Chereads / My Journey with Mom (Bahasa Indonesia) / Chapter 9 - Sifat terpendam Zutto Sabrina

Chapter 9 - Sifat terpendam Zutto Sabrina

Di sisi lain, Rendy hanya menatap ibunya yang sedang bekerja, lama-kelamaan kakinya terasa pegal. Tak tahan akan hal itu, dia memutuskan mencari lokasi yang agak bersih untuk menjadi tempatnya rebahan.

Sayangnya, setelah menengok ke sekeliling sama sekali tidak didapati tempat yang bersih, tanah yang beralaskan rumput bak stadion dipenuhi jejak kaki Golem Replika Ibunya.

"Oh!" Saat harapan rebahannya pupus, pandangannya tak sengaja tertuju pada tanaman yang jauhnya kurang lebih 10 meter darinya, tanaman rambat yang mempunyai daun sebesar tubuhnya.

Tanpa menunggu lama, dia langsung berlari ke sana, lalu kembali ke tempatnya berdiri tadi sambil membawa beberapa daun, dan menggunakan daun itu sebagai alas rebahan.

"Ah nikmatnya!" Berbaring, menikmati pemandangan pose-pose seksi yang tak sengaja dibuat ibunya.

Contohnya saat jongkok membelakangi dirinya, akan terlihat pinggang bagian belakang yang terbuka gegara ukuran singlet yang kecil, serta celana pendek yang sedikit melorot memperlihatkan belahan pantatnya yang bersih dan putih, sangat berbeda dengan wanita yang ada di bumi.

Sayang seribu sayang, ibunya hari ini memakai bawahan bertipe celana, bukannya rok, sehingga hari ini harus menerima kekecewaan tidak bisa melihat vagina ibunya yang tampak lebih menggoda bila dilihat dengan cara tak sengaja seperti ini.

Di tengah menikmati pemandangan ibunya, tiba-tiba alisnya mengerut, dia merasakan ada sesuatu yang aneh dengan tubuhnya. Awalnya tidak terlalu diperhatikannya lantaran itu hanya gatal di beberapa titik tubuhnya, namun makin lama dibiarkan kok rasa gatal yang muncul semakin banyak, dan itu berkumpul di satu titik tubuhnya, yaitu penis. Tak hanya itu, tingkat kegatalannya pun semakin bertambah, sampai-sampai kedua tangannya tak bisa keluar dari dalam celana hanya untuk menggaruk rasa gatal.

Dalam pikirannya, bila ini dibiarkan terus menerus, yang ada penis akan dirusak oleh kuku jarinya sendiri. Ini seketika memunculkan rasa panik, tak ada di antara semua bagian tubuhnya yang lebih berharga daripada penis.

"Shit!!!" Apa yang dikhawatirkannya memang terjadi.

Begitu menurunkan celana, dia mendapati penis yang tak lagi memiliki rupa ganteng, sekarang dipenuhi bentol-bentol merah sebesar kacang di sekujur batangnya, dan gegara garukan tangannya, beberapa bentol-bentol itu ada yang meletus hingga mengeluarkan darah.

"BU!!!" Rendy memanggil ibunya menggunakan nada sebagaimana anak kecil merengek kepada ibunya saat mendapatkan masalah.

Suara yang putranya keluarkan membuat heran Sabrina yang sedang sibuk memilah barang-barang itu. Sejak lahir sampai sekarang, baru pertama kali ini dia mendengar putranya memanggil dengan nada seperti itu, dan tentunya ini memunculkan kekhawatiran, mengingat nada putranya terdengar sedih.

"Ah!!! Apa yang terjadi?!" Kekhawatirannya terjawab dengan apa yang ada di depan matanya, putranya berdiri tanpa mengenakan celana, memperlihatkan penis yang terlihat sangat buruk.

Penuh rasa khawatir, dia langsung meninggalkan pekerjaannya, dan bergegas menuju putranya. Akan tetapi saat jarak antara dirinya dengan putranya tersisa dua meter, rasa khawatir yang dimilikinya mendadak menghilang.

