Seminggu kemudian, keadaan di sekolah sangat drastis sejak Kezia dekat dengan Reina. Tidak ada murid yang berani mengganggu Reina apalagi para siswi kanan semua sudah mengetahui kalau Reina dekat dengan Kezia. Kezia memanfaatkan kesempatan ini untuk bisa tetap dekat dengan Sebastian. Perubahan di sekolah juga terjadi pada hubungan Reina dengan Lee Jackie. Mereka berdua semakin akrab karena Lee menyukai Reina.
"Ada tugas kelompok empat orang. Aku akan bersamamu, Reina." Lee ingin kerja kelompok bersama dengan gadis yang disukai olehnya. Lee tidak mau kehilangan kesempatan untuk lebih dekat lagi dengan Reina.
"Baiklah, tak apa. Aku juga senang bisa bekerja kelompok denganmu, Lee."
Tinggal dua orang lagi yang beruntung bisa bergabung dengan kelompok Lee. Para siswi dan juga siswa berusaha bergabung karena ingin dekat dengan Lee atau Reina. Namun Reina justru memilih berkelompok dengan dua orang yang sama sekali tidak mendapatkan kelompok karena bukan murid yang populer. Mereka berdua adalah Sean dan Paul. Lelaki yang dianggap tidak populer dan juga memiliki keluarga yang bermasalah.
"Lee, bagaimana kalau kita satu kelompok dengan Sean dan Paul? Sepertinya setiap ada tugas mereka berdua tidak mendapatkan kelompok yang baik." Usul dari Reina langsung disetujui oleh Lee.
"Baik, tak apa. Aku setuju agar tidak ada yang iri dan juga ribut. Lebih baik sekelompok dengan Sean dan Paul daripada dengan mereka." Lee tersenyum karena tahu yang lain hanya ingin dekat dengan Lee dan Reina, bukan untuk serius bekerja kelompok mengerjakan tugas.
Keputusan Lee dan Reina justru tidak disangka oleh murid lainnya. Mereka akan mulai kerja kelompok nanti sepulang sekolah di rumah Lee. Reina merasa senang karena kehidupan di sekolah sekarang jauh lebih baik dari pada awal masuk. Para siswa dan siswi lainnya merasa kecewa karena tidak bisa satu kelompok dengan Lee dan Reina.
"Terima kasih sudah mengajakku satu kelompok."
"Terima kasih juga sudah mengajakku." Sean dan Paul berterima kasih dengan Reina dan Sebastian yang mengajak satu kelompok.
Siang harinya saat pulang sekolah, Reina meminta izin pada Sebastian untuk kerja kelompok terlebih dahulu. "Sebastian, aku tidak bisa pulang bersamamu hari ini. Ada tugas kelompok dan aku akan mengerjakan dengan Sean, Paul, dan Lee."
"Baiklah, aku ikut." Sebastian hendak ikut kerja kelompok.
"Maaf, bukan bermaksud ingin menyela pembicaraan kalian tetapi kerja kelompok ini adalah tugas dari kelas kami jadi sepertinya Sebastian tidak perlu ikut." Lee terlihat tidak menyukai saat Sebastian mengatakan ingin ikut kerja kelompok padahal merupakan kakak kelas di sekolah.
"Oh, pasti kalian akan kerja kelompok di rumah Lee. Benar, bukan?"
"Iya, Sebastian. Tolong biar aku bekerja kelompok dan menyelesaikan tugas ini, lalu aku akan pulang ke rumah secepatnya." Reina takut tidak mendapatkan izin dari Sebastian.
"Baiklah. Terserah saja!" Sebastian langsung pergi meninggalkan Reina begitu saja. Reina bersama Lee, Sean, dan Paul akan pergi ke rumah Lee.
Reina ikut ke rumah Lee bersama Sean dan Paul menggunakan mobil yang menjemput Lee. Lee seperti biasa diantar sekolah dan dijemput oleh sopir pribadi yang menggunakan mobil. Lee merupakan anak orang kaya dan kedua orang tuanya memperhatikan betul kesejahteraan Lee. Perjalanan dari sekolah menuju ke rumah Lee cukup lama, sekitar tiga puluh menit menggunakan mobil. Sesampainya di sana, mereka berempat pun turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah yang sangat luas. Lee mengajak ketiga temannya masuk ke ruangan belajar.
