Sore harinya, Reina telah sampai di sebuah rumah yang cukup luas di tengah kota yang jauh dari rumah Reina sebelumnya. Reina merasa sejak kecil belum pernah ke tempat itu sebelumnya. Melihat rumah Bibi Shelena Carroll, terlihat klasik dan sangat tenang, tidak seperti rumah-rumah lain di sekitar tempat itu. Halaman yang luas membuat rumah klasik berada di tengah dan tidak terjangkau dari luar dengan mudah.
"Selamat datang di rumah Shelena Carroll. Kamarmu ada di lantai tiga. Kamarku ada di lantai bawah dan di lantai dua adalah kamar sepupumu," ujar Shelena dengan bangga memperlihatkan rumahnya yang luas.
"Sepupu? Apa aku punya sepupu? Jadi, Bibi sudah menikah?" tanya Reina bingung karena dia sama sekali tidak mengenal Shelena Carroll apalagi sepupunya.
"Ya, aku sudah menikah dan bercerai. Anakku duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, sudah kelas akhir sebentar lagi lulus dan kuliah. Kamu akan bersekolah di sekolah yang sama dengan anakku, hanya saja umurmu berbeda. Jangan merepotkan anakku jika sudah satu sekolah dan jangan repot-repot mengajak bicara jika anakku tidak suka berkomunikasi denganmu, mengerti?!" Shelena Carroll tahu bahwa putranya tidak terlalu suka berkomunikasi dengan orang lain. Apalagi Reina Smith dan Sebastian Carroll tidak kenal sama sekali sejak kecil.
"Mengerti, Bibi. Aku sudah dewasa dan cukup tahu tentang diriku karena aku menumpang tempat tinggal di rumah Bibi. Jadi aku tidak akan mengganggu siapa pun di rumah ini, termasuk anak Bibi. Aku akan mencoba yang terbaik untuk tinggal di sini dan pergi ke sekolah dengan prestasi yang baik. Aku di sini sambil menunggu kabar dari Papa dan Mama." Reina masih percaya bahwa orang tuanya mungkin masih hidup karena jasad mereka belum ditemukan sama sekali. Shelena Carroll tidak peduli dengan kata-kata itu dan meminta gadis di depannya untuk segera naik ke ruang lantai tiga dan mengatur tempat itu sendiri.
Shelena Carroll sama sekali tidak merasa kasihan pada Reina. Apa yang dilakukan wanita itu semata-mata demi mematuhi wasiat dan juga mendapatkan harta dari orang tua Reina. Shelena tidak pernah akur dengan orang tua Reina. Bahkan tidak tahu bahwa Reina adalah anak tunggal. Shelena Carroll sudah lama tidak berkomunikasi dengan orang tua Reina. Shelena saat ini dalam krisis ekonomi, jadi wasiat itu benar untuk dilaksanakan karena memberikan benefit. Merawat Reina tidak akan sulit karena dia sudah remaja dan Shelena bisa mendapatkan keuntungan besar.
Reina Smith membuka pintu kamar di lantai tiga dan terkejut bahwa tempat itu jauh dari layak untuk digunakan sebagai kamar tidur. Lebih layak disebut gudang karena berdebu dan acak-acakan. Reina menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan mencoba lebih sabar. Gadis itu langsung membersihkan kamar yang berdebu dengan cara membuka jendela terlebih dahulu agar udara bisa berganti dengan yang baru. Aroma tidak enak karena pengap itu perlahan menghilang karena jendela dibuka oleh Reina.
Terlihat dari kejauhan ada seorang lelaki berjalan menuju rumah Shelena. "Apakah itu sepupuku yang dimaksud Bibi Shelena sebelumnya?" Reina menatap lelaki itu dan anehnya seolah lelaki itu tahu dan juga menoleh ke atas, mengangkat kepalanya untuk melihat ke lantai tiga. Keduanya saling menatap salam satu garis tak terduga selama beberapa detik.
Lalu Reina pun memilih untuk berpaling dan terus membersihkan kamar yang berdebu serta berantakan. Hari semakin larut dan Reina baru saja selesai merapikan semuanya hingga bisa berbaring di kasur tua. Reina menatap langit-langit ruangan yang masih dipenuhi sarang laba-laba cukup banyak.
