Chereads / My Journey with Mom (Bahasa Indonesia) / Chapter 2 - Mati setelah melakukan hal 'itu'

Chapter 2 - Mati setelah melakukan hal 'itu'

Nanda Rendy mengusap kepalanya wanita itu dengan lembut. "Bagus! Kamu bisa memakai pakaianmu dulu!" Nanda Rendy berkata dengan wajah tersenyum. Dia menyuruh wanita itu untuk berpakaian, sedangkan dia ingin melakukan apa yang harus dilakukan setelah menikmati tubuh wanita itu.

Menuruti apa yang Nanda Rendy katakan, wanita itu berdiri lalu mengambil sesuatu di atas meja, dia tidak mengambil pakaiannya, tapi malah mengambil tisu yang ada di di sana. Dia menggunakan tisu itu untuk mengelap cairan putih bercampur merah yang masih mengalir dari vaginanya. Setelah bersih, dia mulai memakai pakaiannya satu persatu.

Melihat vagina wanita itu yang dialiri sperma tadi membuat Talitha Yuanita menelan ludahnya. Dia benar-benar terangsang, tapi dia dengan sekuat tenaga menahan nafsunya sambil mempertahankan sikap seperti tidak terpengaruh dengan kegiatan yang mereka lakukan.

Saat wanita itu sedang memakai pakaiannya, Nanda Rendy sudah selesai memakai jeansnya. Saat ini dia sudah duduk kembali sambil memegang HP di tangannya, dia sepertinya sedang melakukan sesuatu, itu terlihat dari jari dan pandangannya yang tertuju pada layar Hpnya.

Beberapa menit kemudian, Nanda Rendy selesai dengan apa yang dia lakukan, begitu juga wanita itu. Nanda Rendy lalu memandang wanita itu. "Aku sudah mentransfer uang ke rekeningmu! Jika ada teman sekelasmu yang membutuhkan uang, kamu bisa menyuruh mereka untuk datang menemuiku!" Kata Nanda Rendy dengan mulut tersenyum, dan kedipan mata kanannya di akhir katanya.

Wanita itu tersenyum bahagia karena mendapatkan apa yang jadi tujuannya. Dia membungkukkan badannya 3 kali. "Terima kasih Prof! Tentu saja, Saya pasti akan melakukannya!" Ucap terima kasih wanita itu sebelum akhirnya dia pergi dari kamar.

Setelah wanita itu pergi, Nanda Rendy memandang Talitha Yuanita. "Maaf membuatmu menunggu! Jadi ada keperluan apa lagi, kok masih disini?!" Nanda Rendy menampilkan ekspresi bingung, jarang-jarang ada MC yang tetap disini setelah memberitahu kapan waktu tampil. Tapi karena Talitha Yuanita cantik, Nanda Rendy pun membiarkannya.

Talitha Yuanita menggelengkan kepalanya, "Tidak ada lagi, saya kesini hanya untuk memberitahu itu saja, Prof!" Kata Talitha Yuanita sebelum dia kemudian menyodorkan segelas jus tadi dengan pura-pura menampilkan ekspresi seperti seseorang baru ingat sesuatu. "Oh iya, ini Prof! Waktu berjalan kesini, saya melihat ada jus alpukat, jadi saya mengambilkannya untuk Profesor!" Talitha Yuanita tersenyum tipis.

Melihat bahwa itu benar-benar jus alpukat seperti yang dikatakannya, Nanda Rendy tak banyak bicara, dia langsung mengambilnya lalu meminumnya. "Kamu baik sekali, apakah ada sesuatu yang kamu inginkan dariku?!" Suara Nanda Rendy sedikit kurang jelas. Ini adalah buah yang sangat disukainya, jadi dia meminumnya begitu saja, selain itu dia benar-benar sedang haus karena kegiatan yang dia lakukan tadi.

Talitha Yuanita tidak menjawab, dia malah memandangi Nanda Rendy, lebih tepatnya dia memandangi isi gelasnya dengan perasaan sedikit gugup.

Nanda Rendy sedikit mengerutkan kening, dia sedikit tidak suka ketika diabaikan. Tapi dia tidak begitu saja akan memarahinya, dia menduga Talitha Yuanita mungkin saja tidak mendengarnya karena dia minum sambil bicara, jadi dia memakluminya.

