Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Jangan Duakan Aku

🇮🇩Winirosa
--
chs / week
--
NOT RATINGS
14k
Views
Synopsis
21+ (Zona Dewasa)!!! Harap bijak salam memilih bacaan saat membaca! Liana adalah gadis remaja yang menikah di usia muda. Ia menikah di umur 20 tahun. Pernikahaannya dengan seorang pria bukanlah kesengajaan. Namun karena ia telah hamil di luar nikah. Karena itulah ia terpaksa menikah sebelum ia puas menikmati masa mudanya. Ia menikah dengan seorang pria berkecukupan. Bukan dari kalangan keluarga yang kaya. Pria itu bernama Iwan. Iwan yang terpaksa menjadi kepala rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan keluarga kecilnya menjadikan ia harus merantau ke luar kota untuk pekerjaannya. Namun, segalanya berubah saat ia mengenal beberapa wanita cantik dalam kehidupan pada pekerjaannya itu. Lantas apakah Iwan akan tergoda dengan wanita-wanita itu? Lalu apakah kehidupan rumah tangga Liana akan baik-baik saja setelahnya?
VIEW MORE

Chapter 1 - Kabar Mengejutkan

"Mas, apa kamu benar-benar mencintaiku?" Tanya seorang wanita pada pasangannya.

Wanita itu bernama Liana Amanda Hizkia.

Tampak dari raut wajahnya ada kekhawatiran yang terpancar dari dalam dirinya terhadap pasangannya itu.

"Iya. Aku jelas mencintaimu."

Kemudian Liana kembali bertanya, "Apa kamu tidak akan meninggalkan aku? Apapun yang terjadi dalam situasi dan kondisi apapun?"

"Iya. Aku tidak akan meninggalkanmu. Hanya kamu seorang yang ada dalam hati dan jiwaku."

"Memangnya kenapa sayang?" Pria itu kembali bertanya pada Liana.

Pria itu bernama Iwan Antonigi Bastian. Atau yang sering di panggil dengan nama Iwan.

Ia adalah kekasih dari Liana.

Keduanya tampak terlihat sedang berbincang di sebuah taman kota di Jakarta.

Di tengah perbincangannya, Liana ingin mengutarakan apa yang menjadi uneg-uneg dalam dirinya.

Tapi ia sendiri merasa ragu dan takut untuk mengungkapkannya pada kekasihnya itu.

Liana lalu memeluk tubuh Iwan dari sampingnya dan bersandar di bahunya.

Iwan pun membalas dengan pelukan dari sebelah tangannya dan membelai rambut kekasihnya.

Karena Liana hanya terdiam, lalu Iwan kembali menanyakan apa yang sedang kekasihnya rasakan itu.

"Kamu kenapa sayang? Apa yang kamu rasakan? Kenapa kamu terlihat seperti sedih begitu?" Ucapnya.

Liana kembali bertanya "Apa kamu benar-benar tidak akan meninggalkan aku?"

"Sekali lagi aku katakan padamu. Demi apapun aku bersumpah tidak akan meninggalkan kamu. Apapun yang terjadi padamu, dan apapun yang terjadi pada kondisiku." Iwan berusaha meyakinkan.

Karena ia merasa heran dengan kekasihnya, ia kembali menanyakan "Sebenarnya kamu kenapa sayang? Apa sih yang kamu rasakan? Kenapa kamu masih meragukanku setelah bertahun-tahun kita pacaran."

"Semoga semua ucapanmu benar adanya mas." Ucapnya sambil memeluk tubuh Iwan semakin erat.

"Iya. Katakan padaku. Apa yang kamu rasakan? Apa kamu takut aku akan mengkhianatimu?" Tanya Iwan.

"Iya. Ada perasaan seperti itu. Tapi setelah mendengar perkataanmu, sedikit membuatku lega." Ucap Liana dengan rasa antara ragu dan lega.

"Dengar. Aku selalu setia terhadapmu. Sampai selama ini pun aku belum pernah dan tidak akan mengkhianatimu. Percayalah." Iwan berusaha kembali meyakinkan Liana.

Lalu setelah mendengar perkataan Iwan, Liana kemudian membuka tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari tasnya itu.

