Menindaklanjuti perintah Dewa Phoebe, Nanda Rendy pun bersiap-siap di depan portal. Dia berdiri disana, sambil kadang-kadang melirik ke arah Dewa Phoebe yang sedang terlihat sedang memejamkan mata sambil menggumamkan sesuatu, Nanda Rendy menduga Dewa Phoebe mungkin sedang membaca mantra.
10 menit berlalu, portal yang awalnya berwarna putih susu berubah menjadi biru, dan pada saat itu juga Dewa Phoebe menghentikan apa yang dia lakukan. "Goo!!!" Teriakan Dewa Phoebe, yang diikuti Nanda Rendy yang melompat ke dalam portal.
Kerajaan Batia, di salah satu bangunan terbesar yang ada di kerajaan ini.
Cahaya rembulan bersinar, menyinari istana yang begitu megah seakan menambah kecantikan yang istana itu pancarkan. Banyak orang berlarian keluar-masuk istana melewatkan keindahan itu, sibuk mengerjakan apa yang sedang mereka lakukan, perang. Tidak, ini tidak pantas disebut perang, melainkan penyergapan yang disertai pembantaian lantaran tidak ada perlawanan sama sekali dari pihak istana.
Saat kejadian seperti ini terjadi, hal pertama yang harus dicari tentu saja penguasa istana ini. Sekarang, orang itu terlihat sedang berlari menyusuri lorong yang gelap, ditemani seorang wanita yang senantiasa menggenggam erat tangan kanan orang itu, dan obor di tangan kirinya.
Sampai di ujung lorong, orang itu melepaskan genggamannya pada tangan wanita itu, dan menyentuh tombol yang tersembunyi di salah satu sudut tembok. Keanehan pun terjadi, ujung lorong yang berupa tembok mulai bergetar.
[Brrrrrr!!] Suara tembok bergeser layaknya sebuah gerbang yang terbuka.
Gelap, apa yang ada di dalam sana tidak terlihat, baru saat kedua orang itu masuk, ruangan seketika menjadi terang. Memperlihatkan isi ruangan itu yang ternyata hanya sebuah ruangan kecil, tidak ada barang apapun di sana, hanya sebuah lingkaran dengan simbol dan tulisan aneh di tengah ruangan itu.
Orang itu mengiris ujung jari menggunakan pisau yang dibawanya, meneteskan darah yang keluar di tengah-tengah lingkaran itu. Tetesan darah ke 3, lingkaran mengeluarkan cahaya terang, cahaya itu bersinar vertikal dari lantai tempat simbol itu berada hingga ke langit-langit ruangan itu.
"Istriku, cepat kemari! Portal ini hanya bisa bertahan sebentar!" Orang itu meneriaki wanita itu yang berdiri 5 meter darinya.
Wanita itu melaksanakan apa yang diperintahkan orang itu, sayangnya baru 3 langkah wanita itu terpeleset, tidak sengaja menginjak kain jubahnya sendiri. Saat akan jatuh tersungkur ke depan, orang itu dengan sigap memegangi tubuh wanita itu agar tidak terjatuh.
Terlihat bagaimana orang itu begitu cepat berpindah tempat, dari tempatnya berdiri ke wanita itu, menandakan bahwa orang itu merupakan bukan orang biasa.
"Hati-hati! Ingat, kamu sedang mengandung anak kita!" Wanita itu terlihat hanya mengangguk tanda menaati yang dikatakannya.
Mereka berdua lalu melanjutkannya dengan berjalan bersama ke portal, namun waktu akan memasuki portal, ada seseorang yang membuat langkah mereka berhenti.
[Woi! Raja bodoh, mau lari ke mana kamu?!] Suara teriakan seorang lelaki yang bergema di lorong.
Wanita itu tampak sangat ketakutan akan suara itu, tangannya menggenggam erat tangan orang itu. Sedangkan orang itu, tidak ada ketakutan, hanya kemarahan.
"Bagaimana para pengkhianat itu bisa menemukan tempat ini?!" Orang itu bergumam pelan kepada dirinya sendiri, sebelum menyadari cahaya di portal mulai redup, gegara terlalu banyak membuang waktu, portal akan segera hilang.
Tidak ingin membuang lebih banyak waktu lagi, mereka bergegas ke dalam lingkaran, sayangnya saat tubuh mereka berkedip tanda akan berteleportasi, ada sebuah anak panah yang entah datang dari mana tiba-tiba meluncur tepat di dada orang itu.
