Ataya pun keluar dari kamar Vallerie, dan duduk diruang tamu sembari menikmati soda gembira yang dibuatkan oleh mama Vio dan memakan beberapa cemilan yang disediakan mama Vio juga.
Tak lama kemudian Vallerie keluar dari kamar dan berjalan kedapur untuk mengambil makan terlebih dulu. Karena Vallerie tahu jika pergi mencari sesuatu bersama dengan Ataya tidak mungkin hanya sebentar dan Vallerie tidak ingin kelaparan dibuatnya. Oleh sebab itu Vallerie lebih memilih makan terlebih dahulu dirumah walaupun hanya sedikit.
"Mau kemana lagi sih Val?" tanya Ataya yang tidak dipedulikan oleh Vallerie.
"Ihhh,, mama!! Vallerienya itu!" adu Ataya pada mama Vio yang baru saja keluar dari dapur.
"Kenapa lagi si??" tanya mama Vio yang gemas dengan tingkah mereka berdua, bagi mama Vio Ataya bukan hanya teman Vallerie, mama Vio sudah menganggap Vallerie sebagai anaknya sendiri juga.
"Vallerie ditungguin malah sengaja dilama-lamain ma" ujar Ataya dengan cemberut.
"Yaudah gak apa-apa sih! Sabar dong Ataya, lagian Ataya emang gak mau ya dirumah lama-lama?" tanya mama Vio membuat Ataya tidak enak.
"Bukan gitu ma" Ataya bingung sendiri akibat dari ucapannya.
"Kayanya tuh Ataya emang udah gak betah kalau lama-lama disini tuh ma!" ucap Vallerie yang semakin membuat Ataya kesal.
"Ihh!! Apaan sih Vallerie!! Malesin deh!" kesal Ataya.
"Ha ha ahaa…" tawa puas Vallerie.
"Udah-udah!! Kalian ini kebiasaan dah!!Udah gede juga masih aja gitu" lerai mama Vio.
"Mau gak??" tanya Vallerie menawarkan makan keada Ataya.
"Enggak deh!! Tadi udah makan dirumah" ujar Ataya menolak.
"Yaudah" ucap Vallerie dan langsung memakan makanannya dengan diam.
Setelah selesai, Ataya dan Vallerie pun langsung berpamitan kepada mama Vio dan pergi menggunakan motor Ataya untuk membelikan kado Steven.
Hampir 1 jam sudah mereka berkendara, tetapi belum sampai juga kepusat perbelanjaan yang ada diluar kota itu. Mereka memutuskan untuk ke mall yang ada diluar kota karena menurut Vallerie itu lebih efisien karena disana pasti akan lebih banyak pilihannya daripada di kota mereka, karena dikota mereka belum ada mall. Yang ada hanyalah toko-toko yang cukup besar tetapi tetap saja barang-barang yang diperjualbelikan tidak terlalu berkualitas. Dan Ataya hanya mau membelikan Steven barang yang berkualitas.
Tiba-tiba saja saat dilampu merah Vallerie membuka kaca helmnya ia merasakan ada sesuatu yang masuk kedalam matanya.Vallerie tahu pasti ini adalah abu rokok dari mobil yang ada disampingnya.
"Maaf mas, kalau mau ngerokok jangan sambil nyetir dong! Kan abunya jadi mas buang sembarangan kan!" tegur Vallerie kepada pengendara mobil itu.
"Loh suka-suka saya lah, rokok-rokok saya kok kamu yang repot" jawab pengendara mobil itu tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ataya yang tahu kalau Vallerie mulai emosipun hanya bisa mengelus-elus Vallerie, berharap kalau apa yang ia lakukan itu bisa sedikit meredakan emosinya.
"Ya saya repot lah mas!! Orang abu rokok yang mas buang kan diluar mobil dan itu mengenai mata saya, mungkin bukan hanya saya saja tapi orang lain juga bisa kena mas!" tutur Vallerie masih berusaha mengontrol emosinya agar tetap bisa bicara dengan sopan.
"Dan satu hal lagi, kalau Mas mau merokok silahkan saja, tapi tolong lah jadi perokok dan laki-laki yang tanggung jawab. Masa jadi laki gak punya tanggung jawab si mas. Situ laki atau bukan" sinis Vallerie dan kemudian langsung melaju lagi karena lampu sudah berwarna hijau dan beberapa kendaraan dibelakangnya sudah mengklaksonnya tidak sabar.
Didalam mobil itu, laki-laki yang baru saja diomeli oleh Vallerie tersenyum tipis. Entah mengapa bukannya kesal mendengar ucapan sang gadis, laki-laki yang bernama Muhamad Arsenio Nugraha malah senang. Ada perasaan yang menggelitik saat melihat gadis itu kesal.
