Sesampainya di kosan Iwan, mereka berdua pun berjalan masuk ke arah kamar yang berada di lantai 2 itu.
Tampak Liana yang merasa kelelahan menaiki anak tangga.
"Mas, aku capek." Liana mengeluh
"Apa mau aku gendong sayang?" Iwan menawarkan gendongan.
"Tidak ah. Malu mas nanti di liat tetangga kamar." Ucap Liana
"Ya sudah pelan-pelan saja naiknya. Lagipula sudah dekat kok tinggal beberapa langkah lagi itu sudah sampai di kamarku." Ucap Iwan sambil menggandeng tangan Liana.
"Hufhhhh…"
"Nah, sampai juga akhirnya. Yuk masuk sayang." Ucap Iwan sambil membukakan kunci kamar kost-nya.
Liana pun memasuki kamar kos Iwan dengan letih lesu.
Liana melihat kamar Iwan yang begitu berantakan, banyak abu dan puntung rokok di setiap pojokan kamar. Ia hanya bisa melongo melihat kotornya kamar milik kekasihnya itu.
"Ya ampun mas. Kotor sekali kamarmu. Berantakan juga." Liana terlihat kaget dengan kondisi kamar Iwan.
Iwan yang mendengar Liana mengeluh pun hanya bisa menggaruk kepala dan nyengir.
"Hehe.. wajarlah sayang. Namanya juga kamar anak muda. Lain cerita nanti kalau sudah beristri." Jawab Iwan malu.
"Sebentar ya, aku bersihkan dulu." Sambungnya.
Lalu Iwan pun segera membersihkan kamarnya, merapikan segala perabot yang berantakan, membersihkan kasur dan menggantinya dengan sprei yang baru.
Melihat calon suaminya yang kerepotan sendiri dalam mengurus kamar, Liana pun berinisiatif membantunya agar cepat selesai. "Sini mas biar aku bantu. Biar cepat selesai."
"Sudah sayang, tidak usah. Biar aku saja. Nanti kalau kamu kecapean kasihan kandunganmu itu." Ucap Iwan melarang Liana membantunya.
"Ya sudah. Aku tunggu di luar ya mas sambil duduk." Ucap Liana.
"Iya sayang. Tunggu dulu saja di luar." Jawab Iwan sambil ia menyapu lantainya.
Liana pun keluar kamar dan duduk di bangku yang berada tepat di depan jendela kamar kos Iwan.
Lalu Iwan segera mempercepat pekerjaannya agar sang kekasih bisa segera beristirahat di kamarnya.
Setelah beberapa saat membereskan kamarnya, Iwan pun mempersilahkan Liana untuk masuk ke dalam.
"Sayang, sudah beres. Masuklah." Ajak Iwan.
"Iya mas." Liana mengangguk.
Liana pun masuk dalam kamar dan menggantungkan tasnya di salah satu gantungan kamar.
Lalu ia memandang ke arah Iwan yang bertelanjang dada dan nampak berkeringat.
"Mas, kamu capek ya? Sampai berkeringat begitu badanmu." Ucap Liana sambil mengusap cucuran keringatnya pada dahi Iwan.
"Iya. Lumayan gerah juga." Jawab Iwan.
"Mandi dulu sana gih mas. Biar seger dan wangi juga." Ucap Liana.
"Iya nanti. Tunggu keringatnya hilang dulu." Jawab Iwan.
Lalu Iwan pun mengambil bungkusan rokok dan menyalakannya sambil duduk di lantai dan bersandar pada tembok.
Liana yang duduk di kasur pun hanya memandangi wajah kekasihnya itu yang nampak kelelahan, dan merasa pastinya di selimuti rasa bingung juga dengan permasalahan yang sedang mereka hadapi berdua.
Karena merasa kasihan, Liana pun berinisiatif membuatkan kopi untuk Iwan. Siapa tau itu bisa membuatnya kembali tenang.
"Mas,." Tanya Liana.
Iwan menoleh ke arah Liana. "Apa sayang?"
