Damian yang mengemudikan mobilnya secara perlahan, dia membiarkan Chika dan Sany menikmati pemandangan malam kota. Mereka kelihatannya sangat bahagia. Chika sesaat termenung dengan sedih, entah apa yang dipikirkannya.
Flashback
Minggu malam Jose dan Chika sedang menikmati secangkir kopi disalah satu Kafe yang ada didalam sebuah Pusat Perbelanjaan. Sudah dua minggu ini mereka tidak bertemu, karena Chika harus keluar kota untuk bertemu dengan Klien S'HI.
"Cha kalau kita mempunyai rejeki kelak, kota apa di dunia ini yang ingin kamu kunjungi?"
Tanpa berpikir panjang Chika langsung mengatakan Seoul. Jose yang sudah mengatahui artis Korea favoritnya pura – pura tidak tahu, karena dilayar depannya telah terpampang salah satu artis idamannya.
Jose yang cemburu melihat Chika selalu membuat artis itu ada dimana – mana, bahkan didompetnya juga ada foto artis itu.
"Untuk apa kesana? Mau jumpa pacar kamu ya," kata Jose sambil cemberut kesal.
"Ih, begitu saja cemburu. Ya ngaklah kamu dan dia kan beda, jangan disamain dong," bujuk Chika lagi.
Masih dengan wajah cemberut Jose langsung berkata.
"Kalau begitu ngak boleh pilih Ke Seoul pilih kota yang lain saja. Kalau kamu pilih itu saya pasti tidak akan ikut."
Chika menghela nafasnya dengan berat.
"Kamu memang tidak ikut saya ke Seoul, karena kita memang sudah putus," pikir Chika lagi.
Chika sebenarnya sangat sedih tetapi dia bersyukur Tuhan masih sayang kepadanya, keburukan Jose diperlihatkan sebelum mereka menikah. Kalau sudah menikah bukankah Chika akan menjadi janda? Chika menolak menjadi yang kedua, dia selalu berharap pasangan hidupnya akan terus setia dan bersama dia sampai tua.
"Sekarang saya disini, menikmati setiap momen di Seoul, untuk apa aku memikirkan lelaki penipu itu?"pikir Chika dengan kesal.
"Cha, kamu dengar tidak yang saya katakan. Kok malah melamun?"
Sany memandang Chika dengan penuh tanda tanya. Chika yang tersentak dari lamunannya kini menatap Sany dan Damian yang menatapnya dari kaca spion depan juga menatapnya dengan heran.
"Lagi pikirin apa sich? Kukira kamu menikmati pemandangan Kota. Ngak tahunya melamun."
"Aku ngak melamun kok. Aku hanya menikmati pemandangan kota," kata Chika sambil mengelak pandangan bertanya dari kedua.
"Kamu pasti melamun, buktinya apa yang saya katakan kamu tidak mendengarkan bukan?"
"Iya dech, aku minta maaf. Memangnya kamu nanya apa sich?" tanya Chika kembali.
"Aku ngak nanya lagi, tetapi setiap orang harus membeli gembok dan memasangnya di Namsan Tower. Kali ini tidak ada yang boleh menolaknya baik kamu maupun Kak Damian."
"Baik dech, saya nurut saja. Terserah kepadamu saja, aku tidak akan keberatan," tukas Chika kembali.
Mendengar penuturan Chika, Sany bertepuk tangan dengan bahagia.
"Nah gitu dong, percaya atau tidak percaya kita ikuti saja kebiasaan orang sini. Jadi kita bisa menikmati setiap momen mereka, dan Kak Damian tidak boleh sama sekali menolaknya dan harus menerimanya. Aku memaksa Kak," kata Sany.
Matanya menatap Damian yang mulai keberatan. Damian hanya mengangkat bahunya tidak perduli tetapi bibirnya tersenyum, dia merasa bahagia jika adiknya juga bahagia. Damian dan Sany memang sudah dekat dari kecil. Mereka selalu bersama.
