"Maafkan aku, Lee. Maaf kalau semua ini jadi salah paham dan permasalahan." Reina menemani Lee di ruangan kesehatan sekolah dan mengobati luka memar di wajah Lee.
"Tidak apa-apa, Reina. Aku justru merasa khawatir denganmu. Kenapa Sebastian begitu arogan seperti itu? Apakah Sebastian menyiksamu juga?" Lee berpikir jauh dan takut kalau Reina disiksa oleh Sebastian.
"Tidak. Sebastian tidak pernah melakukan hal buruk. Mungkin tadi hanya khawatir karena biasanya aku berangkat ke sekolah bersama Sebastian. Baru kali ini aku berangkat ke sekolah lebih awal dan tidak bersama Sebastian."
"Kenapa kamu berangkat awal, Reina? Apakah ada masalah dengan Bibi atau Sebastian di rumah?" Lee sangat khawatir dengan kondisi Reina yang bisa saja disiksa atau diperlakukan tidak baik oleh Bibi Shelena atau Sebastian.
"Tidak ada masalah. Aku baik-baik saja. Lee, apakah masih sakit? Ini sudah aku beri obat untuk memar di wajah."
"Aku jauh merasa lebih baik sejak pertama mengenalmu. Reina, terima kasih."
Lee memeluk tubuh Reina begitu saja membuat gadis itu terkejut dan terbelalak. Lee memeluk dengan penuh kasih sayang. Lee merasakan sesuatu yang berbeda setelah mengenal Reina. Meski Lee adalah lelaki yang terkenal, Lee tak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya. Lee hanya menjawab percakapan yang diucapkan teman sekelas agar tidak melukai perasaan mereka. Namun mengenal Reina, sungguh sesuatu hal yang berbeda sehingga Lee ingin selalu dekat dengan gadis itu dan membicarakan banyak hal yang sama. Lee tahu kalau para gadis yang lain di kelas pun merasa tidak suka dengan kedekatan Lee dan Reina. Apa daya, Lee benar-benar nyaman bersama Reina dan tidak mau jauh dari gadis itu.
"Lee ... Tolong lepaskan pelukanmu. Aku merasa tidak nyaman. Apalagi banyak gadis di kelas bahkan di sekolah ini yang menyukai kamu. Aku tidak mau mereka salah paham dengan hal ini. Bahkan kita tidak ada hubungan apa-apa, tetapi mereka mengira aku menggodamu." Reina memberanikan diri untuk mendorong tubuh Lee agar melepaskan pelukan dan mengatakan hal yang selama ini mengganggu di pikiran Reina.
"Jika aku ingin menjadi kekasihmu, apakah itu hal yang mungkin terjadi? Reina, aku tahu mereka tidak suka dengan kedekatan ini, tetapi itu bukan suatu alasan untuk kita menjauh. Aku ... Aku menyukaimu, Reina. Sejak pertama berjumpa. Apakah kamu merasakan hal yang sama?" Lee memberanikan diri menyatakan perasaan yang ada di benak sejak pertama berjumpa.
Cinta pada pandangan pertama, apakah hal itu benar nyata? Lee benar-benar menyukai Reina. Namun Reina berpikir apakah itu hanya karena kasihan atau benar-benar rasa suka? Atau sebuah rasa cinta yang mendalam? Mereka masih remaja dan perasaan cinta pasti hanya datang dan pergi begitu saja. Reina ragu dengan pernyataan Lee.
Seketika, Reina terkejut melihat Sebastian yang masuk ke ruangan kesehatan sekolah. Sebastian menatap ke arah Reina dengan tatapan yang tidak bisa diartikan sebagai isyarat sesuatu. Reina merasa bingung dan tidak mungkin menjawab pertanyaan Lee saat ini. Reina merasa ada sesuatu yang salah dan tidak bisa menerima Lee. Apakah perasaan Reina karena takut dengan Sebastian atau justru karena menyukai Sebastian dan tidak mau membuat lelaki itu cemburu? Reina sama sekali tak paham dan bingung dengan perasaan yang ada dalam dirinya sendiri.
"Lee, maaf, aku mau pergi ke kamar mandi sebentar."
