Chereads / Jangan Duakan Aku / Chapter 4 - Tak Bisa Melawan (21+)

Chapter 4 - Tak Bisa Melawan (21+)

"Maassss! Jangan di masukkan dulu. Aku mau sabunan dulu." Ucap Liana sembari ia menyingkapkan tubuh Iwan yang terus menempel di belakangnya.

Iwan nampak terlihat tidak tahan dengan kemolekan tubuh Liana. Ia terus ingin meluapkan hasrat birahinya dan menghujam pada lubang surga dunia milik Liana.

"Mmm aku tidak tahan lagi sayang." Iwan sambil mengusap-usap tubuh Liana.

"Iya tunggulah sebentar mas sampai selesai mandi." Ucap Liana.

Lalu Liana menyiram tubuhnya dengan air guna membilas sisa sabun yang menempel pada tubuhnya itu.

"Mas belum pakai sabun?" Tanya Liana sambil mengamati Iwan.

"Belum. Hehe ingin di sabuni kamu sayang." Ucap Iwan manja.

"Hmm. Maunyaaa…" ucap Liana sambil meraih tubuh Iwan.

"Ya sudah. Sini, aku sabunin." Liana lalu mengambil sabun cair dan menuangkan di tangannya. Lalu ia mengoleskan pada tubuh Iwan dengan lembut.

Ia mengusap sekujur tubuh kekasihnya itu.

"Hmmm.. Lembut sekali sentuhanmu sayang." Iwan tampak menikmati setiap sentuhan tangan Liana yang mengusap tubuhnya.

Sesekali ia juga iseng memainkan batang kejantanan Iwan yang sedari tadi terlihat sangat tegang.

"Tegang sekali mas." Liana sambil mengelus adik kecil kekasihnya itu sembari tersenyum geli melihat kekasihnya yang tampak tidak tahan.

"Aduh sayang. Jangan di mainkan begitu. Aku semakin tidak tahan." Iwan menggigit bibirnya sendiri sambil menikmati sentuhan tangan Liana pada batangnya itu.

"Hehehe…" Liana hanya tersenyum melihat gelagat Iwan. Ia hanya sedikit memberi godaan pada Iwan yang terlihat bernafsu.

Liana pun segera membilas badan Iwan yang masih di penuhi busa sabun itu.

"Sudah ah mas. Sini aku bilas dulu badanmu."

"Iya sayang." Ucap Iwan.

Liana segera menyiram seluruh badan Iwan.

Setelah membersihkan badan Iwan, ia pun segera menghanduki tubuh kekasihnya itu. Sedangkan ia sendiri masih dalam keadaan basah.

Dari sikapnya, Liana terlihat sangat menyayangi Iwan. Ia hanya mencoba belajar menjadi calon istri untuk kekasihnya itu nanti.

Setelah selesai menghanduki Iwan, ia mengalungkan handuknya di leher Iwan. Setelahnya barulah ia menghanduki tubuhnya.

Iwan yang melihat kekasihnya sedang handukan pun memeluknya dari belakang.

"Sayang, terimakasih ya. Sudah mau mencintai dan menyayangiku." Iwan berkata sambil memeluk Liana dari belakang dan mencium lehernya.

"Iya mas. Aku hanya belajar menjadi istri yang baik pada suami nantinya saat kita sudah resmi." Ucap Liana.

Iwan hanya tersenyum mendengar jawaban Liana. Ia merasa benar-benar sangat beruntung mendapatkan wanita seperti Liana.

Ia pun semakin erat memeluk tubuh Liana.

"Mas, sudah dulu dong peluknya. Aku mau handukan dulu. Rambutku masih terlihat basah begini." Ucap Liana.

"Hehe. Iya sayang." Iwan pun melepaskan pelukannya.

Sembari ia memandangi wajah cantik dan tubuh seksi kekasihnya itu.

Setelah selesai menghanduki tubuhnya, Liana pun menggulungkan handuknya pada rambutnya dan kemudian ia berjalan keluar kamar mandi tanpa mengenakan handuk pada tubuhnya.

Saat di depan pintu kamar mandi, Iwan segera menyergap kekasihnya itu.

Tampak Iwan yang kini benar-benar sudah tidak bisa lagi menahan hasrat birahinya.