"Mau aku buatkan kopi?" Ucap Liana menawarkan.
"Emm. Boleh, kalau itu tidak merepotkanmu." Jawab Iwan.
Liana tersenyum "Tidak lah. Kan sebagai calon istri kamu harus perhatian sama suami."
Iwan yang mendengarnya pun tersenyum "Hehe.. Bisa saja kamu sayang."
"Ya sudah, aku ke dapur dulu ya. Aku buatkan kopi untukmu mas." Ucap Liana sambil ia berjalan ke arah dapur rumah Iwan.
"Iya sayang." Jawab Iwan.
Liana pun melepaskan jaketnya dan beranjak menuju dapur untuk mencari kopi.
Sesampainya di dapur, ia melihat beberapa stok makanan sudah hampir habis, gas yang sudah di garis merah pada regulatornya, untuk minuman pun hanya tersisa sedikit kopi yang mungkin itu hanya cukup untuk 2 gelas saja.
Tanpa pikir panjang pun Liana mengambil gelas dan meracik kopi untuk di seduh.
Ia mengambil air dari galon, lalu merebusnya.
Setelah masak, ia tuangkan dalam racikan kopi di gelasnya.
Lalu ia mengantarkannya pada Iwan yang masih terlihat duduk di lantai.
Sambil memberikan secangkir kopi itu, Liana pun mendekati Iwan.
"Mas, ini kopinya." Ucap Liana sambil menyuguhkan secangkir kopi buatannya pada Iwan.
"Iya. Terimakasih ya sayang." Jawab Iwan tersenyum.
Liana tersenyum "Sama-sama mas."
Ia pun duduk di sebelah Iwan sambil menyandarkan kepalanya pada bahu Iwan.
"Mas, aku harap kamu akan selalu ada buat aku ya mas." Ucap Liana.
"Iya sayang. Aku berjanji untuk itu. Aku akan selalu menemani kamu." Iwan kemudian membelai lengan Liana.
Iwan kemudian menolehkan kepala Liana ke arahnya, lalu Iwan mencium kening Liana.
"Aku mencintai kamu Liana. Mana mungkin aku akan meninggalkan dan menyianyiakan wanita sepertimu." Ucap Iwan sambil mengusap lembut rambut Liana.
Dengan tatapan penuh perasaan, Liana pun membalas kecupan pada bibir Iwan.
"Iya mas. Aku juga mencintai kamu. Walau kedua orang tuaku memang terlihat kurang menyukaimu." Jawab Liana.
Ternyata, hubungan Liana dengan Iwan sudah kurang di setujui oleh kedua orang tuanya.
Karena Iwan yang di pandang pengangguran, suka foya-foya dengan uang, pemalas, dan suka bergantung pada Liana.
Tapi Liana tetap tidak mempedulikan nasehat orang tuanya. Liana tetap mengutamakan perasaannya terhadap Iwan.
"Kita hadapi dan jalani semua ini sama-sama ya mas. Apapun yang terjadi." Ucap Liana.
"Iya sayang. Jangan khawatir. Aku akan selalu ada di sampingmu." Jawab Iwan.
Karena merasa gerah, Liana pun melepaskan bajunya dan hanya menyisakan bra-nya saja yang ia kenakan.
Terlihat belahan dada Liana di balik bra warna hitamnya yang begitu menggoda dan seksi di mata Iwan.
Terlebih kekasihnya itu sedang hamil muda.
Lalu Liana menyuruh Iwan untuk segera mandi.
"Mas, mandi sana gih. Badan sudah bau kaos kaki begini." Ucap Liana.
"Hehe.. Maunya mandi bareng kamu." Rayu Iwan.
Karena di rasa gerah, ada benarnya juga. Liana pun setuju dengan ajakan Iwan.
"Hmm… maunya. Ya sudah yuk. Aku juga merasa gerah mas." Ucap Liana sambil ia berdiri.
"Hehe asyik! Begini kan jadi semangat mandinya." Ucap Iwan
"Ih! Mas ini otaknya mesum terus." Jawab Liana.
