Tiba di depannya Nanda Rendy, orang itu membangunkan Nanda Rendy dengan cara yang tidak biasa, dia memukul kepalanya Nanda Rendy dengan tongkat yang dia pegang.
Memang, cara itu benar-benar ampuh. Nanda Rendy langsung bangun seperti seekor kucing yang ekornya ke injak. "Aw!!!" Teriak Nanda Rendy. Dia berdiri sambil mengelus-elus bagian kepala yang di pukul, "Brengsek, siapa yang berani memukulku?!" Nanda Rendy berkata dengan marah, sebelum akhirnya dia melihat orang itu yang ada di depannya, "Apakah itu kamu yang memukulku?!" Dengan ekspresi yang masih marah Nanda Rendy menunjuk orang itu.
Orang itu sangat terkejut, bukan karena baru pertama kali bertemu langsung dimarah-marahi, tapi terkejut melihat wajahnya Nanda Rendy. Orang itu mengabaikan pertanyaannya Nanda Rendy dan malah bertanya balik, "Ap-Apakah kamu Nanda Rendy?! Seorang ilmuan yang berhasil menemukan keabadian bagi umat manusia?!" Orang itu terlihat sangat antusias, seperti bertemu dengan idolanya.
Nanda Rendy sedikit mengangkat alis kirinya, "Hei, itu sedikit tidak sopan tau, menanyakan nama seseorang tanpa memperkenalkan diri sendiri terlebih dulu!" Balas Nanda Rendy, mengingatkan orang itu untuk memperkenalkan dirinya.
"Salahku! Namaku Phoebe, aku adalah dewa yang bertugas hari ini untuk menjaga dunia bawah!" Dengan wajah tersenyum Dewa Phoebe memperkenalkan diri, lalu diikuti dengan dia mengulurkan tangan dengan maksud berjabat tangan sebagai formalitas perkenalan.
Nanda Rendy membelakan matanya karena kaget, "Apaaa Dewaaa?!" Teriak Nanda Rendy. Nanda Rendy tidak berani menerima jabat tangan itu, dia malah menjatuhkan dirinya ke tanah lalu membentuk posisi sujud, "Maafkan atas ketidaksopanan hambamu ini Dewa!" Nanda Rendy memohon ampun dengan wajah yang terlihat sangat melas. Nanda Rendy merasa telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, berbicara kepada seorang Dewa seperti berbicara kepada sesama manusia.
Dewa Phoebe dikejutkan lagi oleh Nanda Rendy, tapi kali ini berbeda dengan yang sebelumnya, Dewa Phoebe terkejut dengan Nanda Rendy yang tiba-tiba bersujud padanya. "Hei berdiri! Kenapa kamu malah bersujud?!" Kata Dewa Phoebe sambil membangunkan Nanda Rendy dari sujudnya. Setelah berhasil membuat Nanda Rendy berdiri seperti semula, Dewa Phoebe melanjutkan berbicara, "Jangan lagi kamu melakukan hal seperti itu, kita sesama ciptaan Sang Lord memiliki derajat yang sama, jadi aku ingin kamu berbicara seperti biasa saat kamu bersama dengan teman-temanmu!" Dewa Phoebe menyuruh Nanda Rendy untuk menganggapnya seperti manusia biasa.
Nanda Rendy menatap wajahnya Dewa Phoebe untuk melihat ekspresinya, biar dia dapat menentukan apakah yang Dewa Phoebe katakan itu serius. Hasilnya, Nanda Rendy sama sekali tidak menemukan ekspresi bercanda, jadi Nanda Rendy menyimpulkan bahwa Dewa Phoebe bersungguh-sungguh. Nanda Rendy menganggukkan kepalanya, "Baiklah, Dewa Phoebe!" Kata Nanda Rendy. Kemudian dia tiba-tiba ingat dengan sesuatu yang Dewa Phoebe tanyakan tadi, "Owh iya, tentang yang Dewa Phoebe tanyakan tadi, memang benar saya adalah Nanda Rendy! Bagaimana anda tahu?!" Shi Shan berkata dengan sopan. Meski sudah diberi izin agar dapat berbicara layaknya seperti teman biasa, Nanda Rendy tidak bisa serta merta langsung melakukannya, dia membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Ini tak lepas dari stigma yang selalu ditanamkan waktu masih kecil di bangku pendidikan, dimana salah satu mata pelajaran mengatakan kita harus menghormati Dewa.
