Sebastian mencegah Reina yang hendak naik ke lantai tiga. Lelaki itu dengan cepat memegang tangan gadis itu. Sebastian menatap Reina dengan tajam dan memojokkan tubuh Reina ke dinding.
"Reina… Rein atau rain adalah hujan. Apakah orang tuamu menemukanmu saat hujan?" Sebastian mengatakan itu dengan dingin tanpa ekspresi apa pun, hanya menatap bibir Reina.
Reina merasakan jantungnya berdegup kencang saat dia menatap wajah Sebastian dari dekat. "Aku tidak tahu apa yang kamu maksud?" Reina sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan sepupunya. Reina mencoba melepaskan diri dengan cepat meninggalkan tempat itu, tetapi tidak bisa. Tubuh Sebastian lebih besar dari Reina dan jelas lebih kuat sehingga Reina tidak bisa melepaskan diri dari pegangan tangan Sebastian.
Entah apa yang dipikirkan Sebastian, wajah lelaki itu mendekat ke wajah Reina dan kemudian bibir mereka bertemu. Ciuman pertama untuk Reina dan Sebastian. Entah kenapa Sebastian melakukan itu pada Reina yang benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Setelah beberapa detik yang terasa lama, Sebastian melepaskan ciuman pertamanya begitu saja. Melepaskan tangan Reina yang gemetar.
Reina yang merasa malu dan bingung langsung bergegas dari tempat itu menuju kamarnya. Jantung Reina berdegup kencang seperti akan meledak. "Gila! Kenapa Sebastian gila seperti itu?!"
Reina kesal karena dia bingung hal itu terjadi begitu saja. Reina memegangi bibirnya yang masih terasa basah dari ciuman pertama dengan sepupunya. Reina bingung dengan kata-kata Sebastian tentang orang tua Reina dan hujan.
"Lelaki yang aneh! Orang aneh! Awas saja, ya!"
Reina memasukkan semua barang yang dibelinya ke dalam kamar. Semua perlengkapan sekolah tadi diletakkan dan langsung gadis itu merebahkan diri di ranjang yang tidak begitu empuk. Reina merasa sangat malu dan tidak tahu bagaimana besok akan menjadi hari pertamanya di sekolah karena dia harus pergi ke sekolah dengan Sebastian dengan berjalan kaki. Reina malu karena ciuman pertama yang baru saja diambil oleh Sebastian.
Malam itu, saat duduk bersama di ruang makan, Reina merasa malu dan tidak berani menatap Sebastian. Bibi Shelena sama sekali tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang terjadi dan bertindak santai untuk menyelesaikan makan malam dengan cepat. Sementara itu, Sebastian beberapa kali menatap Reina sambil makan malam secara diam-diam. Sebenarnya, Sebastian mendengar percakapan dari pengacara orang tua Reina dan Shelena saat membahas surat wasiat. Ada banyak hal yang mencurigakan saat itu, tetapi Sebastian tidak mau ikut campur, apalagi dia sebentar lagi akan kuliah.
"Setelah selesai makan, cepat bersihkan meja makan dan juga cuci semua yang ada di belakang. Aku harus menyelesaikan beberapa hal. Setelah menyelesaikan itu, silakan kamu tidur karena aku harus pergi. Selamat malam!"
Shelena mengucapkan selamat tinggal untuk pergi setelah makan malam. Anehnya, Bibi Shelena memerintahkan Reina untuk membersihkan meja makan dan mencuci semua piring sebelum beristirahat malam. Baru hari kedua di rumah, Reina diperlakukan seperti pembantu rumah tangga. Menyebalkan!
Reina sama sekali tidak keberatan atau protes tentang hal itu. Reina memilih menuruti kata bibinya daripada membuat masalah. Setelah Shelena meninggalkan rumah, Sebastian mengikuti Reina ke dapur untuk membantu mencuci piring. Tanpa berkata apa-apa lelaki itu membantu Reina mencuci piring dengan menempel di bahu Reina. Semua karena tempat pencuci piring atau wastafel yang sempit, bukan karena Sebastian ingin bersikap tidak baik pada Reina.
"Jangan mendekatiku!" Reina menggertak Sebastian agar dia tidak menempel di tubuhnya.