"Ar udah ijo itu!!" ucap Achilles mengingatkan Arsen agar segera jalan, tetapi nyatanya Arsen masih diam saja hingga beberapa kendaraan dibelakang mereka mulai mengklakson.
Achilles adalah teman Arsen yang ada didalam mobil itu, ia sedari tadi hanya diam melihat perdebatan Arsen dengan gadis yang ada dimotor itu. Ia tidak ingin memihak dua-duanya, karena menurut Achilles dua-duanya ada benar dan salahnya masing-masing.
"Buruan jalan bego!! Udah ijo itu" omel Achilles karena Arsen tak kunjung jalan juga padahal sudah ia beri tahu baik-baik.
Begitu sadar Arsenpun langsung menginjak pedal gasnya dan menatap Achilles datar.
"Ngapain sih lo malah diem aja gitu!!" imbuh Achilles.
"Berisik lo" umpat Arsen.
"Lo lagi mikirin gadis tadi ya??" tebak Achilles langsung, karena tak biasanya Arsen diomelin oleh seorang gadis, apalagi gadis yang baru ia temui.
Karena rata-rata dari para gadis yang bertemu Arsen akan mengagumi wajahnya yang rupawan itu, mereka pasti akan berlomba-lomba untuk meminta nomor ataupun social media milik Arsen. Arsen adalah sosok laki-laki idaman para wanita, bagaimana tidak. Ia adalah sosok laki-laki yang sangat tampan, ditambah alis tebal dan hidung mancungnya itu seolah-olah melengkapi kesempurnaan ciptaan Tuhan itu.
"Jangan sok tahu deh lo!" ucap Arsen.
"Udah ngaku aja deh!" Achilles masih saja menggoda temannya itu.
"Lo diem atau lo turun" ancam Arsen yang mulai jengah dengan ucapan Achilles. Achilles yang mendengarnya hanya bisa diam, ia tahu kalau ancaman temannya ini tidak pernah main-main. Ia tidak mau jika harus turun dan mencari-cari kendaraan dikota yang baru pertama kalinya ia kunjungi. Bukannya takut hilang ataupun diculik, karena sebenarnya juga tidak akan ada yang mau menculik Achilles, tapi ia malas jika harus menunggu lama.
"Menarik" batin Arsen mengingat bagaimana cara gadis itu mengomelinya.
Arsen sedikit tertarik kepada wanita itu yang tidak terpengaruh oleh ketampanannya seperti gadis-gadis lain yang melihatnya. Tetapi Arsen tidak ingin terlalu memikirkannya. Karena presentase bertemunya mereka kembali hanya 1 : 100, untuk itu Arsen tidak mau berharap lebih. Lagi pula gadis tadi bukanlah tipe gadis Arsen.
Disisi lain Vallerie masih kesal dengan pengendara mobil itu. Sepanjang jalan ia hanya diam dan cemberut saja.
"Udah sih Val, gausah dipikirin" ucap Ataya sembari tersenyum, berusaha mengembalikan mood Vallerie lagi. Karena jika mood Vallerie tidak juga balik maka nanti ia juga yang akan repot karena Vallerie pasti tidak akan fokus untuk membantunya memilih kado untuk Steven.
"Kesel tau nggak sih Ataya!!" ujar Vallerie.
"Mentang-mentang dia pake mobil apa jadi bisa seenaknya gitu!" tambahnya.
"Kenapa sih semua orang kaya selalu merasa paling bener?? Bahkan mereka gak segen buat menginjak-nginjak orang lain!" Vallerie semakin kesal saat memikirkan bagaimana rupa pria tadi yang tidak merasa bersalah sama sekali.
"Udah Val, udah ya" Ataya tahu saat ini Vallerie tidak butuh dikomentari, ia hanya butuh didengarkan. Oleh karena itu, Ataya hanya bisa membantu untuk menenangkan Vallerie.
"Nanti kita makan gelato kesukaan lo deh" ujar Ataya merayu Vallerie dengan ice cream favoritnya itu.
"Bener ya?" Vallerie memastikan ucapan Ataya.
"Iya" ucap Ataya sembari tersenyum. Ia memang tahu bagaimana cara menghadapi emosi Vallerie.
Tak lama kemudian, merekapun….
.
.
HAI KAKAK-KAKAK SEMUA??? GIMANA NIH CERITA YANG AKU BUAT??MENARIK ENGGAK? AKU HARAP KAKAK-KAKAK SEMUA SUKA YA, JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENNYA YA KAK. DAN JUGA KALAU ADA DIANTARA KAKAK-KAKAK YANG MERASA HIDUPNYA SEPERTI VALLERIE, AUTHOR BAKAL SENENG BANGET KALAU KAKAK-KAKAK MAU SHARING. DITUNGGU KELANJUTANNYA YA KAK.