Chereads / Sepupuku Cintaku / Chapter 8 - Tatapan Tajam Membuat Jantung Berdebar

Chapter 8 - Tatapan Tajam Membuat Jantung Berdebar

Sebastian sudah selesai ganti pakaian dengan seragam bela diri. Dia bergegas menuju keluar untuk melihat apakah Reina baik-baik saja di sana. Ternyata banyak teman dan sesama murid bela diri yang menatap ke arah Reina. Entah mengapa Sebastian merasa tidak nyaman dengan hal tersebut.

"Sedang apa kalian semua di sini?! Jam latihan sudah dimulai!" Salah satu pelatih menggertak semua yang berkerumun menatap Reina. Mereka langsung kabur dan tidak berani menjawab.

Sebastian merasa bersyukur pelatih menggertak mereka semua sebelum dirinya merasa kesal. Reina memang cantik dan terlihat istimewa dengan bola mata berwarna biru yang sangat menarik, tetapi itu bukan berarti semua orang bisa mendekati Reina dengan seenaknya. Sebastian tahu kalau tidak semua orang bisa memperlakukan seorang gadis dengan baik. Sebastian khawatir kalau ada lelaki jahat yang akan mendekati Reina. Lagi pula, para gadis di kelas dan juga sekolahan sudah mulai terlihat tidak menyukai kehadiran Reina karena dianggap sebagai saingan yang sulit dalam kehidupan sekolah.

"Hei, aku latihan dulu!" Sebastian berpamitan sambil berlari kecil.

Reina pun menganggukkan kepalanya tanda paham. Lalu, Sebastian bergegas berlatih bela diri sore itu. Reina mengamati dari kejauhan dan merasa ada suatu hal yang aneh dalam benaknya. Melihat Sebastian yang berlatih hingga mengeluarkan keringat, rasanya sangat aneh bagi Reina.

"Apakah benar aku menyukai Sebastian? Tak mungkin! Lelaki itu sepupuku!" Reina berkata dalam hati sambil menatap Sebastian.

Bingung jantung terus berdetak kencang, Reina memutuskan untuk melihat media sosial di ponsel dan membalas beberapa teman dari sekolah lama yang mencari tahu apa yang terjadi pada Reina. Herannya, Reina belum berpamitan dengan teman-teman di sekolah lama dan hanya sedikit orang yang menghubungi untuk bertanya.

Beberapa pesan dari teman segera dibalas Reina. Ternyata berita tentang kedua orang tua Reina yang dianggap meninggal karena kecelakaan dan belum diketemukan tubuh mereka pun sudah menyebar di kota kelahiran Reina. Pesan dari kawan Reina pun membuat Reina merasa kurang nyaman karena membahas permasalahan itu. Sebenarnya Reina mencoba untuk tidak memikirkan karena selalu sedih ketika ingat orang tuanya.

"Hallo?" Salah satu teman Reina menelepon saat pesan dibalas oleh gadis itu.

"Iya, hallo."

"Reina, apakah kamu baik-baik saja? Aku tadi ke rumahmu, tetapi sepi tidak ada orang. Hanya saja ada hal aneh."

"Aku di rumah Bibiku. Hal aneh? Ada apa, Jolie?" Reina merasa bingung apa yang terjadi.

"Aku mengintip ke halaman belakang rumahmu. Di sana acak-acakan seperti ada yang baru saja memberantakkan rumahmu. Aku coba masuk lewat jalan yang biasanya kita gunakan kalau pintu depan rumahmu terkunci, aku melihat ada seorang lelaki seperti mafia di film action. Menakutkan!"

"Hah?! Mafia? Jolie, tolong jangan ke rumahku lagi. Aku takut ada hal buruk terjadi karena orang tuaku juga belum diketemukan. Aku yakin kalau orang tuaku masih hidup."

"Baiklah, aku tidak akan ke rumahmu lagi kalau kamu baik-baik saja di sana. Jaga diri baik-baik, Reina."

Setelah mendapatkan telepon dari teman akrab, Reina justru merasa bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi dengan kedua orang tuanya. Saat itu, ingin rasanya Reina bertanya pada Bibi Shelena apa yang sebenarnya terjadi dengan kedua orang tua Reina. Namun gadis itu mengurungkan niat karena Bibi Shelena tidak ramah dan sepertinya tak mungkin memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Papa, Mama, sebenarnya apa yang terjadi kepada kalian? Aku sangat khawatir." Reina merasa bingung dengan apa yang terjadi menimpa kedua orang tuanya.