"Tahu dong! Namamu sangat terkenal disini! Berkat penemuanmu, kita para dewa mempunyai banyak waktu luang!" Dewa Phoebe tersenyum bahagia. Kemudian, tiba-tiba Dewa Phoebe menghentikan senyumnya, "Ngomong-ngomong, kenapa kamu bisa ada disini?!" Dewa Phoebe bertanya dengan Ekspresi serius. Dewa Phoebe sangat penasaran, bagaimana bisa, orang yang menciptakan keabadian malah menjadi orang pertama yang mati.
Nanda Rendy menghela napas, "Saya diracuni, entah racun apa itu yang bisa mengalahkan antibodi yang telak saya kembangkan! Sedangkan pelakunya, saya sendiri saja tidak tahu!" Kata Nanda Rendy. Dia tidak menyalahkan Talitha Yuanita, karena dia tahu bahwa pelaku yang sebenarnya bukan dia.
Dewa Phoebe mengangguk, "Jadi begitu! Jika kamu penasaran dengan pelakunya, aku bisa membantumu untuk memperlihatkannya!" Meski sebelumnya Dewa Phoebe tidak pernah bertemu dengan Nanda Rendy secara langsung, dia dapat melihat dari catatan amal yang dia kumpulkan bahwa Nanda Rendy adalah orang baik, jadi tidak apa-apa menawari sedikit bantuan atas masalah yang Nanda Rendy alami.
"Tidak butuh! Terlepas siapa pelakunya, saya sangat berterima kasih kepadanya! Berkat dia, saya mengingat kutipan yang telah lama dilupakan, 'hidup itu sebentar jadi nikmatilah hidupmu'! Jadi dengan ribuan tahun kerja keras yang telah saya lakukan, sekarang saatnya menikmati hidup!" kata Nanda Rendy dengan penuh semangat. Dia tidak sabar ingin membuka lembaran baru, melakukan semua hal yang dulu dia tinggalkan karena pekerjaannya.
Dewa Phoebe mengacungkan dua jempol kepada Nanda Rendy, "Pandangan yang sangat positif, aku sangat suka itu!" Dewa Phoebe tersenyum.
"Ngomong-ngomong, setelah ini saya harus bagaimana ya Dewa Phoebe?!" Nanda Rendy bertanya dengan sedikit ragu-ragu. Dia tidak yakin apakah dapat masuk ke surga atau tidak dengan akumulasi karma yang telah dia kumpulkan. Meski selama hidup dia merasa telah mengumpulkan banyak karma, tapi apa yang dia hitung tidak mungkin sama dengan Dewa.
Sebuah buku berukuran besar tiba-tiba muncul, buku itu sangat tebal, dengan cover berwarna hitam dan kata 'DEATHNOTE' di tengah. Buku itu melayang di depannya Dewa Phoebe, "Cari Nand~" Sebelum Dewa Phoebe sempat selesai bicara, Nanda Rendy terlebih dulu memotongnya.
Saat buku itu muncul, Nanda Rendy membelakkan matanya, dia sangat kaget melihat kata 'DEATHNOTE' di buku itu. Nanda Rendy menunjuk-nunjuk kata 'DEEATHNOTE' di buku itu, bermaksud ingin bertanya apakah buku itu asli. "I-Itu..." Nanda Rendy yang saking terkejutnya menjadi tergagap hingga tidak bisa menyelesaikan perkataannya.