Talitha Yuanita melihat Nanda Rendy menghabiskan minumannya menjadi sangat bahagia, saking bahagianya membuat dia secara tidak sadar tertawa, tapi dia buru-buru menghentikan tawanya sambil menutup mulut dengan tangannya. Meski dia menghentikan tawanya, dia tidak mencoba untuk menyembunyikan ekspresi bahagia yang ada di wajahnya.

Nanda Rendy pun dibuat bingung oleh Talitha Yuanita, padahal tidak ada sesuatu yang lucu tapi Talitha Yuanita tiba-tiba tertawa. Jika dia tidak pernah bertemu dengan Talitha Yuanita sebelumnya, pasti dia akan mengira Talitha Yuanita adalah orang gila.

Nanda Rendy menaruh gelasnya ke meja. "Apanya yang lucu?!" Daripada tidak bisa tenang karena penasaran, dia memutuskan untuk menanyakannya kepada Talitha Yuanita.

Bukannya menjawab Nanda Rendy, Talitha Yuanita malah melihat jam tangan yang ada di pergelangan tangan kanannya. Lalu dia terlihat sedang menghitung mundur mulai dari angka 3.

Nanda Rendy mengerutkan keningnya. Dia merasa aneh dengan gelagat Talitha Yuanita, dia akan menjadi orang bodoh jika tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Dia melihat ke gelas lalu ke Talitha Yuanita yang sedang menghitung mundur, sedetik kemudian dia membelalakkan mata, dia akhirnya menyadari sesuatu. Dia langsung berdiri sambil mencoba meraih tenggorokannya Talitha Yuanita, bermaksud ingin mencekiknya untuk mendapatkan penawar racun atau ikut membawanya ke dunia bawah. Tapi sudah terlambat, sebelum dia sempat meraihnya, hitungan Talitha Yuanita telah sampai di 0. Tubuhnya langsung menjadi lemas dan kesadarannya mulai pudar. "Kamu~!!!" Kata Nanda Rendy, sebelum akhirnya dia jatuh tengkurap di atas meja tanpa dapat menyelesaikan apa yang ingin dia katakan.

Setelah melihat Nanda Rendy yang jatuh tidak sadarkan diri dalam kondisi yang masih belum diketahui apakah masih hidup atau tidak, Talitha Yuanita menunjukkan warna aslinya, dia melepaskan sesuatu seperti topeng yang membungkus wajahnya. Setelah sesuatu itu dilepas, yang awalnya dia seorang wanita berubah menjadi seorang pria. Pria itu juga memiliki penampilan yang hampir sama dengan Nanda Rendy, yang membuatnya sedikit beda hanya wajah pria itu adalah versi usia 30-annya Nanda Rendy.

Pria itu mendekat ke tubuhnya Nanda Rendy, lalu mengambil tangan kanannya untuk memeriksa denyut nadi di pergelangannya, apakah masih hidup atau tidak. Hasilnya sama sekali tidak terdapat denyut nadi yang dapat dia rasakan, tapi pria itu tidak mempercayainya begitu saja. Lalu dia mengambil sesuatu alat dari sakunya, alat ini berbentuk bulat pipih seperti uang logam. Dia menempelkan alat itu ke pergelangan tangan Nanda Rendy, beberapa detik kemudian keluar sebuah tanda 'X' besar berbentuk hologram di atas alat itu.

Pria itu tertawa bahagia melihat tanda 'X' itu, seperti seseorang yang baru mendapatkan jackpot. "Hahaha! Dasar kau tua bangka mesum, enak-enakan diluar bermain wanita tapi melupakan anaknya dirumah yang hanya diisi oleh pria-pria kekar!" Wajah jengkel terlihat jelas di Pria itu. Pria itu menjambak rambut Nanda Rendy untuk mengangkat wajahnya, "Bagaimana rasanya tidak bisa menikmati wanita, ayah?! Hahaha!" Kata Pria itu sambil menepuk wajahnya Nanda Rendy beberapa kali, diikuti dengan tawa keras setelahnya.