Malam harinya, Reina dan Sebastian sudah sampai di rumah. Keduanya mandi dan ganti pakaian sebelum makan malam bersama Bibi Shelena. Bibi Shelena terlihat tidak menyukai Reina yang mengikuti Sebastian dalam latihan bela diri.

"Kenapa kamu ikut Sebastian tadi?" Bibi Shelena bertanya kepada Reina dengan raut wajah tidak suka.

"Maaf, Bibi. Aku kurang nyaman sendiri di rumah."

"Lain kali biasakan dirimu! Jangan menyusahkan Sebastian!" Bibi Shelena membentak Reina.

"Ma, aku yang mengajak Reina ikut. Jangan marahi Reina." Sebastian dengan nada datar menengahi hal itu agar tidak menjadi pertengkaran.

Bibi Shelena langsung terdiam saat putranya memberitahu hal itu. Bibi Shelena sangat menyayangi Sebastian sehingga apa pun yang dikatakan lelaki itu pasti akan dianggap suatu hal yang benar. Herannya, Bibi Shelena seakan-akan tidak menyukai adanya Reina di sekitar mereka tetapi tetap mau mengasuh hanya demi surat warisan yang ditinggal oleh kedua orang tua Reina.

Setelah selesai makan malam, Reina membereskan meja makan dan mencuci semuanya di wastafel dapur. Reina mulai terbiasa dengan semua ini karena memang gadis itu bukan anak yang manja dan termasuk mandiri. Kedua orang tua Reina selama hidup memang sibuk dan sering bepergian karena bisnis sehingga Reina yang sudah remaja sering sendirian di rumah. Maka dari itu Jolie sebagai teman sekelas Reina sering datang ke rumah untuk menemani Reina.

Setelah menyelesaikan mencuci semua piring dan alat makan, Reina pun berjalan menuju ke atas untuk beristirahat karena besok masih masuk sekolah. Herannya, Bibi Shelena sudah masuk ke dalam kamar dan Sebastian sepertinya sudah ke kamar juga. Reina pun melangkahkan kaki perlahan menuju tangga untuk ke atas. Berharap Sebastian tidak menunggu di lorong lantai dua. Jujur saja, Reina menjadi merasa canggung akan semua ini.

Ternyata saat Reina melewati kamar Sebastian, lelaki itu langsung meraih tangan Reina masuk ke dalam kamar dan membekap mulut Reina yang hendak teriak karena terkejut. "Jangan berteriak. Aku hanya ingin memberitahu." Reina pun menganggukkan kepalanya agar tangan Sebastian itu dari bibir Reina.

"Reina, jangan sedih kalau Mamaku seperti itu. Mamaku hanya sedang menyesuaikan diri dengan adanya kamu di sini. Maaf jika Mamaku berbicara keterlaluan." Sebastian berbicara lirih sambil menatap tajam mata Reina.

Reina menganggukkan kepalanya lagi dan mencoba melepaskan diri. Jantung Reina berdetak kencang saat Sebastian menatap tajam. Reina tidak mau ketahuan kalau merasa gugup dan canggung akan hal ini. Saat mencoba melepaskan diri lagi tiba-tiba Sebastian mengecup kening Reina. Hal yang menyebalkan! Membuat Reina kikuk dan jantung rasanya ingin meloncat keluar. Apa yang dilakukan Sebastian selalu mengejutkan Reina.

"Aku sudah berjanji akan menjagamu. Jangan khawatir."

Sebastian pun melepaskan tangan Reina dan menatap wajah gadis itu. Reina pun merasa makin bingung dan canggung. "Iya, terima kasih. Permisi." Reina memilih segera pergi dari sana sebelum makin salah tingkah karena Sebastian.

Malam itu, Reina sama sekali tidak bisa tidur karena masih membayangkan apa yang dilakukan Sebastian beberapa hari ini. Apakah Sebastian memang menyukai Reina lebih dari sepupu? Reina merasa bingung dengan semua itu karena jantungnya juga berdetak sangat kencang ketika dekat dengan Sebastian. Hal yang seharusnya tidak terjadi, benar-benar mengubah kehidupan dan cara pandang Reina pada dunia.