"Kalian mengenal lelaki tadi?" tanya Damian kepada Chika dan Sany.
"Sebenarnya kenal sich tidak, cuma Chika sepertinya….," kata Sany.
Sanny terdiam sesaat karena dia melihat mata Chika yang melotot ke arahnya. Chika tidak ingin menceritakan kejadian yang memalukan itu kepada Damian. Dia tidak ingin Damian menganggapnya gadis yang ceroboh. Chika tidak mau Damian menatapnya sebagai gadis yang membawa pengaruh buruk kepada Sany.
Damian yang melihat mereka terdiam terus saja mengejar menuntut penjelasan dari mereka. Sany kini tidak berani meneruskan perkataannya kembali. Mereka masuk kemobil dan membatalkan semua rencana mereka malam ini di Namsan Tower karena Noah.
"Ayo, mengapa jadi bungkam. Siapa lelaki tadi Icha? Apa kamu mengenalnya?" tanya kembali menuntut jawaban dari mereka. Sany dan Chika merasa kesal harus bertemu Noah, rasanya mereka tidak percaya bertemu Noah lagi di kota yang berpenduduk hampir 53 juta penduduk. Mereka benar – benar kesal jika mengingatnya.
Memang sangat sial seharusnya Aku tidak pernah bertemu dengannya, Dia telah merusak hariku dan kesenangan Sany malam ini. Seharusnya kami akan jajan makanan khas korea selatan yaitu ttebokki, yang selalu saja muncul di drakor. Hari ini bukannya makan ttebokki malah adu duel dengan lelaki itu, pikir Chika dengan kesal.
"Lho koq pada diam? Tidak mau menjawab pertanyaan Kakak ya?" tanya Damian mulai kesal.
Damian benar – benar cemburu melihat lelaki itu yang terus saja menatap Chika dengan rasa tertarik, walaupun Chika dan Sany tidak dapat melihatnya tetapi Damian dapat mengetahui sinar pandangan lelaki itu, Noah. Sesama pria dia mengetahui Noah memiliki rasa tertarik yang terpendam kepada Chika.
"Aku tidak boleh kalah cepat lagi, Aku sudah kalah dari yang pertama. Sekarang Aku tidak boleh di dahului. Chika hanya milikku seorang, tidak kuijinkan dia dimiliki pria lain," bathin Damian.
"Kakak masih menunggu jawaban," katanya lagi dengan dingin.
Sany dan Chika saling pandang, Sany memberikan kode agar Chika saja yang menjelaskannya tetapi Chika malah meminta Sany yang menjelaskannya. Mereka saling tolak – tolakkan sehingga membuat Damian kesal. Dia segera memberhentikan mobil di pinggir jalan yang memang di peruntukkan untuk berhentinya mobil.
"Kalau kalian tidak mau menjelaskannya maka Kakak akan menurunkan kalian berdua di sisi. Jadi segera jelaskan!" perintah Damian lagi.
"Jangan dong Kak, Icha kamu saja dech yang jelaskan."
Sany mulai kesal melihat melihat pendirian Kakaknya yang menuntut agar mereka segera mau memberikan penjelasan. Chika akhirnya mengalah dan mulai menjelaskan.
"Sebenarnya kami mengenalnya di Bandara Incheon, Kak," kata Chika dengan suara perlahan.
"Apa? Kalian ini seperti bocah kecil saja. Sudah berapa kali Kakak memberi pesan agar tidak kenalan dengan orang asing. Bagaimana kasarnya dia memperlakukan kalian tadi, apa kalian tidak malu ha?" tanya Damian yang jengkel, matanya kini menatap Sany yang mengkeret ketakutan.
Sany teringat pesan Damian kepadanya sebelum keberangkatan mereka.
"Kakak akan membiayai seluruh perjalanan kalian, tetapi ingat hati – hati di sana. Kakak tidak ijinkan kalian berkenalan apalagi berteman dengan orang asing yang sama sekali tidak kalian kenal. Terlebih Chika, Kakak tidak ijinkan dia bertemu dengan seorang pria pun selama disana. Kamu bisa menjamin itu Sany?"
"Pasti Kak, tenang saja. Kami akan sibuk memperhatikan mode fashion yang sedang berkembang di sana. Mana mungkin kami punya berkenalan dengan cowok lain, tenang saja aku akan tetap menjaga calon Kakak iparku tetapi kapan Kakak akan menembak Icha? Bisa -bisa Kakak didahului pria lain lagi."