Ia menarik tubuh Liana dari belakang dan memeluknya sambil meremas kedua buah dada Liana yang terlihat tampak segar setelah mandi.

"Sayang, kemarilah." Iwan menarik pinggul Liana.

"Mas, jangan disini. Di kasur saja ayo." Ucap Liana.

"Mmmmmhhh. Aku sudah tidak tahan sayang. Benar-benar tidak tahan." Iwan sambil menggerayangi dan menciumi seluruh tubuh Liana dari belakang.

Sesekali ia sambil meremas lembut buah dada Liana. Kali ini ia benar-benar sudah tidak bisa pagi menahan birahinya.

Liana hanya bisa pasrah saja dengan ajakan Iwan.

Ia membalikkan tubuhnya menghadap Iwan dan membalas dengan ciuman pada bibir Iwan.

Tangannya pun bergerak meraba dada Iwan.

Ia juga meraba batang Iwan yang tampak sudah sangat tegap berdiri. Liana yang sudah terbawa suasana birahinya segera membalas dan melawan Iwan.

"Mmmmhhh sayang. Lembut sekali bibirmu." Iwan tampak bersemangat melumat bibir Liana.

"Mmmmhhh mmmmhhccp.."

Keduanya tampak saling bertukar air liur.

Liana mulai terbawa suasana yang begitu bergairah.

Ia semakin beringas melumat bibir Iwan.

Sembari ia mengusap punggung Iwan dan memeluknya.

Tak lupa, Liana segera mengarahkan tangannya pada batang Iwan, ia mengusapnya dengan lembut dan memainkan batang kekasihnya yang sudah tegap itu.

Tampak nafas keduanya yang sudah memburu karena birahinya masing-masing.

"Mmmmhhh.. mmmmhhpaah.. Sudah tidak tahan ya mas?" Ucap Liana dengan nafas yang memburu.

"Iya sayang. Aku sudah ingin sekali masuk." Balas Iwan.

"Sebentar mas. Aku basahi dulu."

Liana segera menurunkan kepalanya hingga ia berada pada posisi jongkok dan kemudian ia pun melumat batang yang sudah berdiri tegal dan mengeras itu.

Dengan penuh nafsu, ia memainkan batang itu di dalam mulutnya.

"Mmmmmmhhh sayang. Enak sekali lidahmu." Iwan tampak merasakan kenikmatan dari permainan lidah Liana pada batangnya.

"Sayang, aku ingin masuk. Aku tidak tahan lagi." Ucap Iwan dengan nafas yang sudah memburu.

Liana terus memaju mundurkan kulumannya seiring gerakan kepalanya.

Karena sudah tak bisa lagi menahan, Iwan pun menarik kepala Liana.

"Mmmpphh Cllupppp."

"Sayang, balikkan badanmu."

Iwan segera membalikkan posisi badan Liana hingga ia membelakangi Iwan.

Iwan mengarahkan posisi Liana setengah menungging. Sambil Liana bertumpu pada tembok.

Dan ia pun segera mengarahkan posisi batangnya yang sudah sangat keras itu pada lubang kenikmatan Liana.

Dan…

"Aaaahhm mas! Pelan-pelan mas." Liana merasakan sesuatu yang berusaha menerobos masuk pada area bawah.

Ia meringis antara rasa ngilu dan nikmat pada area bawahnya.

Iwan pun tampak memutar-mutarkan ujung batangnya di antara belahan paha milik Liana.

"Basah sekali sayang." Ucap Iwan sambil merasakan sesuatu yang licin.

"Mmmhhh. Mas, Aku juga sudah tak tahan lagi mas. Cepat masukkan." Perintah Liana.

"Iya sayang. Nikmatilah permainanku. Tubuhmu milikku seutuhnya sayang." Ucap Iwan yang kemudian mendorong pinggulnya.

"Aarggh!" Pekik Liana tatkala batang besar nan keras melesak masuk ke lubang istimewanya.

"Mas! Oourghh.."

"Aaarghh pelan-pelan mas. Aaaawwgh."

Liana tampak meringis menikmati batang keras yang perlahan mulai memasuki di antara kedua pahanya.