Penyebabnya daun di bawah kaki putranya, itu berasal dari tanaman bernama Echium Pumila, sejenis tanaman rambat yang biasa muncul atau tumbuh subur saat musim kemarau. Tanaman itu bersimbiosis mutualisme dengan hewan kecil tak kasatmata bernama Kesets yang tinggal di daun bagian bawahnya.

Nah pasti hewan itulah yang menjadi pelaku, putranya tidak menyadari waktu menjadikan daun itu sebagai alas, hewan itu memilih tubuhnya sebagai tempat pelarian agar tidak mati terinjak. Karena sifat mereka yang sensitif terhadap suhu, maka dipilihlah bagian penis yang memiliki suhu pas, hangat dan tidak terlalu lembap.

Selama proses berkumpul di penis mungkin menyebabkan rasa geli dibumbui sedikit gatal, sehingga putranya menggaruknya begitu saja tanpa tahu akibatnya. Hewan itu mudah mati, jadi segarukan saja dapat membunuhnya, dan meninggalkan suatu cairan yang dapat menyebabkan bentol-bentol disertai rasa gatal yang hebat, terutama pada kulit manusia yang notabene tipis.

Untungnya akibat yang ditimbulkan cairan itu bukan sesuatu yang merepotkan, mudah saja menghilangkannya, cukup membasuhnya menggunakan air akan langsung hilang rasa gatalnya.

"Jangan digaruk, nanti malah tambah parah!" Setibanya di depan putranya, Sabrina menghentikan tangan putranya yang masih mencoba menggaruk penis, dan merobek sebagian kain singlet yang dikenakannya untuk mengelap darah sekaligus cairan yang hewan itu tinggalkan.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada penisku, Bu?!" Inilah yang dari tadi ada dipikiran Rendy.

Profesinya di bumi bukan seorang dokter, dan tinggal di dunia ini baru beberapa tahun, wajar bila masih ada banyak hal yang tidak diketahuinya, salah satu contohnya ya yang terjadi pada penisnya ini.

"Tidak terjadi apa-apa! Bentol-bentol ini cuma gara-gara hewan Kesets, bukan sesuatu yang berbahaya! Buat mandi juga nanti hilang sendiri!" Ucapan Sabrina bertepatan dengan penis putranya yang berhasil dibersihkan. "Dah, ayo mandi!" Memegang tangan kecil putranya, Sabrina berniat mengajaknya pulang untuk memandikannya.

Namun saat menarik tangan putranya, dia mendapati putranya diam saja, tidak ingin ikut dengannya. Dia pun menatapnya menggunakan wajah terheran-heran.

"Ibu tidak perlu memandikanku, aku bisa sendiri!" Bak seorang anak yang malu dimandikan ibunya, Rendy buru-buru membebaskan tangannya dari genggaman ibunya, lalu pergi begitu saja tanpa memberikan penjelasan atas tindakannya yang seperti itu.

Kelakuan putranya yang aneh ini membuat wajah Sabrina yang sudah keheranan menjadi semakin keheranan lagi, ini merupakan penolakan pertama dari putranya saat diajak mandi.

'Apakah gara-gara hewan Kesets, putraku mulai berpikir dewasa sehingga malu untuk mandi bersama ibunya lagi?!' Hanya itu alasan yang bisa dipikirkan Sabrina.

Anehnya, saat mengetahui ada sesuatu yang mencoba membuat jarak antara dirinya dengan putranya, seketika membangkitkan emosi yang tak pernah sekalipun dirasakan Sabrina sejak lahir. Entah emosi apa itu, sedikit susah dijelaskan, pokoknya terasa ingin memusnahkan keberadaan hewan Kasets dari dunia ini.

Sabrina tidak tahu bahwa emosi itu adalah sifat yandere yang baru saja terbangun. Selama ini, sifat itu hanya berdiam diri, tidak pernah keluar lantaran belum pernah ada yang memancingnya.

Dari jauh menatap putranya sudah kembali ke rumah dengan aman, Sabrina mengalihkan pandangannya pada sekelompok tumbuhan Echium Pumila yang tumbuh subur. Ekspresi yang diperlihatkannya tampak biasa saja, datar, namun sorot matanya terlihat sangat tajam sekali bak pedang yang ingin mengiris-iris.

