Reina pulang dari kerja kelompok sekitar pukul tujuh malam. Lee mengantarkan Reina pulang karena Sean dan Paul dijemput oleh sopir dan orang tua mereka. Sedangkan Reina tidak ada yang menjemput karena Bibi Shelena sibuk.
"Maaf jadi merepotkan kamu, Lee."
"Aku tidak merasa direpotkan, Reina. Tenang saja. Nanti aku sekalian meminta maaf kepada Bibimu karena pulang larut malam. Meski ini baru jam setengah delapan malam, tapi aku yakin Bibimu sudah khawatir."
Lee sangat memperhatikan Reina dan khawatir kalau Bibi Shelena marah pada Reina. Padahal Bibi Shelena sama sekali tidak memikirkan soal Reina. Di rumah, Bibi Shelena dan Sebastian sudah selesai makan malam dan membereskan semua piring yang ada di meja makan. Mereka sama sekali tidak peduli soal Reina yang belum pulang karena kerja kelompok. Untung saja, orang tua Lee mengajak makan malam bersama sebelum Reina pulang. Sean dan Paul juga ikut makan malam di rumah Lee.
Sesampainya di rumah Bibi Shelena, Reina turun dari mobil yang dikendarai oleh sopir dari Keluarga Lee Jackie. "Terima kasih, Lee. Aku permisi dahulu."
"Tunggu, Reina. Aku akan mengatakan kepada Bibimu kenapa kita pulang cukup lama hingga malam. Bolehkah aku masuk?"
Reina merasa tidak enak jika menolak apa yang dikatakan oleh Lee. Reina pun mengizinkan Lee untuk masuk menemui Bibi Shelena. Heran saja, sikap Bibi Shelena menjadi berbeda saat melihat Reina pulang dengan Lee Jackie.
"Permisi, Selamat malam Bibi Shelena. Maaf kalau Reina pulang sampai malam karena kerja kelompok di rumahku bersama kedua teman yang lain. Perkenalkan, namaku Lee Jackie."
"Oh, selamat malam juga Lee Jackie. Senang berkenalan denganmu. Terima kasih sudah mengajak Reina kerja kelompok dan mengantarkan pulang."
"Iya, sama-sama, Bibi. Maaf kalau sudah membuat khawatir. Aku permisi dahulu karena besok harus berangkat sekolah awal. Terima kasih."
Reina merasa heran dengan bibinya yang langsung merasa bahagia melihat ke arah Lee Jackie. Baru saja Lee pergi dan Reina masuk rumah, Bibi Shelena langsung berubah menjadi seperti biasanya. "Kamu ini, dasar! Baru seminggu lebih berada di kota ini sudah mendapatkan lelaki kaya raya. Memang, ya, kamu ini berbeda dengan Sebastian! Ingat satu hal, jangan menyusahkan putraku di sekolah!"
Reina hanya mengangguk tanda paham karena percuma menjawab Bibinya yang sedang marah entah karena apa. Reina pun melangkah dengan gontai menuju ke lantai tiga kamarnya. Reina tidak melihat Sebastian ada di bawah dan kamar lelaki itu juga tertutup saat Reina lewat. Reina merasa hilang karena tadi saat berpisah di sekolahan terlihat kalau Sebastian tidak suka Reina pergi kerja kelompok bersama tiga teman lelakinya.
Saat Reina membuka pintu kamar, dia terkejut melihat Sebastian sedang tiduran di kasur dalam kamar Reina. "Sebastian?! Sedang apa kamu di sini? Bukannya kamu sudah memiliki kamar sendiri kenapa kamu berada di kamarku?"
"Oh, sudah pulang, ya? Sepertinya kamu senang kerja kelompok dengan lelaki yang setiap hari duduk di sampingmu saat sekolah. Ini juga sudah malam dan sepertinya kamu lebih menikmati kerja kelompok daripada di rumah."
"Aku sudah bilang dan meminta izin karena memang ini untuk mengerjakan tugas kelompok dari sekolahan. Lagi pula aku juga tidak hanya berdua mengerjakan tugas melainkan berempat."
Reina merasa tidak paham dengan yang dipikirkan oleh Sebastian. Sebastian pun langsung bangkit berdiri dari tempat tidur itu dan menatap tajam ke arah Reina. "Apakah kamu tidak merasakan sama sekali bahwa aku ini khawatir kepadamu?"
