Sesampainya di rumah, Bibi Shelena tidak ada di dalam rumah karena sibuk mengurus bisnis dan juga peninggalan warisan orang tua Reina. Sebastian pun mengajak Reina pergi ke taman belakang rumah yang memiliki kolam ikan. "Ayo duduk di tepi kolam. Ini adalah kolam ikan terapi. Kita bisa melepaskan sepatu dan kaos kaki, lalu duduk di tepi kolam untuk terapi ikan."
Reina merasa bingung karena belum pernah terapi di kolam ikan sama sekali. "Apakah kaki kita akan dimakan ikan-ikan itu?"
"Kamu lucu sekali! Tidak mungkin ikan ini bisa memangsa kaki kita. Ini hanya terapi. Mungkin akan terasa geli di awal."
Reina mengikuti apa yang Sebastian katakan. Belum pernah Sebastian berbicara panjang kali lebar seperti ini selama Reina tinggal di rumah Bibi Shelena. Reina merasa tidak enak juga karena Sebastian berkelahi dengan Lee tadi pagi. Saat duduk di samping Sebastian, beberapa saat Reina hanya terdiam menikmati dinginnya air kolam saat kaki masuk ke dalam diikuti para ikan yang mulai berkerumun di kaki Reina dan Sebastian. Reina menggigit bibir bawah untuk menahan geli akibat ikan kecil-kecil hingga ukuran sedang berkerumun di kaki.
"Reina ...."
"Ya? Ada apa, Sebastian?"
"Jangan lakukan ini lagi padaku, ya?"
"Maksud kamu?"
"Jangan berangkat sekolah sendiri, menjauhiku, dan dekat dengan Lee."
"Kenapa tidak boleh? Bukankah aku berhak melakukan hal itu? Tidak merugikan kamu."
"Aku cemburu." Sebastian dengan tegas mengutarakan isi hati yang membuat lelaki itu berkelahi dengan Lee tadi pagi di sekolahan. Padahal perkelahian itu bisa menjadi masalah karena belum pernah Sebastian berkelahi sebelumnya di sekolah.
"Cemburu?!" Reina terbelalak tidak percaya dengan kata yang baru saja diucapkan oleh sepupu yang duduk di samping Reina.
"Ya, aku memang cemburu! Jadi, aku mohon untuk tidak melakukan hal yang aku larang tadi. Aku tidak bisa mengendalikan diri dan ingin marah pada Lee yang selalu mendekatimu di kelas."
"Tapi ... Lee itu hanya teman sekelasku saja dan tidak ada hubungan lebih dari itu. Lantas, kenapa kamu terlalu mengaturku? Bukankah kita hanya sepupu?" Reina beranikan diri untuk melontarkan pertanyaan itu karena selama ini dalam benak Reina juga berkecamuk dengan segala rasa yang tak jelas.
"Aku tidak ingin kamu terluka." Kalimat terakhir yang diucapkan Sebastian sebelum wajah lelaki berhidung mancung itu mendekat ke wajah Reina dan bibir mereka akhirnya bertemu dan saling berpaut.
Ciuman pertama memang selalu membuat ketagihan. Sekali mencoba, rasanya ingin mengulang kembali setiap ada kesempatan. Seperti yang saat ini Sebastian rasakan. Tak peduli di mana Shelena berada, Sebastian melumat bibir Reina dengan penuh harap. Menandai kalau Reina adalah milik Sebastian meski perasaan itu terlihat salah karena mereka sepupu, meski belum pernah bertemu sebelumnya. Sebastian tidak yakin kalau Reina adalah sepupu asli karena Shelena sama sekali tidak pernah membahas soal Reina.
Reina tidak menolak sama sekali ciuman dari Sebastian. Entah mengapa rasanya keduanya memang ingin melakukan ciuman sayang tanda kalau mereka memiliki rasa yang sama tetapi enggan untuk mengungkapkan secara jelas. Setelah beberapa menit, Reina pun melepaskan diri dari dekapan Sebastian.
"Ini salah. Maaf, aku tidak bisa. Bibi Shelena pasti akan marah padaku."
