Alby dan Jason melihat Yuri yang sedang mencari sesuatu di kamarnya sampai ia memeriksa beberapa kali tempat sampah yang berada di depan kamar asramanya itu.
"Apa yang kau cari, Yuri? Apa kau kehilangan sesuatu?" tanya Jason yang kamarnya berseberangan dengan kamar Yuri sementara Alby yang kamarnya bersebelahan dengan kamar Yuri menatap bocah itu dengan wajah heran.
"Seragam sihirku untuk besok tidak ada dan bukan hanya itu yang hilang melainkan ada sesuatu yang lebih penting hilang tanpa jejak dari kamarku," ucap Yuri dengan frustrasi. Ia bahkan ingat betul bahwa ia meletakkan buku diary yang selama ini ia simpan baik-baik di tasnya. Namun, sekarang buku itu lenyap bersama dengan seragamnya yang menghilang.
Kegaduhan membuat Profesor Pilius yang akan mengecek kamar satu persatu merasa penasaran akan sesuatu yang menimpa Yuri.
"Apa yang kau cari, Yuri? Aku melihatmu terlalu sibuk mengecek tong sampah di depan kamarmu," ucap Profesor Pilius yang berada di hadapan Yuri.
"Seragam sihirku dan buku yang sangat penting bagiku hilang, Profesor. Aku tidak bisa masuk kelas dengan seragamku yang kotor dan buku pentingku yang hilang. Aku akan mencarinya dengan teliti lagi," kata Yuri yang merasa sangat sedih buku diary yang ia simpan sejak setahun yang lalu hilang begitu saja.
Profesor Pilius melihat ke arah kamar nomor tiga belas, ia merasa curiga bahwa Lolita adalah dalang dari hilangnya seragam Yuri dan buku penting yang Yuri maksud.
"Carilah dengan teliti, untuk Lolita silakan ikut saya ke ruang kepala sekolah," ucap Profesor Pilius dengan tegas membuat Lolita merasa gugup dan ingin sekali menangis karena ia merasa bersalah dan menghilangkan barang milik Yuri meskipun tidak ada yang mengetahuinya hingga kini.
Lolita mengangguk dan mengikuti Profesor Pilius dari belakang, Jason melihat anak perempuan itu yang terlihat ketakutan dan membuatnya merasa curiga.
"Apa kalian tidak curiga dengan bocah perempuan itu? Aku merasa bahwa Lolita yang mencuri barang Yuri karena hanya dirinya yang berada di sini, kita semua sedang berada di kelas hari ini. Tidak mungkin di antara kita yang mencuri," ungkap Jason yang merasa curiga dengan Lolita.
Mendengar hal tersebut membuat Yuri menghentikan aktivitasnya, kemudian menatap Jason tidak percaya. Bagaimana bisa dia melupakan Lolita yang sedang menjalani hukuman dan tidak boleh masuk ke dalam kelas?
"Aku melupakan gadis kecil itu, dia pasti yang mencurinya karena dia sangat membenciku," ucap Yuri dengan wajah emosi membuat Alby menggeleng pelan dan mengusap punggung Yuri.
"Kita tidak boleh menuduh siapa pun juga, mungkin kamu lupa di mana kamu meletakkan benda-benda itu," ujar Alby yang tidak ingin Yuri bertambah marah dengan Lolita walaupun jauh di dalam lubuk hatinya ia memang tahu sudah pasti Lolita yang melakukan hal tersebut. Namun, Alby tidak ingin asrama ini menjadi gaduh dan memancing emosi semua yang berada di asrama tersebut.
"Memangnya siapa lagi yang berada di luar kelas selain Lolita, Alby? Semua tahu bahwa hanya Lolita yang dihukum dan tidak boleh masuk ke dalam kelas karena ulahnya sendiri. Bagaimana bisa kau mengatakan tidak boleh menuduh siapa pun?" tanya Jason dengan nada tak suka membuat Alby memutar matanya malas. Ia merasa tidak senang dengan Jason yang sering kali menghasut orang lain agar memanas.