Pria itu adalah Nanda Yan, pria berusia 35 tahun, merupakan anak dari Nanda Rendy dengan seorang pelacur. Keberadaan Nanda Yan sebenarnya sangat tidak diinginkan oleh Nanda Rendy, itu disebabkan karena beberapa hal, seperti Nanda Rendy sangat anti memiliki anak. Bukannya Nanda Rendy tidak ingin memiliki seorang keturunan, hanya saja aktivitas penelitian yang dia lakukan sudah sangat menguras waktu, jadi dia tidak ingin membuang waktu kosongnya untuk mengurus seorang anak, dia lebih suka menghabiskan waktu kosongnya bersama seorang wanita.

Yang kedua sifat Nanda Yan yang licik seperti ibunya. Jika bukan karena ibunya Nanda Yan, Nanda Rendy tidak akan memiliki seorang anak. Itu karena Nanda Rendy telah memodifikasi gennya sendiri. Dimana dia menyegel fungsi sperma agar tidak dapat membuahi sel telur wanita, jadi sangat tidak mungkin Nanda Rendy dapat memiliki seorang anak. Tapi siapa yang disangka-sangka, tanpa diduga, dan entah siapa yang mendukungnya sehingga ibunya Nanda Yan mendapatkan obat agar dapat membobol segel yang telah Nanda Rendy buat.

Setelah puas menertawakan nasibnya Nanda Rendy di depan wajahnya langsung, Nanda Yan melepaskan jambakannya lalu menggumamkan sesuatu. "Dengan ini aku bisa menguasai dunia dengan menggunakan BETA-X yang si tua mesum ini kembangkan!" Nanda Yan bergumam dengan wajah bahagia dan diakhiri dengan tertawa jahat. Dia menatap ke jari-jari tangan lalu mata Nanda Rendy, "Sekarang, saatnya untuk mengambil kunci agar dapat mengaktifkan BETA-Xnya!" Kata Nanda Yan sambil mengambil pisau lipat dari saku celananya, sebelum akhirnya dia melakukan apa yang seharusnya dia lakukan.

Dunia Bawah.

Di suatu tempat di padang rumput, langit berwarna biru polos tanpa terlihat adanya matahari dan awan sekecil apapun. Meski tanpa matahari, tempat itu diterangi cahaya yang sangat lembut layaknya cahaya matahari di waktu pagi hari.

Padang rumput itu terlihat sangat luas, saking luasnya bahkan ujungnya sampai tak terlihat. Rumput-rumput disana tertata sangat rapi, tidak ada yang terlalu panjang ataupun terlalu pendek, semuanya sama seukuran. Begitupun juga tanahnya, sangat datar sekali tanpa bergelombang atau kerikil yang membuatnya tampak tidak rata.

Tidak hanya sebuah padang rumput saja, di tengah-tengah padang rumput yang luas ini juga terdapat sebuah bangunan portal berbentuk kotak, terlihat sangat mencolok dengan ukurannya yang sebesar rumah 2 lantai. Selain portal, juga terlihat 2 orang laki-laki yang sedang melakukan kegiatannya masing-masing. Satunya sedang duduk di kursi sebelah portal sambil membaca koran dan yang satunya lagi berada 4 meter dari portal, dia sedang tengkurap dengan wajah menghadap ke tanah.

Orang yang sedang membaca koran memiliki penampilan layaknya seperti orang eropa, mengenakan Chiton untuk menutupi tubuh kekar dan tingginya, rambut pendek bergelombang berwarna pirang, dan mata tajam dengan pupil berwarna kuning. Sedangkan orang yang sedang tengkurap tidak perlu dijelaskan lagi, dia adalah Nanda Rendy. Setelah mati, arwahnya tiba di sini, dunia bawah.

Orang itu tiba-tiba mengerutkan kening ketika merasakan ada seseorang selain dirinya disini, bukannya dia tidak suka ada seseorang yang datang, tapi ini merupakan hal yang sangat langka bagi seseorang untuk datang ke tempat ini di zaman sekarang. Orang itu berpikir karena ada seseorang yang mati, dia harus berhenti malas-malasan, dan segera melaksanakan tugasnya yaitu menimbang orang itu, apakah masuk ke surga, neraka, atau bereinkarnasi. Dia pun berhenti membaca koran, lalu berjalan mendekat ke Nanda Rendy sambil mengubah koran yang dia baca tadi menjadi sebuah tongkat.