Reina langsung keluar dari kolam terapi ikan dan berlari ke dalam rumah tanpa peduli sepatu dan kaos kaki masih berada di tepi kolam. Sebastian hanya diam tidak mengejar Reina. Ada rasa sedih dan senang bersamaan dengan hal itu. Sebastian sedih karena tahu mereka sepupu dan pasti buruk kalau Shelena tahu. Sebastian juga senang karena bisa memberikan tanda rasa yang erat untuk Reina agar tahu yang dirasakan lelaki itu dan menjauh dari Lee.
"Aku mencintaimu, Reina. Apakah aku harus mengatakan ini di hadapanmu? Aku pikir ini belum waktu yang tepat." Sebastian berbicara dengan diri sendiri sambil menatap Reina pergi.
Reina bingung dengan perasaan yang semakin tidak menentu. Apa saja Reina ingin menangis tetapi tidak bisa dan takut ada hal buruk terjadi jika Bibi Shelena tahu dengan apa yang Sebastian dan Reina lakukan. Berciuman menjadi hal yang sepertinya sangat memalukan dan terlarang bagi gadis baik seperti Reina. Namun ini sudah kali ketiga Sebastian mencium Reina. Tidak mungkin seperti ini terus menerus. Reina takut Bibi Shelena akan marah besar dan mengusir Reina dari rumah itu sehingga tidak bisa melihat Sebastian lagi.
Reina masuk ke dalam kamar dan langsung mengunci pintu. Gadis itu berbaring di ranjang yang tidak empuk, lalu memandang langit-langit kamar dan memegang dadanya memeriksa detak jantung yang tak menentu. "Cemburu? Kenapa kamu cemburu padaku? Dasar bodoh. Kamu ini sepupuku. Kenapa kamu menciumku sudah tiga kali? Menyebalkan! Kamu membuatku bingung dan merasa tak menentu, Sebastian!"
Reina sebenarnya juga menyukai Sebastian tetapi dalam kondisi seperti ini mereka seakan tidak memiliki kesempatan untuk masa depan bersama. Bagaimana mungkin sepupu bisa saling menjalin cinta? Itu hal yang tidak masuk akal. Reina berusaha melupakan dan melihat ponselnya. Ternyata Lee mengirimkan beberapa pesan dan terlihat khawatir karena Reina pulang dengan Sebastian. Lee salah paham, mengira Sebastian memperlakukan Reina dengan buruk.
Reina pun membalas pesan dari Lee dan menjelaskan kalau semua baik-baik saja. Reina juga berharap Lee tidak berkelahi lagi dengan Sebastian. Reina merasa sedih melihat mereka berkelahi seperti itu. Apalagi kalau sampai guru tahu, pasti bisa menjadi masalah besar bagi Sebastian dan Lee. Reina tidak mau perkelahian membuat nama baik mereka tercemar.
"Reina?" Lee menelepon setelah pesan mendapatkan balasan dari Reina.
"Iya, Lee. Kenapa menelepon? Aku sudah membalas pesan darimu."
"Aku khawatir padamu, Reina."
"Aku baik-baik saja, Lee. Sebastian itu baik padaku. Tidak ada masalah apa-apa."
"Aku merindukan kamu, Reina."
Reina terdiam mendengar Lee mengatakan hal itu. Kenapa hidup Reina dalam hal yang membingungkan? Disukai dua lelaki hebat dalam satu waktu pasti membahagiakan bagi gadis lain, tetapi membingungkan bagi Reina. Reina memilih untuk mengakhiri pembicaraan di ponsel dengan alasan Bibi Shelena memanggil. Lee pun tidak keberatan dengan hal itu.
"Kenapa hidup ini begitu membingungkan? Sebastian cemburu padaku yang didekati oleh Lee. Sedangkan Lee merindukan aku padahal baru berpisah dari sekolah beberapa waktu lalu. Kenapa membingungkan seperti ini?!"
Reina mengacak-acak rambutnya yang panjang. Merasa bingung dengan perasaan saat ini apakah untuk Sebastian atau Lee? Reina tak tahu sama sekali harus berkata apa. Satu sisi, senang dengan Sebastian sejak pertama berciuman. Satu sisi, Reina juga tertarik dengan Lee yang penuh perhatian sejak pertama berjumpa. Apakah serakah kalau Reina menjalani bersama kedua lelaki itu? Bukankah tidak ada kata cinta di antara mereka? Pasti semua akan baik-baik saja jika tidak ada hubungan spesial di antara ketiganya. Reina tidak bisa memilih karena Sebastian dan Lee bukan sebuah pilihan.