Semua mata memandang ke arah Yuri, kelas itu berisi dua puluh satu orang termasuk Yuri. Mereka melihat Yuri yang terlambat di hari pertama mereka belajar sihir padahal ini adalah hari-hari yang paling Yuri inginkan dari kemarin, namun ia malah terlambat dan masuk disela-sela jam pelajaran.
"Apa yang lakukan, Yuri? Ini adalah hari pertamamu di semester dan sekolah baru, kenapa terlambat?" tanya Profesor Pilius merasa heran dengan Yuri yang sangat lamban daripada yang lain.
"Maaf, Profesor. Perutku tidak enak tadi pagi dan aku baru saja selesai keluar dari toilet," ucap Yuri berbohong, ia tidak akan mungkin mengatakan bahwa dirinya menjenguk Lolita sampai terlambat seperti ini.
Profesor Pilius mempersilakan Yuri untuk duduk, kelas pertama pagi ini hampir saja selesai dan mereka akan melanjutkan kegiatan sarapan pagi yang dilakukan setiap pukul tujuh.
"Jam pelajaran sudah berakhir, kalian harus ke ruang makan untuk sarapan. Seharusnya kelas pagi dilakukan setelah sarapan, namun karena ini pembukaan kelas, jadi dilakukan sebelum sarapan. Besok kalian tidak perlu datang sepagi ini, kalian harus sarapan lebih dahulu, lalu masuk kelas, paham?" tanya Profesor Pilius dengan tegas.
"Baik, Profesor Pilius! Terima kasih untuk kelas pertama ini," ucap seisi kelas dengan semangat. Setelah mengatakan itu akhirnya semua yang berada di kelas itu satu persatu keluar dari ruangan kelas hingga hanya ada Profesor Pilius dan Yuri.
Yuri menghampiri Profesor Pilius yang hendak keluar dari kelas, ia ingin tahu lebih banyak tentang dunia sihir karena tadi pagi ia terlambat dan tentu saja itu membuatnya sedikit kesal karena melihat Lolita yang dihukum, dia juga jadi terlambat ke kelas.
"Profesor, bisakah kau mengajariku sihir yang tadi kau ajari pada murid-murid saat aku belum masuk kelas? Tadi pagi aku sakit perut, jadi tertinggal," kata Yuri memberi alasan palsu agar Profesor Pilius percaya padanya.
"Apakah toilet pria berada di lantai dua di depan kamar nomor tiga belas?" tanya Profesor Pilius membuat Yuri mengerjapkan matanya beberapa kali tampak tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Profesor Pilius.
"A—Apa maksudmu toilet sudah pindah? Apa kau tahu apa yang aku lakukan saat pagi tadi?" tanya Yuri dengan wajah polos, sungguh ia tidak bermaksud untuk berbohong pada Profesor Pilius, namun ia takut untuk mengatakan bahwa ia menghampiri Lolita sehingga tidak bisa masuk ke dalam kelas.
Profesor Pilius mengangguk, namun ia tidak marah pada Yuri. Ia tahu tentang perasaan Yuri yang merasa sedih karena tidak bisa mengikuti kelas pagi tadi.
"Kau tidak bisa berbohong selama di akademi hankey pankey, semua berhubungan dengan sihir dan kebohonganmu akan dengan mudah terungkap. Akan lebih baik kau jujur dan tidak memberikan ucapan palsu, sekarang kau harus ke ruang makan karena sebentar lagi makanan akan siap," kata Profesor Pilius kemudian meninggalkan Yuri yang masih merasa frustrasi. Seharusnya ia tidak perlu mengetuk pintu Lolita dan bicara pada anak perempuan itu tadi pagi.
"Profesor! Maafkan aku karena membawa Lolita ke Hankey Pankey, sungguh aku tidak tahu dia bisa menyusahkanmu sedemikian rupa. Aku sungguh menyesal membawanya ke sini," teriak Yuri membuat Profesor Pilius tersenyum samar.
Namun, Profesor Pilius tidak berhenti dan menghilang ditangga menuju ruang makan membuat Yuri menghembuskan napasnya kasar.