Tatapan itu hanya berlangsung sesaat saja, sebelum dia pergi kembali ke tumpukan barang-barang, membuat suasana tempat percakapan ibu dan anak barusan menjadi sunyi.

[Swinggg!!!] Di tengah kesunyian tempat itu, sebuah bola api berwarna merah menyala tiba-tiba lewat dari arah tumpukan barang menuju ke sekelompok tumbuhan Echium Pumila. [BOMM!!!] Disusul suara menggelegar bola api itu yang mengenai sasaran.

[Swing! Bomm! Swing! Bomm! Swing! Bomm!] Belum selesai suara ledakan yang pertama, dan yang berikutnya, sudah ada beberapa bola api lagi yang menyusul.

"Ahahaha!" Tawa yang Sabrina keluarkan terdengar sangat aneh, bersamaan dengan ekspresi yang sangat menakutkan sebagaimana ekspresi wanita berkepribadian yandere pada umumnya. "Segala sesuatu yang berani menjauhkanku dari putraku pantas musnah!" Sabrina secara berturut-turut melemparkan dua buah carik kertas berwarna merah ke depan.

Tanpa perlu penjelasan yang panjang lebar, mudah saja ditebak bahwa kertas itu adalah totem. Sebuah benda magis berupa lembaran kertas berisi tulisan mantra jurus, bilamana diaktifkan kertas itu akan berubah sesuai dengan jurus yang ditulis di sana.

Bukannya melayang jatuh, kertas itu meluncur lurus ke arah yang dituju, dan seper sekian detik kertas itu berubah menjadi bola api seperti yang sudah-sudah.

[Swing! Bomm! Swing! Bomm!] Suara ledakan dari kertas yang barusan dilempar.

Tampaknya itu akan menjadi serangan terakhir yang bisa dikeluarkan Sabrina, lantaran dari arah kirinya terdengar suara deru langkah kaki para golem yang mendekat, serta dari arah depannya terlihat Rendy dalam setelan pakaian barunya sedang berlari terbirit-birit, ekspresi khawatir pun dapat dilihat di wajahnya.

Menyadari akan kedatangan putranya, Sabrina menghentikan apa yang dilakukannya, dan bak secepat membalik sebuah telapak tangan, muka seram yang terpampang barusan telah berganti sebagaimana pada umumnya saat di depan putranya, ceria penuh senyum.

"Di mana penyusupnya, Bu?!" Tiba di depan ibunya, Rendy menjadi orang pertama yang berbicara. Memegang lutut dengan tempo napas yang naik turun, dia melihat ke sekeliling mencari penyusup yang dimaksud di dalam ucapannya.

Pertanyaan itu tidak langsung dijawab Sabrina, baginya tidak ada yang lebih penting dari putranya. Jadi begitu melihat putranya dalam keadaan yang kurang baik, penuh butiran keringat seperti baru saja berlari memutari lapangan, dia lebih memilih mengelap keringat itu ketimbang membahas penyusup yang putranya maksud.

"Bu?!" Rendy memanggil ibunya untuk memperhatikan apa yang ditanyakannya.

"Jika yang Sayangku maksud suara ledakan, itu bukan dari penyusup! Melainkan ibu yang sedang menggunakan talisman ini untuk membunuh kecoak!" Tangan kanannya masih sibuk mengelap keringat yang masih tersisa di leher putranya, sedangkan tangan kiri sedikit diangkat untuk memperlihatkan kepada putranya penampakan talisman yang barusan disebutnya.

Rendy menghela napas. "Aku pikir tadi ukuran Golem Raksasaku yang besar telah menarik perhatian petualang asing untuk datang ke sini! Lalu menyadari di sini ada banyak harta, petualang asing itu menyerang ibu untuk merampoknya!" Ekspresi khawatir yang dibawa tadi mulai mereda.

Sekaligus di dalam batinnya terasa ingin menertawakan kebodohannya sendiri, mana mungkin ada petualang dengan tololnya masuk ke hutan ini, yang notabene memiliki sebutan Deadforest. Terletak di antara wilayah kekuasaan ras human sebelah utara dengan ras elf sebelah selatan, hutan ini benar-benar sangat berbahaya sesuai namanya, terutama di bagian tepi dari hutan ini yang berisi monster berlevel ratusan.