"Ught!!!" Orang itu memuntahkan darah, sebelum akhirnya mereka berteleportasi.
Di sebuah hutan antah-berantah.
Terdengarlah suara tangisan seorang wanita di tengah hutan yang begitu sepi nan sunyi. Siapa wanita ini tidak perlu ditanyakan lagi, wanita ini adalah wanita yang melarikan diri menggunakan teleportasi bersama suaminya tadi.
Sekarang wanita itu terlihat bercucuran air mata, di hadapannya ada suaminya yang terlentang sekarat tertusuk anak panah. Dilihat dari wajah orang itu, sepertinya dia sudah siap menerima nasibnya.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk! Sial, panah ini beracun, aku tidak akan bisa bertahan lama!" Tangisan wanita itu semakin keras, mengabaikan tangisan itu, orang itu berusaha melepaskan cincin yang terpasang di ibu jari dengan susah payah. "Di sini ada semua yang kamu butuhkan untuk bertahan hidup, cukup sampai anak kita berusia 12 tahun!" Tidak ada tenaga yang tersisa, cincin yang sempat akan diberikan ke wanita itu jatuh entah menggelinding ke mana. "Aku hanya punya satu permintaan, jangan biarkan darah keluarga Cairde musnah!" Kalimat terakhir yang orang itu ucapkan sebelum menutup mata selamanya.
1 jam, 5 jam, 10 jam, wanita itu terus berada di samping orang itu, menangis tersedu-sedu, dan beberapa kali kadang mengguncang tubuh orang itu seakan ingin membangunkannya, bersamaan tiga kalimat yang silih berganti digumamkannya, 'Bangun! Jangan tinggalkan aku sendiri!', 'Aku tidak ingin hidup sendirian lagi!', dan 'Bagaimana aku hidup tanpamu!'
5 jam berikutnya, bau busuk mulai tercium, bau yang menyengat itu bagi wanita itu bak air dingin yang disiramkan ke kepalanya. Memaksanya bangun dari kesedihan yang berlarut-larut, harus menerima kenyataan yang ada.
"Aku tidak bisa terus-terusan begini, yang ada akan membuat suami bersedih di alam bawah sana!" Bagai alunan harmoni, suara wanita itu benar-benar terdengar sangat merdu dan cantik. Sayangnya jubah yang menutup seluruh tubuh wanita itu dan cadar yang dikenakannya, menghalangi orang luar untuk memeriksa apakah rupa wanita itu akan secantik suaranya. "Juga hari sudah semakin malam, aku harus cepat-cepat mengubur tubuh suami sebelum hewan buas datang untuk memakannya!" Membersihkan air mata yang tersisa, wanita itu memakai cincin yang ditinggalkan mendiang suaminya, dan mengambil sebuah pacul dari sana.
Dia mulai menggali dengan sekuat tenaga, di kedalaman setengah meter bisa terlihat seberapa strugglenya dan banyak keringat yang wanita itu tunjukkan, dapat disimpulkan bahwa wanita itu adalah wanita biasa. Meski begitu, dia terus menggali, hingga tak terasa sudah mencapai di kedalaman satu setengah meter.
"Segini seharusnya cukup!" Tidak ada pengukur, wanita itu hanya bisa mengira-ngira ukuran galiannya. Setidaknya, menurut pendapatnya sudah sesuai dengan ukuran tubuh suaminya, serta dapat mencegah bau pembusukan menyebar sehingga tidak mengundang binatang pemakan bangkai.
Keluar dari liang kubur, wanita itu harus bekerja keras lagi untuk memakamkan suaminya. Tubuhnya memang tidak lebih tinggi darinya, hanya saja volume ototnya yang sangat besar seakan menambah berat tubuhnya, apalagi dia hanya wanita biasa.
Butuh 40 menit untuk menyelesaikannya, sekarang wanita itu terlihat berdiri di samping gundukan tanah yang memanjang, yang tak lain adalah tempat persemayaman mendiang suaminya.
Tak ada lagi air mata, dari sorot mata yang wanita itu pancarkan hanya ada sebuah tekat yang kuat. "Suami, tanpa perlu meminta, aku akan melakukan sesuai yang kamu katakan! Mustahil aku membiarkan darah keluarga Cairde musnah, bila musnah artinya aku harus hidup sendirian! Aku tidak mau itu! Jadi suami bisa tenang, aku berjanji akan melestarikan, bahkan mungkin membangun kembali keagungan keluarga Cairde!" Janji sumpah yang wanita itu ucapkan sebelum meninggalkan makam suaminya, menyusuri rindangnya hutan, tanpa arah dan tujuan.