"Kamu pikir Kakak seperti pria lain? Asal tembak saja? Kakak masih memikirkan cara yang tepat Kakak ingin Icha benar – benar terkesan dan mau menerima Kakak."
Sany menyadari Damian adalah pria yang romantis, walaupun sikapnya yang dingin kepada makhluk yang bernama wanita tetapi di dalam hatinya Damian memiliki sifat yang hangat. Sany menyadari banyak wanita yang menyukai Damian, selain kaya Damian juga seorang pebisnis handal yang mempunyai raut wajah seorang model, siapa yang bisa menolaknya? Tetapi Sayang termasuk Lelaki yang hanya bisa mencintai satu wanita. Dia sudah menentukan pilihannya maka hanya kepadanya saja dia akan memberikan cintanya. Damian sudah menentukan pilihannya, Chika.
Sany mendesak Kakaknya segera menyatakan cintanya, tetapi entah apa lagi yang di tunggunya karena Damian selalu mengatakan belum saatnya.
"Aduh Kakak, kalau Kakak didahului orang lagi bagaimana?"
"Kakak yakin, Icha bisa Kakak dapatkan," katanya dengan penuh keyakinan.
Sany bingung dengan pola pikir Damian, entah apa yang menjadi pertimbangannya. Sewaktu Chika memutuskan menerima Jose, Damian benar – benar putus asa dan sangat sedih. Sany menghiburnya dan mengatakan bahwa kalau memang jodoh tidak lari kemana. Tetapi tidak ada salahnya mengupayakan jodoh itu supaya dia berjalan di jalur yang kita inginkan. Sekarang setelah Chika putus dari Jose mengapa tidak langsung menyatakan cintanya?
Sany terkejut ketika Damian mulai menaikkan volume suaranya dengan keras.
"Sany kamu cepat segera jawab pertanyaan Kakak!" perintah Damian lagi kepada Sany. Sepertinya kesabarannya mulai habis.
"Maaf Kak, pertemuannya memang tidak disengaja."
"Tidak disengaja bagaimana?" sambar Damian lagi.
"Icha gantian kamu dong yang ceritain. Kan kamu yang lebih tahu dari pada aku."
Akhirnya Chika menjawabnya walaupun wajahnya merona malu.
"Icha bertemu dengannya ketika kami akan mengambil koper dari bagasi. Noah ada disana pada waktu itu."
"Noah? Bahkan namannya saja kalian sudah tahu," kata Damian dengan kesal, suaranya kini penuh dengan kecemburuan.
"Sebenarnya kami baru tahu tadi namanya Kak. Tolong jangan marah ya Kak, Icha akan menjaga supaya Sany tidak bergaul sembarang orang. Icha akan berusaha menjauhkannya dari lelaki hidung belang," kata Chika kembali.
"Kalau Sany maka kamu yang menjaganya. Nach kalau Icha sendiri siapa yang akan melakukannya?" tanyanya kembali.
"Kalau untuk saya sendiri, sudah tentu yang akan melakukannya ya saya sendiri Kak," kata Chika dengan bingung.
Damian yang mendengar perkataan Chika semakin cemberut.
"Maksud Kakak, kalau Chika yang harus menjaganya ya Kak Damian dong Icha. Gantian gitu, masak saya harus dijaga sama kamu sementara Kamu bebas. Enak di kamu ngak enak di aku dong, Icha. Pintar benar kamu membagi seperti itu ya, ogahh ah," lanjut Sany lagi.
"Sudah, sudah ditanya malah jadi berdebat. Bagimana sich kalian berdua ini, apa masih bocah? Yang penting mulai sekarang tidak boleh berjumpa dengan orang asing apalagi pria baik Sany maupun Icha. Dua – duanya harus mengikuti perintah dari Kakak," putus Damian sepihak.
"Kok begitu Kak, Sany kan ngak salah." tuntutnya lagi.
Damian benar – benar kesal melihat mereka berdua.
"Belum sehari sudah ada pria yang mendekati mereka, bagaimana hari – hari selanjutnya? Siapa lagi yang akan mendekati mereka berdua," pikir Damian dengan jengkel.
Damian tidak ingin mereka pergi sendiri lagi setidaknya harus ada supir yang selalu datang dan menjemput mereka sesuai tujuan mereka.
"Tidak bisa, Sany dan Chika akan tetap keluar sendiri sesuai jadwal kami berdua," kata Sany dengan berani.