"Ayo masuk ke ruangan belajar di sana. Kita mengerjakan tugas bersama di dalam ruangan saja karena di sini terlalu bising." Lee mengajak ketiga kawannya ke ruangan belajar.
Di rumah, memang banyak aktivitas yang dilakukan oleh asisten rumah tangga dan juga beberapa pegawai yang keluar masuk rumah untuk mengambil beberapa barang di gudang untuk dibawa ke pabrik. Orang tua Lee memiliki sebuah pabrik di dekat rumah. Jadi, mereka menggunakan sebagian area belakang rumah menjadi gudang.
"Lee, hebat sekali kamu memiliki rumah sebesar ini. Pantas saja teman-teman di kelas selalu ingin dekat denganmu dan juga berebut untuk satu anggota kerja kelompok." Sean merasa takjub melihat rumah Lee yang megah dan mewah.
"Ini semua milik kedua orang tuaku, bukan milikku. Kita fokus mengerjakan tugas saja dan jangan memikirkan hal lain, ok?" Lee bukan merupakan lelaki yang sombong atau memamerkan kekayaan orang tuanya. Lee lebih senang terlihat sederhana meski tetap saja penampilan dan wajah lelaki itu memancarkan kalau memang anak dari orang kaya.
"Aku salut padamu, Lee. Meski menjadi anak orang kaya dan populer di sekolahan tetap saja rendah hati dan tidak memilih teman." Paul sebenarnya juga anak orang kaya tetapi karena ayahnya terkena kasus korupsi, teman-teman di kelas tidak ingin dekat dengan Paul lagi.
"Kita sama-sama beruntung bisa menjadi satu kelompok dan akan mengerjakan tugas saat ini. Benar kata Lee, ayo kita fokus terlebih dahulu menyelesaikan semua tugas lalu kita bisa berbicara dan membahas banyak hal setelah tugas selesai." Reina tersenyum dan menengahi ketika lelaki yang sedang saling memuji.
Mereka berempat pun memulai mengerjakan tugas kelompok. Saat di tengah tugas, ada seorang asisten rumah tangga masuk membawa minuman dan juga camilan untuk mereka. Memang berbeda sekali kehidupan orang kaya dengan kehidupan orang yang pas-pasan. Reina merupakan anak orang kaya juga tetapi di rumah tidak ada asisten rumah tangga. Hanya saja ada orang yang akan membersihkan rumah setiap dua hari sekali.
Lee merasa bahagia bisa mengajak Reina ke rumah, meski hanya mengerjakan tugas kelompok bersama. Lee senang menatap wajah gadis itu dalam waktu yang cukup lama tanpa berkedip. Paul dan Sean paham kalau Lee menyukai Reina. Lee dan Reina memang terlihat seperti pasangan yang serasi. Sama-sama kaya raya dan juga populer, serta memiliki wajah yang cantik dan tampan.
Setelah selesai kerja kelompok, mereka pun mengumpulkan tugas pada Reina untuk dibawa. Kemudian mereka berempat pun berbincang bersama sambil menghabiskan camilan dan juga minuman yang tadi dihidangkan. "Kalian ini ... Apakah kalian berpacaran?" Paul tanpa ragu menanyakan hal itu.
Jelas saja pertanyaan itu membuat Lee dan Reina terkejut dan saling menatap serta bingung harus menjawab apa. "Emm, tidak! Kami hanya teman akrab." Reina langsung menjawab pertanyaan itu karena takut menjadi sebuah gosip yang akan menyebar di kelas dan di sekolahan.
Reina masih takut dengan ancaman para siswi di kelas tempo lalu soal dekat dengan Lee. Reina memang merasa nyaman bersama Lee, tetapi bukan berarti harus berpacaran.
"Oh, maaf. Aku kira kalian ini berpacaran karena memang cocok." Paul menahan tawa karena tahu Lee dan Reina pasti malu karena terlihat pipi mereka memerah.
Lee masih menatap Reina. Saat Reina menatap Lee, Lee pun malu dan mencoba mengalihkan pandangannya. Sean dan Paul tertawa melihat gerak-gerik Lee dan Reina yang sama-sama malu-malu tapi mau. Memang usia remaja merupakan hal yang indah bagi perasaan cinta bersemi.