Di menit berikutnya, pria itu sudah memberikan pompaan erotis pada lubang istimewa milik Liana. Sambil tangan Liana meremas kain yang tergantung pada tembok di depan wajahnya. Ia memejamkan mata, menikmati, meski lenguh serta desahnya yang tak terjeda sama seperti batang keras Iwan yang terus giat memompanya.

Liana benar-benar merasa melayang-layang. Ia merasa apakah ini di surga? Atau di atas awan-awan? Ia terus bertanya-tanya. Matanya yang sayu, dengan desahan yang keluar, menunjukkan betapa ia sangat menikmati permainan panas itu.

Rasa yang penuh dan sesak tak tergantikan dengan kenikmatan yang tiada bisa di sangkalnya.

Ia sangat suka. Ia menyukai apapun yang di berikan Iwan pada permainannya saat ini.

Tangan kanannya menggapai pinggul sang kekasih meski matanya tetap terpejam dengan suara desahannya. Lalu sang kekasih pun menyambut gapaian tangannya. Ia biarkan wanita itu meremas pinggulnya sembari ia terus menghentaki lubang intim Liana. Tangan sang pria pun bergerak menuju payudara Liana yang tampak besar dan padat bergelantungan seiringin hentakan pompaannya. Yang seketika menjadi benda favoritnya saat menggauli tubuh Liana. Ia merasa tubuh Liana di ciptakan untuk memenuhi dan memuaskan dahaga Iwan. Sungguh ajaib.

"Aaaahhh. Bagaimana sayang? Apakah enak?" Ucap Iwan.

"Mmmmhhhppaah.. Enak sekali mas. Terus mas, aku milikmu mas." Liana tampak menikmati gerakan batang Iwan yang sudah bergerak keluar masuk memasuki tempatnya.

Ia pun sege meraih tangan kiri kekasihnya itu dan mengarahkannya pada buah dadanya.

"Mmmpph. Remas dadaku mas. Pelan-pelan." Titah Liana.

Iwan pun melakukan apa yang di inginkan Liana. Ia meremas kedua buah dada Liana sembari ia menciumi punggung Liana.

"Aaarrghh.. Mas, hhahh, ampun mas. Aku bisa gila. Nikmat sekali permainanmu mas." Tampak Liana yang mengerang menikmati gerakan Iwan.

"Mmmmmhhh mmmppppahh ourgghh."

Sambil terus memompa, Iwan sedikit mempercepat gerakannya. Terdengar bunyi khas dari kedua kulit yang saling beradu dari pembuahan yang di lakukan mereka.

Mereka melakukannya dengan penuh gairah yang luar biasa.

Keduanya berlomba saling mengaungkan desah dan lenguh, memecah sunyi suasana kamar itu. Dinginnya air yang masih menempel setelah mereka mandi, seketika terhapus oleh bara mereka berdua yang tanpa henti dan melelehkan peluh, saling bertukar cairan.

Batang besar Iwan terus mengaduk, memompa, dan berikan desakan-desakan nikmat yang di inginkan Liana.

30 menit berikutnya, di hiasi lolongan keduanya ketika mencapai puncak asmara yang nyaris bersamaan.

"Sayang, aku ingin keluar. Mmmpphh." Ucap Iwan sembari ia terus memompa sambil menciumi punggung Liana.

"Iya keluarkan saja mas. Keluarkan di dalam. Jangan buang di luar. Aku ingin merasakan lagi benihmu mas." Balas Liana yang tampak mulai tidak mempermasalahkan benih sang pria di buang di dalam liangnya.

Di tengah pergumulan panasnya, Iwan yang sudah terlihat tak bisa lagi membendung cairannya, ia segera mempercepat gerakannya.

"Sayang, aku…!!! Aaaarrgghhh..oouughh..!!" Iwan terus mempercepat pompaannya.

"Aaaaaarrrggghh!!! Mmmmpphhaahhh!!! Terus mas! Terus mas! Oourrghh… Aku ingin keluar mas! A-aku..i-ingin.. aaaawwwhh! I-ingin keluar mas!" Liana terlihat tampak merasakan geli yang luar biasa sembari merasakan nikmat.

Hingga pada akhirnya Liana sampai pada titik puncaknya dan mengeluarkan cairannya yang begitu deras yang sudah tak bisa lagi ia tahan.

