Damian sangat mengerti sifat Sany dan kalau ditentang maka Sany akan terus saja memaksakan kehendaknya dan akan pergi diam – diam melanggar perinta Damian. Sudah tentu Damian tidak ingin hal itu terjadi. Damian akan takut kehilangan jejak mereka selama di Seoul, karena Sany yang cerdik sama sekali tidak memberitahuka Damian jadwal dan tujuan mereka selama disini. Tentu saja jika mereka tidak memberitahukannya maka Damian tentu saja akan kesulitan melacak mereka berdua, dan hal itu tentu saja membuat dia akan susah memantau kegiatan mereka berdua.
Wajah Damian yang keras menunjukkan bahwa dia belum mengalah sama sekali dengan keinginan Sany. Sany dan Chika saling berpandangan serta saling memberikan kode bagaimana menaklukan Damian. Akhirnya Sany mendapatkan ide untuk meyakinkan Damian.
"Kak, Sany janji dech. Mulai sekarang tidak ada satu orang Pria pun yang akan mendekati Kami. Sany akan menghalau mereka secepatnya. Jadi ijinkan Kami ya Kak, please."
Sany berusaha membujuk Damian. Damian juga tahu seharusnya dia mengalah dan memang dia akan mengalah, dia ingin mendengarkan janji Sany terlebih dahulu dan dia tidak ingin Sany terpaksa melakukannya karena perintah Damian, tetapi Sany harus mengucapkan sebuah janji yang akan di tepatinya. Damian dan Sany memiliki prinsip yang sama tentang sebuah janji dan mereka tidak akan main- main untuk menjalankannya.
"Baiklah kakak akan mengabulkannya, ingat tidak ada pria asing lagi," kata Damian kembali.
Damian menatap Chika dan Sany serta menuntut mereka akan sebuah janji yang harus ditepati. Bagi keluarga Wijaya janji adalah sebuah hutang yang harus ditepati. Damian dan Sany terbiasa menepati janji yang mereka ucapkan. Untuk itu mereka sebelum berjanji pasti akan dipikirkan dan dipertimbangkan kembali. Damian memang sudah memahi itu.
"Baiklah Kak, aku janji dech," katanya lagi.
"Termasuk kamu Icha, apa kamu mau mendengarkan perkataan Kakak? Tidak ada pengecualian untukmu," kata Damian lagi.
"Icha juga Kak? Bukan hanya Sany saja," katanya kebingungan.
Chika merasa dia bukan anggota keluarga Wijaya sudah pasti dia tidak termasuk bukan? Chika sedang membayangkan akan berkenalan dengan seorang oppa dari sana,
"Syukur – syukur wajahnya mirip Suho, masak mau dilewatkan. Bagaimana sich Kak Damian, kan sayang kalau harus melewatkan kesempatan besar seperti ini," pikir Chika lagi.
"Icha kok melamun, pertanyaan Kakak apa ngak di dengar? Kalau Icha tidak mau maka kalian harus menjalankan perintah Kakak," katanya lagi.
"Icha ayo dong, ikuti saja kemauan Kakak," Sany memohon agar Chika mau mengikuti permintaan Damian.
"Bagaimana kalau aku jumpa Oppa yang wajahnya mirip Suho? Sayang dong dilewatkan." Bisiknya ke telinga Sany takut kedengaran Damian.
Telinga Damian yang tajam dapat mendengarnya dengan jelas, ditambah lagi dia dapat membaca gerakan bibir Chika ketika dia mengatakannya kepada Sany dari kaca spion mobil bagian depan.
"Enak saja mau berjumpa dengan pria Korsel, tidak bisa. TIDAK AKAN KUBIARKAN!" pikir Damian dengan tegas.
Damian yang sudah tahu maksud Chika sekarang menunggu persetujuan dari Chika. Sany yang memberikan kode kepada Chika agar Chika mau mengalah. Kalau tidak kebebasan mereka akan terkekang. Sany mengharapkan agar Chika mau mengalah.
"Baiklah Icha akan mengikuti permintaan Kak Damian,"
"Apa coba ulangi janjinya Kak Damian mau dengar dari mulut Icha sendiri."
"Iya Kak, Icha berjanji tidak akan ada pria di dalam perjalanan kami."