4 tahun berlalu.
Masih di pedalaman hutan, berdiri kokoh sebuah gubuk kecil terbuat dari anyaman daun, tidak ada tanda-tanda rusak atau reyot, lantaran 8 pohon besar di sekelilingnya seakan menjadi pelindung alami gubuk itu, bila dilihat dari langit akan terlihat seperti gubuk yang berdiri di tengah stadion sepak bola.
Menuju ke dalam gubuk, tidak ada yang menarik sama halnya gubuk itu sendiri, ada sebuah ranjang berukuran 1 orang dewasa, 1 meja berbentuk kotak dengan 2 buah kursi yang saling berhadapan, rak buku yang penuh terisi, dan sebuah lemari pakaian tanpa pintu. Semuanya terlihat buatan tangan, terutama tangan wanita, terlihat asal-asalan dan seadanya. Itu juga tidak bisa disalahkan, sebab orang yang tinggal di gubuk ini memang seorang wanita yang tidak pernah melakukan pekerjaan kasar, siapa lagi kalau bukan wanita itu, seorang ratu sebuah kerajaan yang telah jatuh menjadi rakyat biasa.
Wanita itu terlihat sedang duduk di atas ranjang, tak seperti dahulu penampilannya yang tertutup jubah dan cadar, sekarang bisa terlihat jelas bagaimana perawakan yang dimilikinya. Berwajah oriental, berkulit putih porselen yang sangat cocok dengan rambutnya yang berwarna perak.
Perihal wajah jangan ditanya, cantik bagai bidadari, ditambah rambut panjang sepinggang yang di kepang sanggul seakan menambah kecantikan yang dipancarkannya.
Tak hanya segi wajah yang sempurna, tubuhnya pun juga. Bila diumpamakan akan tampak seperti sebuah gitar, bagian payudara dan pantatnya sangat besar, sementara pinggangnya langsing. Bahkan bila dibandingkan dahulu saat masih tertutup jubah, perbedaannya masih dapat dilihat dengan mata telanjang bahwa ukuran yang sekarang beberapa kali lebih besar daripada yang dahulu.
Perubahan ukuran yang sangat drastis itu ada hubungannya dengan seseorang yang saat ini sedang di tatap oleh wanita itu, seorang anak laki-laki berusia sekitar 4 tahunan yang sedang membaca buku tebal di meja.
Dilihat dari jauh memang tidak ada yang janggal, tampak biasa layaknya seorang bocah yang sedang membaca buku. Tapi saat melihat buku yang dibaca bocah itu, buku yang semua isinya teks dan kata yang hanya bisa dipahami orang dewasa, tentu akan memunculkan keanehan, bagaimana seorang bocah 4 tahun dapat mengerti semua itu.
Mustahil untuk bocah 4 tahun biasa, tidak untuk bocah itu yang merupakan reinkarnasi Nanda Rendy. Inilah dia yang sekarang, mengambil nama keluarga ibunya yaitu Zutto, dan sialnya harus menggunakan nama yang sama saat masih hidup di bumi, yaitu Rendy.
Di sini, dia hidup bersama ibunya, tanpa kehadiran seorang ayah, yang mana dia sendiri tidak tahu siapa ayahnya, dan kenapa tidak pernah muncul. Ibunya tidak pernah bercerita tentang latar belakang ayahnya sedikitpun, dan saat ditanya mengapa tidak pernah datang menjenguk, jawabannya akan selalu sama [Ayahmu punya urusan penting yang mengharuskannya pergi jauh, tidak tahu pulangnya kapan!].
Mungkin bila dia benar-benar bocah berusia 4 tahun akan langsung percaya, sayangnya dia seorang reinkarnator dari peradaban yang sangat maju. Sudah banyak drama ditontonnya, kebetulan MC di salah satu drama memiliki kesamaan dengan dirinya, dan di endingnya diketahui bahwa si MC merupakan anak haram dari hasil hubungan gelap antara ibu MC yang seorang pembantu dengan majikannya.
Yah apapun praduganya ini benar atau tidak, dia tidak terlalu bermasalah dengan absennya ayah. Malah bisa dibilang berharap tetap tidak pernah muncul karena dengan begitu dia bisa memiliki ibunya untuk dirinya sendiri. Ada alasannya mengapa harapannya begitu, dia tidak ingin apa yang sudah ada berubah atau bahkan menghilang, contohnya seperti sifat ibunya yang son-complex kepadanya.