Reina dan Sebastian akhirnya ikut dengan Kezia untuk pulang bersama menggunakan mobil mewah yang dikendarai oleh sopir pribadi Kezia. Kezia merasa sangat senang karena baru kali ini lelaki yang selama ini menjadi pujaan hatinya mau ikut pulang bersama dengan menggunakan mobil. Semua ini karena Kezia mendekati Reina. Ternyata benar perkiraan Kezia kalau Reina akan membuat Sebastian lebih dekat dengan Kezia.
"Apakah kalian memiliki waktu luang? Sebelum pulang ke rumah aku ingin mentraktir kalian makan siang." Kezia berharap lebih bisa pergi dan menikmati waktu bersama Sebastian.
Sebastian menatap Reina dan melihat apa tanggapan dari perempuan itu. "Emm, boleh juga. Terima kasih, Kezia. Ternyata kamu sangat baik." Reina menyetujui ajakan untuk makan siang bersama dengan perempuan yang menjadi gadis populer di sekolahan tersebut.
Sebastian tidak menyangka kalau Reina sangat lugu. Bagaimana mungkin Reina tidak tahu maksud dari Kezia mengajak makan siang hannyalah untuk dekat dengan Sebastian. Mungkin Reina memang lugu atau terlalu berpikir positif kepada orang lain sehingga tidak tahu maksud tersembunyi dari Kezia. Sebastian tidak mengatakan sepatah kata pun atau memprotes dengan keputusan Reina.
Sesampainya di sebuah restoran yang mewah mobil itu pun berhenti dan sopir memarkirkan dengan rapi. "Ayo, kita makan siang bersama!" Kezia sangat antusias karena baru kali ini Sebastian mau diajak pergi bersama tanpa menolak atau proses sama sekali.
Reina senang karena sudah lama sekali tidak pergi ke restoran mewah seperti yang biasanya orang tua Reina ajak di kota. Sebastian juga merupakan anak dari orang yang berkecukupan tetapi tidak terlalu suka bepergian tempat-tempat mewah. Jadi hal ini menjadi menarik bagi mereka berdua.
"Kezia, Terima kasih banyak sudah mengajakku dan juga Sebastian ke sini." Reina mengira kalau yang dilakukan oleh Kezia adalah demi menjadi teman Reina, padahal tidak.
"Sama-sama. Aku senang bisa makan siang bersama kalian berdua. Ayo masuk dan pilih menu yang kalian sukai!"
Mereka bertiga makan siang bersama. Kezia merasa senang bisa melihat Sebastian dan makan bersama. Makan siang itu terasa sangat hangat dan akrab. Sebastian yang jarang tersenyum, terpaksa tersenyum demi Reina. Namun Reina salah paham mengira Sebastian tersenyum karena makan siang bersama Kezia. Seketika Reina merasa sesak di dada dan rasa gemuruh yang entah kenapa hadir begitu saja. Apakah ini yang dinamakan rasa cemburu?
"Kamu kalau di dalam kelas jarang tersenyum. Ternyata senyummu manis sekali, Sebastian." Kezia kembali menggoda Sebastian sambil tersenyum.
"Tidak juga. Aku sering tersenyum meski di dalam hati." Jawaban dari Sebastian membuat Kezia tertawa.
Reina merasa kalau mereka berdua memang dekat, hanya saja saat ini Sebastian memiliki tanggung jawab untuk menjaga Reina. Reina mengira kalau semua ini membuat Sebastian senang. Padahal Sebastian terpaksa mau bicara dengan Kezia agar para gadis di sekolahan tidak mengganggu Reina. Sebastian tahu kalau Reina berperan penting di sekolahan karena merupakan pimpinan gadis populer di sekolah.
Setelah selesai makan siang bersama, mereka pun pulang. Reina tidak banyak bicara karena merasa canggung. Apalagi Kezia terlihat ingin selalu dekat dengan Sebastian dan mengajak bicara. Reina makin merasa tak menentu. Rasa cemburu menguasai hati dan pikiran Reina. Reina mencoba tenang agar tidak terlihat merasa cemburu.
