilnya, tangan kiri ada Healing Relic dan tangan kanan ada Mana Relic. Sama seperti sebelumnya, kata 'Detail' diucapkan untuk melihat informasi dari kedua gulungan tersebut.

Muncullah dua buah kotak layar hologram di kanan-kirinya. Di antara kedua skill tersebut, skill pertama yang ingin dilihatnya tentu saja Healing Relic, maka matanya melirik ke layar hologram yang ada di sebelah kiri.

Di sana, ada beberapa informasi yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama ['Damage: -' | 'Type: Buff' | 'Element: -' | 'Mana Cost: 300' | 'Cooldown: 2 menit' | 'Spell: Healing Relic'].

Sedangkan bagian kedua [Ucapkan kalimat spell yang tertulis, maka sebuah relic bertipe healing akan muncul di tempat yang Summoner inginkan (Max 5 meter dari sang Summoner). Durasi Relic hadir di tempat pertempuran selama 10 detik, di mana setiap 2 detik sekali relic akan memancarkan sebuah gelombang sejauh 5 meter. Gelombang ini akan menyembuhkan 20% dari total luka yang sedang diderita anggota party ataupun summoner. Relic bersifat immortal, kebal terhadap segala macam damage.]

Lalu pandangannya beralih ke layar hologram yang satunya.

['Damage: -' | 'Type: Buff' | 'Element: -' | 'Mana Cost: 300' | 'Cooldown: 60 detik' | 'Spell: Mana Relic'].

[Ucapkan kalimat spell yang tertulis, maka sebuah relic bertipe Mana akan muncul di tempat yang Summoner inginkan (Max 5 meter dari sang Summoner). Durasi Relic hadir di tempat pertempuran selama 10 detik, di mana setiap 1 detiknya relic akan memancarkan sebuah gelombang sejauh 5 meter. Gelombang ini akan mengisi kembali Mana anggota party dan summoner (Max 10% dari total Mana yang berkurang). Relic bersifat immortal, kebal terhadap segala macam damage.]

Sama seperti setelah melihat skill pertama, Rendy tidak memiliki kepuasan terhadap kedua skill barusan yang dilihatnya. 'Yah tidak apa-apa, daripada tidak ada sama sekali!' Akibat tidak adanya banyak pilihan, mau tak mau Rendy harus menerimanya, dan selanjutnya yang Rendy lakukan adalah apa yang seharusnya dilakukan, yaitu mengucapkan kata 'Aktivasi' dalam batin untuk menggunakan ketiga Scroll Skill itu.

Ketiga scroll di tangan Rendy menghilang, dan entah bagaimana ada tiga buah ingatan baru tiba-tiba muncul di otak. Ingatan itu berisi sebuah gambaran tentang skill itu, mulai dari cara menggunakannya, hingga bentuk relic-relic skill.

Di tengah Rendy yang sedang menonton ingatan itu, Sabrina mengatakan sesuatu yang terdengar seperti sebuah nasihat. "Oh iya, Sayangku! Jangan langsung digunakan ya skillnya! Soalnya levelmu sedikit membingungkan, apakah kamu yang naik level atau Golemmu! Kalo yang naik golemmu, dan kamu nekat menggunakan skill, yang ada malah nanti pingsan karena Mana yang tidak cukup!" Di jeda ini, saat mengatakan pingsan, wajah Sabrina terlihat sangat khawatir. Ekspresi itu hanya berlangsung sesaat, sebelum berubah biasa kembali saat meneruskan ucapan selanjutnya. "Mending cari amannya saja, bunuh beberapa Shadowwolf yang sekarat terlebih dulu untuk menaikkan satu atau dua tingkat level!" Meski telah kembali biasa, jauh di lubuk hati terdalam tetap saja masih ada kekhawatiran terhadap Rendy yang tidak mau mendengarkan nasihatnya yang berujung menyakiti diri sendiri, dan Sabrina tidak ingin hal itu terjadi.