Iwan bertanya, "Apa itu sayang? Apa itu kejutan untukku?"

Lalu Liana memberikan bungkusan yang terbuat dari kotak headset itu pada Iwan. "Iya. Bukalah dan lihatlah sendiri mas."

Karena penasaran, Iwan dengan sigap segera membuka bungkusan kotak itu.

Saat ia membuka kotak itu, ia melihat sebuah benda.

Yang karena ia penasaran, ia melihat benda itu.

Alangkah terkejutnya ia saat melihat benda itu yang ternyata adalah test pack.

Ia melihat bahwa test pack itu menunjukkan 2 garis di tengahnya. Itu artinya, Liana saat ini sedang hamil anaknya.

"Apa! Ka-kamu hamil sayang?" Iwan terkejut membaca hasil test yang di tunjukkan Liana.

Lalu Liana sedikit berkaca-kaca melihat ekspresi Iwan saat mengetahui hasil test packnya itu.

"Iya mas. Aku hamil. Apa perkataanmu tadi masih berlaku sekarang dan selamanya mas?" Liana yang merasa takut mulai menangis dan menitikkan air mata.

Seketika Iwan berusaha tenang walau dirinya sendiri merasa sangat gugup.

"I-iya sayang. Sampai kapanpun perkataanku akan tetap berlaku untuk kita. Kamu jangan khawatir ya." Ucap Iwan sambil berusaha menenangkan Liana.

"Lalu kita harus bagaimana mas. Orang tuaku belum mengetahui semuanya. Aku takut." Liana mulai khawatir dengan keadaan.

"Tenang sayang. Tenang. Kita harus berpikir jernih. Jangan sampai kita mengambil keputusan yang kotor." Iwan berusaha menenangkan kekasihnya itu.

"Lalu apa yang harus kita lakukan mas. Aku tidak tau akan bernasib seperti apa jika orang tuaku sampai mengetahui hal ini." Liana merasa dirinya mulai ketakutan dan bingung harus bagaimana.

"Kamu jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja. Aku akan selalu ada untuk kamu." Ucap Iwan kembali meyakinkan.

"Apa kita gugurkan saja janin ini mas? Mumpung usia janinnya masih muda." Liana mengusulkan ide gila untuk keadaannya saat ini.

"Jangan sayang! Itu perbuatan dosa di mata Tuhan! Terlebih jika perbuatan itu sampai di ketahui orang lain, kita akan terkena hukuman di dunia ini juga." Ucap Iwan melarang ide perbuatan keji itu.

Liana semakin terlihat panik "Iya tapi kita harus bagaimana?"

"Aku akan menikahimu. Aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku dan untuk diri kamu." Iwan menegaskan pertanggung jawaban dirinya.

"Menikah bagaimana? Sedangkan kamu sendiri saja masih menganggur sampai sekarang. Tidak mungkin juga kamu menikahiku dengan biayaku sendiri. Apa kata orang nanti?" Liana mengkhawatirkan kondisi Iwan yang masing belim mempunyai pekerjaan.

Iwan semakin kacau dalam pikirannya.

Mengetahui jika ia memang belum mendapatkan pekerjaan sampai sekarang ini.

Untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri saja ia masih bergantung pada orang tuanya. Terkadang masih bergantung pada Liana kekasihnya itu.

"Bagaimana kamu akan menikahiku mas? Kamu sendiri saja untuk kebutuhanmu sehari-hari masih mengandalkan orang tuamu. Bahkan kamu masih mengandalkan aku." Liana kembali menegaskan.

"I-iya aku tau sayang. Kamu tenanglah dulu. Aku akan mencari pekerjaan mulai besok. Jika aku sudah mendapat pekerjaan, aku akan menyisihkan gajiku untuk menikahimu. Walau dengan pernikahan seadanya saja." Iwan semakin dibuat bingung dengan perkataan Liana yang seperti memojokkannya, tapi memang benar adanya seperti itu.

"Lalu bagaimana dengan orang tuaku? Pasti janin di perutku semakin lama semakin membesar. Pasti mereka akan tau." Ucap Liana yang takut jika kabar ini sampai ke telinga orang tuanya.