Mereka pun masuk ke dalam mobil setelah selesai makan siang dan keluar dari restoran. Perjalanan dari restoran ke rumah Sebastian tidak terlalu lama. Setelah sampai, Sebastian dan Reina pun keluar dari mobil.
"Sampai jumpa, Sebastian dan Reina. Senang bisa makan siang dengan kalian!" Keiza pun melambaikan tangan setelah Sebastian dan Reina turun dari mobil dan hampir masuk ke pagar rumah.
"Iya, Kezia! Terima kasih!" Reina yang berseru menjawab karena tak mau Sebastian terus menerus tersenyum menatap Kezia seperti orang yang sedang kasmaran.
Reina pun langsung masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Sebastian. Reina merasa kesal dengan Sebastian yang tersenyum pada Kezia. Setelah masuk ke rumah, tidak ada Bibi Shelena di dalam rumah. Reina langsung naik ke arah kamar agar tidak bertemu dengan Sebastian yang sudah berjalan di belakang menyusul Reina.
"Reina!" Sebastian memanggil tetapi tak ada jawaban.
Reina bingung dengan perasaan cemburu yang berkecamuk. Apakah harus memberitahu pada Sebastian apa yang saat ini Reina rasakan? Sepertinya tidak mungkin menceritakan.
Sebastian menarik tangan Reina dan langsung memeluk tubuh Reina. "Aku tersenyum bukan untuk Kezia. Aku tersenyum untukmu. Aku ingin kamu bahagia di sekolah dan tidak mendapatkan masalah. Kezia bisa membantumu."
Seolah-olah Sebastian bisa membaca pikiran dan hati Reina. Perkataan itu diucapkan begitu saja oleh Sebastian dan membuat nyeri yang menusuk hati Reina tiba-tiba menghilang dan berganti detak jantung yang tidak karuan. Reina bingung dengan perasaan yang saat ini tak menentu. Kadang panas, kadang dingin, kadang iya, kadang tidak. Setelah bertemu Sebastian dan ciuman pertama yang terjadi membuat Reina merasa tak menentu.
"Lepaskan tubuhku! Aku mau ke kamar!" Reina mencoba mendorong tubuh Sebastian tetapi percuma saja tak bisa.
"Aku akan melepaskan kalau kamu tidak salah paham."
Reina makin bingung kenapa Sebastian berkata seperti itu? Kenapa Sebastian seolah-olah memperlakukan Reina spesial? Padahal mereka hanya sepupu. Apakah Sebastian sengaja membuat Reina merasa terlalu percaya diri atau agar salah sangka?
"Iya, baiklah! Aku tidak salah paham bahkan tidak memikirkan apa pun tentang kamu dan Kezia. Lepaskan tubuhku sekarang karena aku ingin pergi ke kamar!"
Reina mengatakan hal itu dengan kesal. Kesal dengan perasaan yang membingungkan itu. Bukan kesal kepada Sebastian.
Sebastian melepaskan pelukannya dan membiarkan Reina melangkah pergi dari tempat itu dan berjalan menuju tangga ke lantai tiga. Sebastian tahu kalau sebenarnya sepupunya masih merasa kesal dan salah paham atas apa yang terjadi saat makan siang tadi. Padahal semua yang dilakukan oleh Sebastian merupakan suatu cara agar Kezia mau melindungi Reina dari serangan para siswi yang tak suka dengan kehadiran Reina. Seperti tradisi yang ada di sekolahan elite itu, Sebastian tahu kalau gadis yang baru masuk sekolah dan terlihat lebih cantik daripada yang lainnya pasti akan mendapatkan permasalahan di sekolahan. Sebastian tidak menginginkan hal itu menimpa Reina.
"Semua ini demi kebaikanmu, Reina. Aku rela tersenyum meski itu hanya terpaksa agar Kezia tidak mengizinkan siswi sekolah mengganggu kamu."
Sebastian pun masuk ke dalam kamarnya. Merasa lelah memikirkan semua yang terjadi hari ini karena tahu kalau besok Kezia akan heboh di kelas dengan berita makan siang bersama Sebastian. Sebastian merasa jijik dan tak nyaman dekat dengan Kezia yang terlalu agresif. Andai tidak ada Reina, tak mungkin Sebastian mau makan siang bersama Kezia.