"Tidak apa-apa kan? Berotak mesum sama pasangan sendiri. Daripada sama wanita lain." Ucap Iwan meledek Liana.
Liana sedikit merasa kesal dengan jawaban Iwan, karena itu juga yang ia takutkan.
"Ih! Jangan dong! Mas kan sudah punya aku! Awas ya kalau sampai itu terjadi! Aku gak akan mau lagi sama mas!"
"Hehe.. masa iya aku yang sudah punya wanita cantik dan seksi begini mau menyetubuhi wanita lain. Tidak mungkin terjadi lah sayang." Ucap Iwan.
"Ya sudah lah mas. Yuk kita mandi." Liana mengajak Iwan untuk segera mandi.
"Ayo sayang." Dengan semangat Iwan beranjak dari duduknya lalu membuka celananya hingga telanjang bulat di depan Liana.
Liana yang melihatnya pun tampak cuek saja. Karena baginya sudah hal biasa bersama kekasihnya itu.
Lalu Liana menyusul dengan membuka bra-nya di depan mata Iwan.
Melihat hal itu, Iwan kemudian berinisiatif membukakan bra yang di kenakan Liana.
"Sini sayang biar aku saja yang melepaskannya." Ucap Iwan menawarkan.
"Nih mas.." jawab Liana sambil membalikkan badannya pada Iwan.
Iwan pun melepaskan kancing bra yang mengikat kedua buah Liana.
Setelah melepaskan bra-nya, Iwan terlihat tergoda oleh buah Liana menggantung di dadanya.
Tampak bulat, padat, putih, mulus dimatanya.
Seketika pun ia langsung menyentuh dada Liana yang begitu menggoda di matanya.
Iwan pun seketika merasa tegang pada area kejantanannya.
Ia lalu memegang dan sedikit meremasnya dari belakang. Sembari ia menciumi dan menjilati tengkuk leher Liana.
Liana pun hanya merespon dengan lembut.
"Nanti ih mas. Kita mandi dulu biar segar." Ucap Liana.
"Hehemm.. Aku tidak tahan sayang." Jawab Iwan.
"Sssssttttt tahan dulu mas, kita mandi dulu. Ya mas." Ucap Liana sambil menyingkapkan tangan Iwan yang sedari tadi masih menempel di dadanya.
"Hmmm iya sayang." Jawab Iwan.
Lalu Liana yang hendak memalingkan tubuhnya terkejut melihat pintu kamarnya masih terbuka.
Ia pun segera menutup dadanya dengan kedua tangannya.
"Ya ampun mas! Lihatlah! Pintu masih terbuka!" Liana panik. Ia takut tak sengaja di lihat oleh orang tetangga kost.
Iwan pun terkejut pula karena ia yang sudah telanjang bulat.
"Cepat tutup pintunya mas! Takut dilihat orang nanti." Ucap Liana sambil sigap menutup area dadanya.
"Iya sayang. Sebentar." Ucap Iwan buru-buru menutup pintunya.
Iwan pun berlari menuju pintu kamarnya dan segera menutupnya.
Sambil ia sedikit mengintip keluar kamar, tengak tengok kanan kiri takut ada yang melihatnya.
"Hufh! Untung tidak ada orang yang melihatnya." Ucap Iwan lega.
Iwan merasa lega.
"Bagaimana mas? Apa ada orang di sekitar yang mengintip kita?" Tanya Liana.
"Tidak sayang. Semua aman." Jawab Iwan.
"Hufh. Syukurlah. Ayo kita mandi mas." Ajak Liana.
"Ayo sayang. Sini aku lepaskan dulu celanamu." Ucap Iwan sambil ia melepaskan celana panjang yang di kenakan Liana.
"Oh iya.." Liana pun menuruti perintah Iwan.
Iwan pun melepaskan celana Liana, lalu setelah itu ia melepaskan pula CD milik Liana itu.
Dan sesaat setelah mereka berdua telanjang bulat sepenuhnya, mereka berdua pun berjalan menuju kamar mandi.