Dewa Phoebe, yang tadi perkataannya dipotong oleh Nanda Rendy, menatap Nanda Rendy dengan bingung. Dia melihat ke arah mana jarinya Nanda Rendy menunjuk. Sekarang dia tahu alasan kenapa Nanda Rendy bertingkah aneh. "Itu tidak seperti yang kau pikirkan! Ini hanya cover yang aku bikin sendiri, aku sangat tertarik saat melihat buku itu booming di bumi!" Kata Dewa Phoebe dengan nada yang meyakinkan, agar Nanda Rendy bisa merasa tenang.
Nanda Rendy menghela nafas, ternyata tidak seperti yang dia pikirkan. Dia merasa seperti orang konyol, tidak mungkin 'DEATHNOTE' ada di dunia nyata. "Huft! Aku pikir itu asli!" Wajah Nanda Rendy sedikit memerah.
Dewa Phoebe hanya bisa geleng-geleng, seorang ilmuan top tapi masih percaya apa yang ada di film itu nyata. "Baiklah, aku akan melanjutkan! Cari Nanda Rendy!" Kata Dewa Phoebe. Setelah kata 'Cari Nanda Rendy' terucap, buku itu terbuka dan halaman demi halaman membalik dengan sendirinya secara cepat. Beberapa saat kemudian buku itu berhenti disuatu halaman. Dewa Phoebe melihat ke halaman itu dan mulai membaca apa yang ada disana.
Setelah selesai membaca semuanya, Dewa Phoebe menatap Nanda Rendy, sedangkan buku tadi menghilang dengan sendirinya. "Di buku tertulis kamu memiliki hak khusus, bisa memilih antara masuk ke surga, menjadi seorang dewa, atau ber-reinkarnasi?! Jika kamu memilih surga, kamu bisa bersenang-senang sesukamu selama-lamanya. Dan jika kamu memilih dewa, kamu akan diwajibkan untuk bekerja, bekerja seperti diriku. Lalu ada reinkarnasi, kamu bisa hidup kembali, aku tidak tahu didunia mana kamu akan ber-reinkarnasi! Mana yang akan kamu pilih?!" Dewa Phobe berkata sambil menampilkan ekspresi bertanya.
Mata Nanda Rendy menyala, dia tidak menduga bahwa karma yang selama ini dia kumpulkan akan membuatnya dapat memiliki hak khusus, bahkan bisa menjadi seorang dewa. Nanda Rendy pun terdiam dengan tangan memegang dagunya, dia sedang berpikir dengan serius tentang pilihannya, antara hidup di surga atau ber-reinkarnasi. Dia tidak menyertakan pilihan menjadi dewa karena dia tidak ingin menjadi dewa, dia masih ingat betul pelajaran di bangku sekolah dasar, dimana seorang dewa seperti seorang biksu, sama sekali tidak pernah menyentuh wanita.
Setelah semenit berkutat dalam 2 pilihan itu, dia memutuskan memilih reinkarnasi, karena sesuai dengan lembaran baru yang ingin dilakukannya, yaitu hanya ingin menikmati hidup bersama wanita. Meski dia bisa melakukannya di surga, dia tetap tidak memilihnya karena mempertimbangkan aspek tidak ingin hidup monoton seperti halnya di surga.
Nanda Rendy memandang Dewa Phoebe, "Jika saya memilih reinkarnasi, apakah saya akan mendapatkan kemampuan cheat seperti sebuah sistem?! Selain itu, akankah ingatan saya utuh?!" Nanda Rendy bertanya.
Pertanyaan kedua merupakan pertanyaan yang sangat penting karena menyangkut semua pengalaman dari penelitiannya yang tersimpan di otak. Dia tidak ingin begitu saja melupakan semua pengalaman yang dia peroleh selama ribuan tahun. Sedangkan pertanyaan pertama, dia hanya iseng, bermaksud meniru seperti apa yang terjadi di dalam manga.
Dewa Phoebe hampir terjungkal ketika mendengar kata sebuah sistem, dia berpikir imajinasinya Nanda Rendy terlalu luas hingga tak kenal batas. "Apa kau pikir ini dunia fantasy?!" Nada bicara Dewa Phoebe seperti sedang memarahi.