Seketika Iwan pun berhenti dari gerakannya dan segera menancapkan dalam-dalam saat proses pembuahan itu. Ia memeluk erat tubuh Liana, meremas kencang payudaranya dan bersandar pada punggungnya. Sembari ia menikmati proses keluarnya cairan miliknya itu.

Hingga pada akhirnya Liana merasakan ada sesuatu yang hangat meleleh keluar di dalam lubangnya.

"Aaghh.. Aahh.. mmmmpphhaahh Mas! Banyak sekali."

Nafas Liana terdengar terengah-engah. Tubuh mereka berdua yang sebelumnya terlihat segar setelah mandi, kini nampak kembali basah oleh keringat.

Iwan hanya bisa melolong saat semburannya terus keluar.

"Mmmhhh… mmmmhhh… mmmmhh.." Iwan tampak menikmati cairannya yang masih terus keluar di dalam membasahi lubang Liana.

"Enak mas?" Tanya Liana.

"He'em." Iwan hanya mengangguk sambil terus memeluk tubuh Liana dalam posisi setengah nunggingnya.

Liana tersenyum sambil mengelus kepala Iwan yang tengah bersandar di belakang bahunya.

Ia begitu merasa sangat bahagia bisa membuat calon suaminya itu puas karena tubuhnya.

Walau memang masalah tengah melanda mereka saat itu.

Namun seketika terhapuskan karena kenikmatan yang mereka berdua dapatkan.

"Kita berkeringat lagi mas." Ucap Liana

"Iya sayang." Jawab Iwan.

"Tumben mas, banyak sekali keluarnya. Sampai menetes di lantai. Lihatlah." Ucap Liana sambil ia menunjukkan sperma Iwan yang keluar menetes pada lantai kamarnya.

"Maklum sayang. Sudah berhari-hari aku menahannya." Ucap Iwan.

"Hmm. Baru juga sekitar 4 hari, sudah sebanyak ini. Apalagi kalau sebulan mas?" Jawab Liana.

"Hehemm." Iwan tersenyum sembari mengecup lembut pipi Liana.

3 menit berselang pasca penyiraman spermanya. Perlahan, Iwan mulai lemas dan hendak mencabut batangnya.

"Jangan di cabut dulu mas! Nanti pada berjatuhan di lantai." Liana mencegahnya.

"Ya sudah sayang, ayo kita jalan pelan-pelan ke dalam kamar mandi lagi. Sekalian kita bersihkan." Iwan mulai berjalan perlahan.

"Iya mas." Mereka berdua pun berjalan perlahan menuju kamar mandi yang berada di belakang mereka.

Dengan kondisi batang yang masih tertancap pada lubang Liana.

Mereka berjalan sangat berhati-hati seolah tak ingin tubuh keduanya terpisahkan.

Dan selapasnya di dalam kamar mandi, Iwan pun segera mencabut batang miliknya.

"Aww!!" Liana merasa sedikit ngilu saat Iwan mencabut batangnya. Karena ia pun sudah orgasme sebelumnya.

Dan terlihat banyak cairan putih milik Iwan yang keluar dari lubang Liana berjatuhan di lantai kamar mandi.

"Ya ampun mas! Baru kali ini mas mengeluarkan sebanyak ini. Lihat, sampai berceceran di lantai." Ungkap Liana.

Liana terheran melihatnya, sembari ia mengorek lubangnya menggunakan tangannya sendiri. Yang masih nampak pula sperma Iwan yang terus menerus keluar dari lubangnya.

"Hehehe.. Tapi lebih terasa kan sayang." Ucap Iwan.

"Iya sih mas." Jawab Liana tersenyum.

"Ya sudah, kita mandi lagi yah sayang." Ajak Iwan karena ia merasa sangat berkeringat.

"Hmm.. jadi dua kali mandi deh. Ya sudah kalau begitu." Jawab Liana.

Setelah selesai melakukan proses pembuahan, mereka pun yang basah oleh keringat, kembali mandi untuk yang kedua kalinya.

Mereka saling berpagut. Berpelukan. Sambil sesekali berciuman mesra di tengah basahnya air yang mengguyur tubuh mereka.