Damian tetap memperhatikan Sany dan Chika dari kaca spion yang berada di atasnya, dan mencuri pandang ke arah Chika. Mereka berdua memang duduk di kursi belakang, karena Sany tidak ingin meninggalkan Chika sendirian duduk di depan, sementara jika Chika yang diminta ke depan, dia pasti menolaknya karena Chika segan duduk di samping Damian. Padahal Damian berharap agar Chika mau duduk di sampingnya. Damian harus menelan kekecewaannya, dan dia akan menaklukkan hati Chika secepatnya karena dia tidak ingin didahului laki- laki lain lagi.
Damian terlambat menyatakan perasaannya karena ragu, apakah Chika akan menerimanya. Dia masih belum bisa menebak apakah keramahan Chika kepadanya karena dia kakaknya Sany atau karena Chika punya perasaan kepadanya. Hanya Chikalah yang mengetahuinya.
Damian pertama kali menlihat Chika memakai seragam abu – abunya, ketika dia datang mengerjakan tugas sekolah bersama Sany. Damian pada saat itu pulang ke Indonesia karena liburan kuliah dari Jerman.
Chika yang malu – malu ketika menyapanya membuat Damian merasa gemas, apalagi senyum Chika yang menawan. Penampilan yang polos masih dia pertahankan hingga kini, walaupun Chika seorang desainer tetapi penampilan Chika sangatlah sederhana. Chika tidak memakai alat riasan yang berlebihan dan selalu berperilaku santun. Dia menutupi kecantikannya sendiri dengan tidak memakai pakaian dan riasan yang mencolok. Salah satu yang disukai Damian adalah senyumnya yang manis dan lesung pipinya yang selalu muncul ketika dia berbicara. Benar – benar gadis sederhana yang menawan. Senyumannya bisa membuat jantung Damian berdebar – debar tidak karuan.
Damian adalah seorang pemuda tampan yang menawan, banyak wanita yang jatuh cinta kepadanya tetapi Damian selalu dapat membaca maksud mereka semua. Mereka mendekati Damian karena harta yang dimiliki dan wajah tampannya. Mereka tidak menilai Damian dari sikapnya.
"Tanpa kusentuh pun mereka selalu berbaris berjejer menanti uluran tanganku, tetapi Chika berbeda. Dia tidak pernah menawarkan dirinya kepadaku dan dia tidak pernah menilaiku dari harta dan wajah tampanku. Bahkan Chika sedikit pun tidak bergeming melihatku," pikir Damian lagi.
"Cha, kita sudah sampai di Namsan Tower. Lihat menaranya di malam hari sungguh indah bukan? Semakin dekat kita lihat semakin indah. Lihat jalanan menanjaknya, sedangkan naik mobil saja kita rasanya masih jauh apalagi jalan kaki. Memang sich banyak jalan kaki tapi kalau ada yang memberikan tumpangannya apa salahnya bukan?" Sany mengerling ke arah Kakaknya.
"Iya mana mungkin anak manja sepertimu akan tahan berjalan sejauh itu bukan? Apalagi jalanannya menanjak," ejek Damian lagi.
Sany memutar bola matanya dengan malas, dia tidak ingin berdebat lagi dengan Damian.
"Lihat Cha kita sudah sampai."
Sany dan Icha segera keluar dari mobil, begitu mobil berhenti ditempat parkir.
"Kak kami masuk ketoko itu ya. Kakak setelah parkir langsung masuk ke toko itu ya."
"Cha, kalau sudah siap beli gembok kita akan jajan ttebokki disebelah sana ya, kelihatan enak."
Sany menunjuk gerai di sepanjang parkir hingga ke toko tersebut, banyak jajanan yang dijual disana bahkan kopi pun ada.
"Sany, ayo segera masuk!"
Chika segera menarik tangan Sany ke dalam toko, di sana berjejer gembok dengan segala warna dan bentuk. Semuanya sangat lucu.
"Lihat bentuk hati warna pink itu, kita ambil ya. Warna hijau juga sangat imut, untuk kak Damian kita ambil yang berwarna biru."
Chika mengangguk menyetujui ide Sany. Dari setiap gembok di dalam kemasannya terdapat pulpen untuk menuliskan pengharapan kita atau apa yang ingin kita tuliskan. Namsan Tower atau kadang disebut N tower adalah salah satu destinasi pasangan muda mudi yang sedang kasmaran, mereka menuliskan kata – kata harapan atau cinta dan berharap mereka akan mempunyai hubungan yang langgeng.