"Ya, tapi tidak ada buktinya bahwa dia yang mengambil benda-benda itu. Setidaknya kamu harus membuktikannya agar kami bisa menyebutnya pencuri dan memberinya hukuman," ujar Alby dengan tegas membuat Jason terdiam karena memang benar yang dikatakan Alby bahwa dirinya tidak menemukan bukti akan hal tersebut.
Di lain sisi Lolita yang berada di ruang kepala sekolah terlihat menunduk dan tidak berani melihat wajah Profesor Pilius karena merasa bersalah dan juga merasa gugup.
"Apa yang telah kau lakukan dengan benda-benda Yuri yang hilang? Saya tahu bahwa kau yang menghilangkan benda tersebut," ucap Profesor Pilius menatap Lolita dengan tatapan tajam.
Sekarang Profesor Pilius paham mengapa Lolita berada di sini dan tidak bisa masuk ke dalam kelas sihir karena anak itu sangat nakal.
"Saya tidak mencurinya, Profesor. Kau bisa mencari di kamarku jika memang tidak percaya dengan ucapanku," ucap Lolita dengan tegas dan ia bersikeras bukan dirinya yang mencuri benda-benda yang dicari oleh Yuri.
"Lalu, kau ingin mengatakan bahwa Yuri lupa menaruh benda itu di tempat lain? Saya sudah pernah mengatakan padamu bahwa tongkat saya ini bisa mendeteksi keburukan seseorang dan ini memberitahukan bahwa kau tidak jujur." Profesor Pilius memperlihatkan tongkat sihirnya yang terus mengarah pada Lolita membuat anak perempuan tersebut merasa terintimidasi.
Lolita tidak menjawab apa pun juga karena ia masih sangat takut jika semua orang akan memarahinya.
"Lolita, saya berbicara padamu. Lihat saya dan katakan apa pembelaanmu dengan tegas karena jika kamu menutupi hal itu apalagi menyangkalnya maka seharusnya kamu tidak di sini lagi. Seharusnya kamu tidak akan berada di sini lagi karena jika hukuman tidak bisa membuatmu sadar, maka drop out adalah hal yang bisa membuatmu sadar akan kesalahanmu," ucap Profesor Pilius dengan tegas.
Mendengar hal tersebut, Lolita langsung bersimpuh di kaki Profesor Pilius. Lolita tidak bisa merelakan Hankey Pankey begitu saja, ia harus lulus dari sekolah itu jika ingin keluarganya menerimanya lagi.
"Tidak, jangan keluarkan aku dari Hankey Pankey! Aku mengakui kesalahanku yang sudah mencuri kedua benda yang Yuri cari. Aku merasa iri padanya karena dia mendapatkan nilai sempurna di kelas dan aku benar-benar tidak tahu bahwa buku diary Yuri begitu penting untuknya. Aku tidak membacanya, namun aku melemparnya ke jendela di kamarku lalu mengganti pemandangannya," ucap Lolita mengakui perbuatan kejinya pada Profesor Pilius.
"K—Kamu membuangnya ke lubang hitam? Benda-benda itu sudah pasti tidak akan bisa ditemukan lagi karena kamar nomor tiga belas adalah tempat di mana lubang hitam berada, itu adalah tempat pembuangan sampah yang tidak ingin kita lihat lagi. Bagaimana kau bisa seceroboh itu, Lolita? Bagaimana kau bisa menjelaskan ini pada mereka? Sudah bisa dipastikan Yuri akan hilang kesabaran karena jatah seragam di Hankey Pankey hanya dua buah perorang," kata Profesor Pilius menghela napas panjang.
Sihir mampu melakukan apa pun, namun sihir tetap saja tidak bisa mengembalikan apa yang sudah dilempar ke lubang hitam yang berada di kamar nomor tiga belas.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan?" tanya Lolita dengan wajah bingung dan juga ketakutan.
"Mengakulah pada Yuri dan biarkan Yuri pindah ke kamar nomor tiga belas dan relakan dua barang berhargamu untuk Yuri buang ke lubang hitam itu sebagai gantinya," ucap Profesor Pilius dengan serius.