Sebastian hanya diam dan melanjutkan mencuci piring tanpa melihat gadis di sampingnya. Niat murni Sebastian adalah membantu mencuci piring agar dia bisa beristirahat. Besok mereka harus bangun pagi karena berjalan kaki ke sekolah. Sebastian tidak pernah mau naik taksi atau bus karena merasa jalan kaki ke sekolah akan membuat tubuh lebih sehat. Beberapa gadis sekolah selalu mengganggu Sebastian ketika berjalan sendirian. Mungkin besok akan menjadi hari yang berbeda karena Sebastian berjalan menuju ke sekolah dengan gadis cantik, Reina.
"Jangan khawatir. Aku hanya membantumu menyelesaikan ini dan agar kamu segera beristirahat. Besok kita berangkat lebih awal karena kita akan berjalan kaki ke sekolah." Sebastian selesai membantu Reina, lalu meninggalkan gadis di dapur yang masih kaget dengan sikap dingin Sebastian yang ternyata perhatian.
Reina menunggu cukup lama untuk tidak bertemu dengan Sebastian di lantai dua lagi. Kejadian ciuman pertama tadi siang masih terngiang di benak Reina. Sungguh memalukan bertemu Sebastian. Kalau saja dia bisa bersembunyi, Reina pasti akan melakukan itu. Namun tidak ada tempat untuk bersembunyi bagi gadis itu. Bahkan sekarang, hanya rumah Bibi Shelena yang menjadi tempat terbaik bagi Reina untuk melanjutkan hidupnya daripada berlarut-larut dalam kesedihan memikirkan orang tuanya yang belum ditemukan dan dianggap meninggal.
Sebastian telah memasuki ruangan kamarnya. Dia benar-benar tidak ingin mengganggu Reina lagi. Sebastian menutup pintu dengan cukup keras agar Reina tahu bahwa sekarang itu aman untuk ke lantai tiga.
"Kurasa aku sudah terlalu jauh untuk mencium Reina. Tapi aku tidak bisa berhenti ingin menandai gadis itu untukku. Kenapa aku seperti ini?"
Sebastian bingung dengan pikiran dan perasaannya sendiri. Cukup mengejutkan bahwa ini adalah pertama kalinya Sebastian merasakan sesuatu yang aneh dan bergejolak di jiwanya. Bahkan ini ciuman pertama bagi Sebastian yang dilakukan tanpa berpikir panjang.
Reina langsung naik ke lantai tiga dengan berlari menghindari Sebastian. Jantung gadis itu masih berdebar kencang mengingat Sebastian. Hanya heran mengapa hal seperti ini terjadi di awal pertemuan? Seolah-olah Reina dan Sebastian memang memiliki perasaan dan pikiran yang sama. Namun mereka adalah sepupu, mereka tidak bisa begitu saja jatuh cinta, bukan?
Di pagi hari, Reina sudah mandi dan bersiap-siap ke sekolah dengan membawa tas dan perlengkapan lainnya. Gadis itu bersiap untuk sarapan bersama bibi dan sepupunya. Setelah sampai di meja makan gadis itu langsung mengambil sarapan yang tersedia dan makan dengan tenang.
"Jangan membuat masalah di sekolah karena kamu akan bersekolah di sekolah yang sama dengan Sebastian. Pastikan kamu mendapatkan nilai bagus juga agar kamu tidak mempermalukan aku atau sepupumu." Sekali lagi, Bibi Shelena memperingatkan Reina untuk tidak menimbulkan masalah atau menarik perhatian negatif saat bersekolah.
"Baik, Bibi. Reina akan mencoba yang terbaik." Reina hanya menjawab singkat agar bibinya tidak marah.
Sebastian juga menatap ibunya dengan heran, bertanya-tanya mengapa dia terus mengucapkan kata-kata itu kepada Reina. Padahal Reina tidak terlihat seperti siswa yang kurang cerdas atau pembuat onar. Sebastian sama sekali tidak keberatan berangkat sekolah bersama Reina.
Bahkan Sebastian merasa senang bisa pergi bersama Reina. Reina gadis yang canti dan menarik, kenapa harus ragu bersamanya?