Kecemasan yang dimiliki Sabrina terlalu berlebihan, yah hal itu tidak salah mengingat usia anak-anak adalah usia yang tergolong masih egois-egoisnya. Namun Rendy bukan anak biasa, tentunya mustahil akan melakukan hal konyol yang biasa dilakukan anak pada umumnya, dan itulah yang diungkapkan Rendy kepada Sabrina.

"Aku bukan anak kecil, Bu!" Setelah mengatakan kalimat itu, entah mengapa terasa aneh, oleh sebab itu Rendy mengoreksinya. "Tubuhku memang masih kecil, tapi pikiranku sangat dewasa! Aku tidak akan melakukan sesuatu tanpa perhitungan! Jadi~" Di jeda ini, Rendy menaruh tangannya yang kecil di atas tangan Sabrina yang besar dengan maksud untuk membuatnya tenang, dan sebagai tanggapannya, Sabrina tersenyum, lalu menggenggam balik tangan Rendy. "~ibu tenang saja, jangan terlalu sering mengkhawatirkanku!" Rendy juga ikut tersenyum, sebelum pandangannya dialihkan pada tumpukan Item yang tersisa. "Stick kayu apaan tuh?!" Tangan kanannya mengambil sebatang stick gepeng bak stick es krim dari sana. Membolak-balik stick itu, di setiap sisi permukaan yang gepeng terdapat tulisan [30% Exp-up selama 30 menit].

"Itu buff, Sayang!" Cetus Sabrina menjawab pertanyaan Rendy, yang disusul pertanyaan Rendy yang lain.

"Lalu di mana equipment-nya?!" Meski buff merupakan hal bagus, minat Rendy pada hal itu terlalu kecil bila dibandingkan equipment. Jadi Rendy mengembalikan stick itu ke tempatnya, dilanjutkan mengarahkan pandangannya pada tumpukan barang yang sangat banyak itu. Di sana, mata Rendy menemukan banyak equipment yang menumpuk seperti aksesori, helmet, armor, pants, boots, gloves. Hal ini memunculkan praduga bahwa di antara equipment-equipment itu tidak ada yang berharga, dan Rendy mengalihkan pandangannya ke Sabrina untuk menanyakan praduganya. "Ibu tidak mengambil satupun, apakah artinya semua itu tidak ada yang berharga?!" Penuh rasa penasaran terlukis di wajah Rendy.

"Grade tertinggi di sana hanya rare, itu merupakan grade yang sangat umum di kota, tidak terlalu berharga! Untuk Sayangku yang seorang pengguna Jobclass legenda, minimal harus grade hero biar tambah garang!" Jawaban dari Sabrina menghilangkan rasa penasaran yang dimiliki Rendy.

Sementara Rendy yang mengetahui bahwa tumpukan itu tidak memiliki equipment berharga, tidak ada kekecewaan, sedih atau apapun itu. Bagi Rendy, equipment sebenarnya bukan masalah besar lantaran dalam otak Rendy, dia telah merencanakan untuk membuat equipmentnya sendiri, yang tidak akan dimiliki orang lain.

"Sudah aku duga!" Rendy mengangguk atas jawaban yang diberikan Sabrina. "Kalau begitu, silahkan ibu memilih jobclass sesukanya sendiri! Soalnya aku mau pergi ke sana dulu!" Tangan kanan Rendy menunjuk tumpukan equipment. "Ada sedikit unek-unek di kepala yang ingin aku praktikkan dengan equipment tak berguna itu!" Selesai berbicara, Rendy berdiri, berniat ingin pergi.

Akan tetapi, hal itu hanya sebatas niat saja lantaran Sabrina masih menggenggam tangan kiri Rendy, sehingga Rendy tidak bisa pergi ke mana-mana.

Baru beberapa detik menunggu, terlihat sedikit niat dari Sabrina ingin melepaskan genggamannya. "Hati-hati, jangan mengambil barang dari tumpukan paling bawah! Nanti akan menyebabkan longsor yang dapat menimbun tubuhmu yang kecil itu!" Selesai dengan peringatannya, Sabrina melepaskannya.

"Baik, aku akan hati-hati!" Rendy memberi Sabrina sebuah pelukan di leher, sebelum akhirnya pergi meninggalkannya sendiri.