Damian yang puas dengan jawaban Sany dan Chika tersenyum menang dan memuji keduanya.
"Bagus Kakak percaya dengan Kalian berdua, sebagai imbalannya kalian boleh melakukan perjalanan kalian sendiri. Kalau kalian memerlukan bantuan untuk keperluan perjalanan kalian, Kakak akan siap sedia membantu kalian ya."
Sany dan Chika terdiam mendengar pujian Damian, mereka heran dengan perlakuan Damian yang masih menganggap mereka seperti kanak – kanak saja.
"Kak, Sany lapar nich. Kita singgah di restoran saja ya Kak," pinta Sany lagi.
"Baiklah kalau memang begitu, kita akan singgah di restoran. Kalian mau makan apa?" tanya Damian kembali.
"Chikin," jawab Mereka secara serempak.
Memang di Korea Selatan kalau mereka menyebut ayam dengan chikin. Damian tersenyum dan melihat betapa drakor telah mempengaruhi mereka berdua.
"Kakak akan membawa kalian makan ayam goreng dan bir korea, ChiMaek."
"Apa itu ChiMaek?" tanya Chika kebingungan.
"ChiMaek adalah singkatan Chicken dan Maekju atau birnya Korea."
"Kalian mau makan di daerah mana? Kalau di sini biasanya yang terkenal itu di daerah Hongdae, Myeongdong dan Gangnam," tawar Damian lagi.
"Bagaimana Icha pilih yang mana?" tanya Sany.
"Saya terserah Kak Damian saja dech. Soalnya Aku kan ngak tahu daerah sini."
"Baiklah Kakak lebih memilih di Hongdae saja ya, soalnya mereka akan buka sampai jam dua pagi," kata Damian lagi.
Akhirnya mereka setuju dengan pilihan Damian, karena tempat itu juga ada pusat perbelanjaan. Mereka dapat melihat Fashion, kosmetik, dll. Mereka akhirnya sampai dan duduk disalah satu meja yang ada di pojok. Mereka melihat ayam goreng dengan berbagai rasa ada manis-pedas, kecap dan lain -lain.
"Kita pesan saja ayam goreng manis-pedas dan bir lokal ya, soalnya di drakor mereka suka sekali memakannya," kata Sany dengan antusias.
Damian hanya tertawa melihat mereka berdua yang terus- terus saja membandingkannya dengan drakor. Memang pengaruh drama Korea di dalam kehidupan masyarakat sedang menjadi trend. Semua mengenal siapa artisnya yang kadang kala namanya saja susah disebut.
Ketika pesanan mereka datang, mereka dengan antusias memakannya dengan nikmat bahkan mulut mereka belepotan sisa – sisa ayam dengan sisa bir di ujung bibir mereka. Damian yang terbawa Suasana, mengambil sebuah tisue dan secara spontan membersihkan sisa makanan yang ada di ujung bibir Chika.
Chika terkejut melihat gerakan Damian hanya bisa terpaku dalam diam, dia masih bingung dengan gerakan Damian yang tiba -tiba. Chika tidak menyangka Damian akan melakukannya. Mereka kini saling menatap dan seperti ada aliran listrik yang menjalari tubuh mereka berdua. Sentuhan Damian yang mengusap bibir Chika menimbulkan aliran listrik di antara mereka berdua. Seperti korslet tidak ada yang mampu mengalihkan pandangan mata mereka berdua, tidak Damian tidak juga dengan Chika. Mereka terus saja saling pandang.
Jantung Chika berdegup kencang tidak mampu mengalihkan pandangan matanya, dan dia membayangkan Damian akan menciumnya.
Damian juga merasakan debaran jantungnya lebih kencang dari biasanya dan membayangkan Dia akan mencium bibir Chika.
Sany yang menatap ke arah mereka berdua hanya bengong dan tidak mau menghentikan jalinan chemistry yang terjadi di antara mereka berdua.
Sany berharap, Dewa Cupid segera datang menembakkan panah di antara dua anak manusia yang saling pandang tersebut. Sany diam seribu bahasa tidak berani bergerak bahkan menarik nafasnya sekalipun. Dia tidak ingin momen ini berlalu dengan sangat cepat. Sany berharap perjalanan ke Seoul kali ini membawa Jodoh untuk Damian.