Iwan hanya terdiam mendengar ocehan kekasihnya yang sedang panik itu.

"Belum lagi nanti jika perusahaan tempatku bekerja sampai mengetahui hal ini, pasti aku akan di keluarkan jika perusahaan mengetahui aku hamil di luar nikah." Lanjut Liana.

"Aku harap kamu tidak terlalu lama mengulur waktu untuk mencari pekerjaan mas." Tegas Liana yang mulai menuntut.

"Iya. Aku akan berusaha. Jika memang aku masih belum mendapatkan pekerjaan, aku akan meminjam uang pada orang lain." Ucap Iwan menegaskan.

"Bagaimana orang lain akan meminjamkan uangnya padamu mas? Jika mengetahui kamu tidak bekerja? Kamu akan mengembalikan dari apa?" Liana semakin bertambah beban pikiran.

"Sudahlah. Entah bagaimana caranya, yang penting aku akan bertanggung jawab dan menikahimu sebelum perumu membesar sayang. Kamu jangan khawatir." Iwan berusaha kembali menenangkan Liana.

Lalu Liana terdiam seiring dengan tangisannya.

Ia merasa menyesal telah melakukan hubungan itu berkali-kali dengan Iwan.

Harusnya saat itu jika ia sudah tidak tahan melakukannya, harusnya ia menyuruh dan memaksa Iwan untuk memakai pengaman.

Dalam diamnya, Liana melamun dan teringat masa-masa saat ia melakukan kenikmatan itu tanpa berpikir bagaimana akhirnya.

Memang, kala itu Iwan masih bekerja, namun Iwan memilih mengundurkan diri dengan uang sisa gajinya karena ia merasa tidak nyaman berada di tempat kerja kala itu. Namun ia terlalu berhamburan dalam mengelola keuangan, sampai pada akhirnya uang yang ia miliki habis, dan ia belum mendapatkan pekerjaan sampai sekarang.

Lalu Liana pun terdiam, ia berpikir harus bagaimana ke depannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin pula ia terhanyut dalam lamunannya dan semakin jauh mengingat-ingat kebelakang tentang semuanya.

Ia merasa menyesal dan sangat berdosa.

Bahkan ia pun teringat kejadian dimana ia melakukan perbuatan mesum itu dengan Iwan.

"Sayang, malam ini kamu menginap di kostku saja ya. Kamu beralasan saja pada orang tuamu kalau kamu akan menginap di rumah temanmu. Bagaimana sayang? Mau kan?" Kala itu Iwan yang merayu dan mengajak Liana.

"Iya mas. Nanti aku pikirkan untuk beralasan pada orang tuaku." Liana pun kala itu meng-iyakan ajakan Iwan.

"Kamu tidak keberatan kan sayang? Untuk semalam saja." Iwan yang kala itu mulai merengek merayu Liana.

"Tidak kok mas. Lagipula aku juga merasa ingin menikmati dan merasakan malam-malam bersamamu mas." Liana yang kala itu akhirnya mengungkapkan juga keinginannya.

"Apa kamu sudah tidak tahan sayang?" Ucap Iwan kala itu yang mulai merayu sambil meraba-raba tubuh Liana.

"Iya mas. Aku tidak tahan. Lagipula besok jadwal hari liburku. Kita bisa main-main puas nantinya." Liana yang kala itu juga mulai terhasut suasana birahinya.

"Asyik dong kalau begitu. Ya sudah kita mandi dulu yuk sayang, aku ingin melakukannya di kamar mandi, ingin merasakan sensasi bermain di kamar mandi." Iwan yang mulai mengajak Liana untuk melakukan perbuatan kala itu.

"Ayo mas..." Liana pun kala itu menanggapinya penuh hasrat.

"...…pakai pengaman ya mas, biar aman." Kala itu Liana sudah mengusulkan untuk Iwan memakai pengaman saat akan berhubungan intim.

"...ah tidak usah sayang, tidak terasa natural jika tanpa pengaman. Tidak apa-apa. Tidak akan hamil kok sayang. Tenang saja." Namun sayangnya kala itu Iwan menolak permintaan Liana untuk memakai pengaman.