Nanda Rendy mengelus belakang kepalanya sambil cengengesan, "Hehehe... Bukankah kita memang di dunia fantasy, lihat ada pembaca yang sedang membaca kalimat kita!" Nanda Rendy berkata.
Melihat Nanda Rendy yang bercanda, Dewa Phoebe lalu menggetok kepalanya menggunakan tongkat yang dia pegang, "Jangan diluar konteks, yang serius!" Dewa Phoebe memarahi.
"Baiklah! Aku akan serius! Bila bereinkarnasi, apakah aku akan mendapatkan kemampuan tambahan?! Dengan jumlah karmaku seharusnya bisa mendapatkannya kan?!" Nanda Rendy meringis sambil menggosok bagian kepala yang digetok oleh Dewa Phoebe. Dia merasa teraniaya, karena dia merasa apa yang dia katakan benar.
"Perkataanmu memang benar, tapi tidak ada yang namanya sistem, adanya kemampuan biasa! Kamu bisa memilihnya sendiri!" Lambaian tangan sekali dari Dewa Phoebe memunculkan sebuah buku di depan Nanda Rendy.
Buku yang keluar kali ini sedikit berbeda, berukuran kecil layaknya buku biasa, memiliki cover kulit domba berwarna putih, dan sebuah kata [Skill] tertulis di sana.
Sembari Nanda Rendy sibuk mencari kemampuan yang diinginkannya, Dewa Phoebe melanjutkan omongannya. "Dengan jumlah karmamu, kamu bisa memilih 2 kemampuan, bebas grade apapun boleh! Lalu masalah ingatanmu, jangan khawatir, akan tetap masih ada!" Nanda Rendy seketika menghentikan tangannya yang sedang membolak-balik lembaran buku kemampuan.
"Serius?!" Mencoba mengkonfirmasi kembali apa yang barusan didengarnya karena merasa tak percaya, dan respons Dewa Phoebe hanya sebuah anggukan. "Kalau masih ada ingatanku, ya aku hanya butuh ini dan ini!" Tunjukkan tangan yang pertama mengarah pada jurus bernama Hand Break, dan yang kedua pada Hand Made.
"Kamu yakin?!" Kemampuan yang dipilih Nanda Rendy tidak ada yang bergrade tinggi, semuanya grade rendah, ini membuat Dewa Phoebe berusaha meyakinkan kembali pilihan yang dibuat Nanda Rendy.
Nanda Rendy mengangguk dengan PD-nya, menurutnya semua jurus yang ada tidak ada yang menarik, yang menarik cuma pilihannya itu lantaran berhubungan dengan ingatannya yang akan dipertahankan. Ada banyak penemuan yang tersimpan di otaknya, yang kurang hanya pabrik untuk mengimplementasikan penemuannya itu, dan disinilah kegunaan kemampuan pilihannya.
Pertama ada Hand Break, kemampuan itu dapat menghancurkan atau membongkar apa saja yang berwujud. Ini akan sangat memudahkan dirinya saat harus berurusan dengan bahan-bahan yang tersembunyi di dalam kerak yang tebal dan keras.
Sudah ada bahan, selanjutnya sudah pasti ke pembuatan, inilah kegunaan kemampuan yang kedua, Hand Made. Kemampuan ini dapat mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang diinginkan si pengguna hanya dengan menyentuhnya saja.
"Baiklah kalau itu keputusanmu!" Nanda Rendy sudah memutuskan, Dewa Phoebe tidak bisa mencampuri atau memaksanya untuk merubahnya. "Kemampuan yang kamu pilih tak sebanding dengan karmamu, masih tersisa banyak, jadi kamu memiliki 1 kesempatan untuk dibantu oleh dewa! Cukup sebut 'Tolong Dewa!' dan dewa yang bertugas akan datang kepadamu!" Dewa Phoebe menyampaikan pernyataan terakhirnya, sebelum menyuruh Nanda Rendy bersiap-siap di depan portal.