"Aku bukan anak kecil lagi dan aku ini juga hanya selisih usia dua sampai tiga tahun darimu. Jangan memperlakukan aku seperti anak kecil!" Reina mulai merasa kesal dengan sepupunya karena diperlakukan seperti anak kecil.
"Aku tidak memperlakukan kamu seperti anak kecil, tetapi aku ini ...."
"Kamu kenapa?!"
Reina masih merasa kesal dengan Sebastian. Sebastian langsung mendekat dan tubuhnya berada di depan Reina sambil memegang dagu Reina. "Aku cemburu."
Kata itu membuat Reina terkejut dan tidak bisa menjawab sama sekali. Cemburu? Ternyata Sebastian cemburu karena Reina dekat dengan Lee? Kenapa Sebastian cemburu? Bukankah Sebastian dan Reina adalah sepupu? Banyak hal yang langsung muncul di pikiran Reina dan membuat gadis itu hanya terdiam sambil menatap mata Sebastian tanpa berkedip.
Sebastian juga merasa heran bisa mengungkapkan apa yang dirasakan tanpa ragu. Satu ciuman pun langsung terjadi tanpa ada penolakan. Reina juga terdiam seperti terhipnotis. Sedangkan Sebastian langsung mengecup dan melumat bibir Reina yang manis seperti stroberi. Mungkin karena Reina menggunakan lip balm stroberi jadi bibir mungil gadis itu juga berasa stroberi.
Sebastian melumat bibir Reina dan menikmati hal itu dengan cukup kasar karena terbakar api cemburu. Sebastian tidak ingin gadis di hadapannya dekat dengan lelaki lain apalagi sampai disentuh atau dicium. Membayangkan saja sudah membuat Sebastian gila beberapa jam menunggu di dalam kamar Reina karena khawatir ada sesuatu hal terjadi. Entah apa yang merasuki Sebastian sehingga bisa melakukan hal itu kepada Reina. Rasa cemburu, over protektif, dan juga kekawatiran yang berlebih menguasai hati Sebastian dan mengubah lelaki yang biasanya tidak peduli dengan apa pun menjadi sensitif dengan Reina yang sedang didekati oleh lelaki lain.
Reina yang mulai sadar dari hipnotis tatapan mata Sebastian segera mendorong lelaki itu agar melepaskan ciuman panas tersebut. Sebastian mencoba untuk memeluk tubuh Reina, tetapi gadis itu menolak dan mendorong kembali. "Lepaskan atau aku teriak!"
Reina mengancam Sebastian agar tidak kembali dicium dengan kasar. Ciuman malam ini sangat berbeda dengan ciuman pertama mereka yang lembut dan penuh perasaan. Kali ini, Reina merasakan kalau ada amarah dan emosi yang tersembunyi di dalam diri Sebastian.
"Maaf kalau aku keterlaluan. Istirahatlah. Selamat malam."
Sebastian langsung pergi meninggalkan kamar Reina setelah mengatakan dengan rasa bersalah yang amat dalam. Sebastian sampai bingung apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sendiri? Apakah cemburu dan emosi membuat Sebastian menjadi hilang akal sehat? Sebelumnya sama sekali belum pernah Sebastian memperlakukan gadis seperti itu. Hanya baru kali ini, hanya dengan Reina. Apakah bisa perasaan itu tetap ada meski mereka adalah sepupu?
Reina langsung menutup pintu kamarnya begitu Sebastian keluar. Reina merasa detak jantungnya tak karuan dan selalu saja seperti ini jika berhadapan dengan Sebastian. "Tidak! Aku tidak boleh ada perasaan dengan Sebastian. Sebastian itu sepupuku. Bibi Shelena akan marah kalau tahu semua ini. Aku harus menjauhi Sebastian."
Reina menggelengkan kepalanya dan berencana untuk menghindari Sebastian. Entah apakah bisa untuk menghindar, tetapi Reina akan berusaha. "Mulai besok, aku harus berangkat dan pulang sekolah sendiri. Aku tidak mau terlalu dekat dengan Sebastian. Perasaan ini salah dan tidak bisa terus berlanjut."