"...…mmmmmmhhh pelan-pelan mas." Iwan yang sudah sangat berhasrat pun segera mengeksekusi Liana.

Saat beberapa menit berlalu saat permainan panas itu berlangsung, Iwan pun merasakan ada yang ingin keluar dari kejantanannya.

......aaaaaaaahhkkk aku ingin keluar sayang!!" Sampai pada akhirnya Iwan pun mengeluarkannya di dalam tubuh Liana.

"Aaaaaaahhhkk aaaahhh keluarkan di luar mas! Jangan keluarka di dalam! Liana kala itu sudah memohon agar Iwan membuangnya di luar.

"Aaaaaaaaakkkhh.. tidak mau! Aku ingin mengeluarkannya di dalam!" Tapi Iwan tidak mau mendengarkan permintaan Liana hingga ia membuangnya di dalam tubuh Liana.

"Aaaaaaaaaahhhkk...…" Liana kala itu hanya bisa menjerit dan pasrah menerima benih-benih Iwan masuk dalam tubuhnya.

"...aaaahhkk mas! Kenapa di buang di dalam!" Liana tak mampu memberontak kala itu. Benih Iwan sudah terlanjur masuk dalam tubuhnya.

"Mmmmmmhhh mmmmmhhh. Tidak apa-apa sayang. Cuma sekali saja kok. Tidak akan hamil. Percayalah." Ucap Iwan kala itu sambil menikmati benihnya keluar, dan dengan percaya dirinya mengatakan bahwa Liana tidak akan hamil.

"Iya tapi mas..."

"Ssssssstttt sudahlah sayang. Jangan takut. Tidak apa-apa sayang. Tidak akan hamil...enak kan sayang? Mmmmhhhh..." Iwan kala itu yang merasa risih mendengar ketakutan Liana hanya bisa membungkam bibirnya dengan balutan ciumannya.

"...iya enak sih enak mas, tapi S****a kamu banyak sekali keluar di dalamku mas. Kalau aku sampai hamil bagaimana..." Liana kala itu sudah merasa ada ketakutan di tengah rasa nikmat yang melanda.

"Hehehe...maklum sayang. Kan aku sudah lama sekali tidak menyetubuhi tubuh kekasihku ini. Lagipula daridulu tiap kali kita bercinta sudah terlalu sering memakai pengaman, jadi aku mencobanya tanpa pengaman. Ternyata benar-benar jauh lebih nikmat. Aku membuang cairanku pun lebih terasa lega dan masuk lebih dalam..."

"...jangan takut, nanti kalau memang kamu hamil aku akan menikahimu kok sayang...nanti kita lakukan lagi ya sayang…" kala itu Iwan hanya memikirkan rasa enaknya saja, tanpa memikirkan akibatnya.

"...iya mas. Kalau kamu memang bersedia tanggung jawab…" dan Liana kala itu pun menyetujui ajakan Iwan untuk permainan panas selanjutnya tanpa menggunakan pengaman.

Hingga pada akhirnya, Liana positif hamil…

Saat dilihatnya sedang melamun, Iwan menyadarkan Liana.

"Sayang!" Ucap Iwan menyadarkan Liana yang sedari tadi dilihatnya tampak diam dan melamun.

Seketika Liana pun terkejut mendengar namanya di panggil oleh Iwan. Liana yang terkejut segera mengusap sisa air mata yang menempel di pipinya.

"Harusnya kamu memakai pengaman setiap kali kita melakukannya mas. Tapi kamu selalu ngeyel. Jadi begini kan akibatnya." Liana merasa kesal setelah mengingat kejadian itu yang dilakukannya. Karena Iwan tak mau mendengarkan ucapannya kala itu.

Iwan yang mendengarnya pun hanya terdiam. Ia memandangi wajah kekasihnya yang terlihat penuh dengan penyesalan.

Iwan pun merasakan hal yang sama.

Ia menyesal. Namun apa daya, nasi sudah menjadi bubur.

Tidak bisa di ulang kembali.

Ia hanya menyesali perbuatannya dan sekarang ia harus berusaha bertanggung jawab atas perbuatannya tanpa harus menimbulkan korban.