"Ya Tuhan, apakah orang tuaku baik-baik saja? Aku masih berharap mereka berada di tempat dengan kondisi yang baik. Aku akan menunggu mereka dengan baik di sini. Aku akan menuruti kata-kata Bibi Shelena, pergi ke sekolah dengan baik, dan tidak merepotkan sepupuku di sekolah." Reina masih berharap orang tuanya akan kembali lagi. Gadis itu berusaha untuk hidup sebaik mungkin di rumah bibinya agar tidak menimbulkan masalah.
Reina yang merasa lelah setelah menata kamar malah tertidur. Gadis itu tidur nyenyak sampai malam karena lelah fisik dan pikiran. Saat sebuah suara memanggil nama Reina, gadis itu membuka matanya dan terbangun dengan terkejut.
"Kamu siapa?!" Reina segera bangun dan turun dari ranjang karena terkejut melihat lelaki di depan pintu kamar yang terbuka.
"Mama memintaku untuk mengajakmu makan malam. Ayo turun." Lelaki bernama Sebastian Carroll adalah sepupu Reina yang dibahas oleh Bibi Shelena. Sebastian segera meninggalkan kamar Reina dan kembali ke ruang makan.
Reina menggosok matanya dan bergegas ke ruang makan. Reina tidak ingin membuat bibinya menunggu karena takut Shelena akan marah. Jelas terlihat bahwa Shelena tidak ramah sama sekali pada Reina.
Memang benar, Shelena sedang menunggu Reina dengan wajah tidak senang. "Aturan pertama di rumah ini, jam sarapan dan makan malam adalah wajib dan tidak boleh terlambat. Perhatikan hal ini agar tidak membuatku menunggu!"
Reina langsung duduk di kursi dan meminta maaf terlebih dahulu. "Ya, Bibi. Maaf jika aku tertidur setelah membersihkan kamar."
Shelena tidak menjawab dan langsung mengambil nasi dan lauk untuk makan malam. Sebastian pun melakukan hal yang sama dengan ibunya tanpa memedulikan Reina yang merasa tidak enak dan meminta maaf meski tidak dibalas.
Hari pertama Reina di rumah Shelena Carroll tidak begitu baik. Reina mencoba berpikir positif untuk menjalani hari-hari yang ada dengan semangat. Meskipun semuanya membingungkan, Reina akan tetap di sana. Tidak mungkin Reina tinggal sendiri di rumah sementara orang tuanya memberikan wasiat kepada Bibi Shelena tentang perusahaan dan kehidupan Reina. Reina hanya berusaha menuruti apa yang dikatakan orang tuanya kepada pengacara dan juga Bibi Shelena.
Sebastian baru pertama kali melihat Reina Smith. Lelaki itu merasakan sesuatu sejak pertama kali melihat Reina. Entah tidak tahu perasaan apa itu, Sebastian sama sekali belum pernah merasakan hal itu sebelumnya. Ternyata Reina juga merasakan hal yang sama. Namun Reina berusaha untuk tidak memikirkan perasaan itu karena dia takut pada Bibi Shelena yang galak.
Perasaan aneh itu memang mengganggu bagi Reina, tetapi mengabaikan adalah jawaban yang benar daripada menjadi permasalahan. Herannya, Reina menjadi gugup dengan menatap lelaki yang berusia dua atau tiga tahun lebih tua darinya.
"Kenapa perasaanku jadi tidak karuan seperti ini? Apa yang harus aku lakukan? Sangat menjengkelkan perasaan aneh ini," batin Reina sepanjang duduk di kursi makan malam bersama Shelena dan Sebastian.
Setelah selesai makan, Shelena meminta Reina untuk membereskan meja makan dan mencuci piring karena Shelena sudah menyiapkan tadi. Jadi semacam bagi tugas agar Reina tahu pekerjaan di rumah juga. Terlihat kalau Reina seperti gadis manja yang terlalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya, padahal sama sekali tidak seperti itu.