"Profesor Pilius pasti marah padaku karena sudah membawa Lolita yang menyebalkan. Andai aku tahu anak perempuan itu sangat menyebalkan sudah pasti aku enggan membawanya masuk ke dalam akademi ini," ucap Yuri dengan wajah bersalah.
Dengan langkah cepat, Yuri langsung menuju ke ruang makan dan duduk di sebelah Alby yang tampak sudah bersiap untuk menunggu sarapannya.
"Semua di sini sangat senang karena kelas pertama Profesor Pilius menyenangkan. Sayang sekali kamu tidak melihat aksi Profesor yang sangat mengesankan," ucap Alby dengan wajah berbinar.
"Benarkah? Ah, andai waktu bisa diulang pasti aku akan sangat senang berada di kelas itu. Oh, ya, apakah kamu tahu bahwa Lolita dihukum? Apakah dia juga tidak diperbolehkan makan oleh Profesor?" tanya Yuri dengan wajah heran karena tidak melihat Lolita makan bersama mereka seperti makan malam kemarin.
Alby menoleh ke arah Yuri merasa terkejut karena Yuri membawa berita seperti itu. Ia tidak tahu jika Lolita dihukum oleh Profesor Pilius dan tidak boleh makan bersama mereka.
"Benarkah? Bukankah jika tidak boleh makan namanya kejam? Anak itu bisa sakit jika tidak boleh makan, memangnya dia buat ulah apalagi sampai Profesor menghukumnya?" tanya Alby merasa tak yakin jika Profesor Pilius menghukum anak didiknya tanpa sebab.
"Aku tidak tahu dia buat ulah apalagi, tapi sepertinya dia melakukan kesalahan fatal sampai dihukum seperti itu," kata Yuri yang masih melihat di antara teman-temannya masih tidak ada Lolita.
Alby mengangguk membenarkan ucapan sahabatnya, saat Alby akan bicara lagi ia melihat Profesor Pilius yang datang ke ruang makan dan memimpin di ujung meja.
"Anak-anak, makanan sudah di hadapan kalian. Makanlah sampai habis yang tidak habis kalian tanggung sendiri hukumannya," kata Profesor Pilius sambil tersenyum.
"Selamat makan, Profesor!" ucap mereka dengan antusias karena makanan di asrama Hankey Pankey begitu lezat dan sangat menggiurkan. Mereka makan dalam ketenangan tanpa ada yang bicara sedikit pun.
Sementara dari kejauhan Lolita memegangi perutnya merasa sangat lapar, namun jika ia bergabung hanya dia sendiri yang tidak memakai seragam penyihir dan pasti akan membuat semua orang mengejeknya karena dihukum.
"Aromanya sangat enak, aku akan menunggu sampai mereka selesai makan dan pergi dari ruang makan," kata Lolita kemudian duduk di ujung tangga melihat teman-temannya makan dengan lahap.
Profesor Pilius melirik ke ujung tangga dan tahu bahwa di sana ada Lolita yang sedang menunggu mereka selesai makan, namun Profesor Pilius tidak memanggilnya untuk makan bersama karena Lolita sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Dalam hitungan dua puluh menit, semua orang yang berada di meja makan telah selesai menyantap makanan mereka.
"Tersus Sursum!" ucap Profesor Pilius dan seketika piring dan gelas terlihat melayang ke arah tempat pencucian piring yang berada di belakang ruang makan. Dengan sihir, maka Profesor Pilius dapat melakukan semuanya dengan mudah.
"Lihatlah, di sini kita tidak perlu asisten untuk membersihkan asrama atau pun tukang masak untuk makan kita. Dengan kekuatan sihir maka semua akan lebih mudah, namun ingat bahwa sihir hanya untuk mempermudah aktivitas bukan untuk melawan sesama kalian. Apa kalian mengerti?" tanya Profesor Pilius membuat semua anak yang berada di ruang makan langsung mengangguk paham dan kagum dengan pria paruh baya itu.