Reina berdiri dari tempat duduk dan meninggalkan Lee untuk menemui Sebastian. Reina tidak mau Sebastian ribut dengan Lee seperti tadi pagi. Saat keluar dari ruangan kesehatan sekolah, Sebastian langsung menarik tangan Reina untuk pergi ke taman belakang sekolah.
"Kenapa kamu berbuat hal ini?" Sebastian bertanya pada Reina.
"Berbuat apa? Aku tidak ada apa-apa dengan Lee. Aku hanya menolong Lee mengobati luka karena merasa bersalah atas pertikaian kalian. Apakah ini juga menjadi salahku?" Reina merasa kesal disalahkan terus menerus oleh Sebastian.
"Aku cemburu. Aku juga terluka, tetapi kamu mengabaikan aku."
"Maaf ... Aku tidak bermaksud mengabaikan kamu, Sebastian."
"Kamu mengabaikan aku begitu saja."
Sebastian menundukkan kepalanya dan merasa sedih. Pertemuan dengan Reina membuat akal sehat Sebastian makin tak karuan. Bahkan hari ini rasanya berjalan lambat karena Reina berangkat sekolah lebih awal dan menghindari Sebastian.
"Sebastian, mana bagian tubuhmu yang luka? Aku akan bantu mengobati."
Sebastian langsung memegang tangan Reina dan mengarahkan tangan lembut itu ke dada Sebastian yang bidang sambil berkata, "Di sini. Tepat di dalam hatiku yang sakit saat kamu dekat dengan lelaki lain."
Kalimat itu membuat Reina makin merasa tak karuan. Detak jantung Reina juga makin tak menentu. Kenapa rasa itu selalu ada saat bersama Sebastian? Apakah Reina menyukai Sebastian lebih dari sekedar sepupu?
Kejadian waktu itu ternyata dilihat oleh Lee dari kejauhan. Lee merasa curiga karena Reina pergi ke kamar mandi cukup lama dan arah berjalan keluar ruangan kesehatan bukan ke kamar mandi melainkan ke arah taman belakang sekolah. Lee merasa bingung melihat Sebastian dan Reina. Bukankah mereka adalah sepupu? Kenapa perlakuan Sebastian seakan lebih dari sekedar sepupu?
"Reina ... Aku mencintaimu. Aku ingin mendapatkan kamu dan melindungi kamu selamanya. Siapa pun itu, aku tidak akan biarkan orang lain melukai perasaanmu. Apalagi sampai mempermainkan perasaanmu." Lee mengira Sebastian akan melukai atau mempermainkan perasaan Reina.
Hari itu, sesuatu terjadi pada Lee, Reina, dan Sebastian. Ketiganya hanyut dalam pemikiran masing-masing tentang perasaan dan cinta. Apakah ini akan menjadi cinta segitiga? Sedangkan Reina masih belum yakin perasaan apa yang muncul setiap bersama Sebastian dan saat ini ada Lee yang penuh perhatian pada Reina.
Siang harinya, Reina pulang dengan Sebastian agar tidak menjadi masalah. Lee tidak mempersalahkan hal itu karena Reina sudah mengatakan tidak mau ada kekacauan lagi di sekolah karena takut ada masalah dan membuat Bibi Shelena akan marah. Lee memahami itu dan berusaha menahan rasa cemburu melihat Reina pulang dengan Sebastian.
Sebastian dan Reina pulang bersama naik bis karena Reina lelah untuk berjalan bersama. Sebastian baru pertama kali naik bis pulang dari sekolah dan langsung menjadi pusat perhatian para murid dari sekolah yang sama maupun sekolah yang berbeda. Reina cantik dan manis, tubuh langsing, dan kulit putih mulus. Pasti para murid laki-laki suka pada Reina. Sebastian berbadan kekar, tampan, dan keren. Pasti murid perempuan suka pada Sebastian. Mereka terlihat sebagai pasangan serasi jika tak tahu status sosial keduanya adalah sepupu.
"Ini yang menjadi alasan aku tidak mau naik bis. Pasti para murid melihat ke arah kita. Kamu terlalu cantik." Sebastian berbisik pada Reina.
"Aku tidak terlalu cantik. Mereka melihat ke arahmu yang tampan dan memiliki badan kekar. Murid mana yang berbadan kekar? Hanya sedikit, kamu termasuk langka!" Reina justru mengatakan dengan terus terang tentang pemikirannya selama ini.