Mendengar ucapan Profesor Pilius, Lolita merasa menyesal karena sudah melakukan hal bodoh itu. Andai saja dirinya diam di kamar dan tidak berniat jahat pada Yuri, pasti dirinya tidak berada di posisi saat ini harus merelakan kamar nomor tiga belas dan dua barang berharga miliknya untuk dibuang oleh Yuri.
"Itu sangat tidak mungkin aku lakukan Profesor, bisakah kau mengambil kembali barang-barang itu dengan sihirmu? Untuk kali ini saja lakukan sesuatu untukku agar aku tidak harus menahan malu di depan mereka," ucap Lolita membuat Profesor Pilius menahan kesal.
"Bagaimana bisa kau mengatakan itu pada kepala sekolah sekaligus penilik sekolah ini? Apa yang kau lakukan seharusnya kamu pikirkan matang-matang agar tidak merugikan dirimu dan juga orang lain. Setelah apa yang kau lakukan kau mau orang lain yang menanggung itu untukmu? Saya tidak tahu kamu pernah diajarkan tentang tanggung jawab atau tidak yang pasti di sini kau akan diajarkan tanggung jawab yang besar atas apa yang kau lakukan," ucap Profesor Pilius dengan wajah memerah menahan amarah.
Lolita berdiri dari posisi bersimpuh kemudian menatap Profesor Pilius dengan wajah kesal.
"Katakan saja bahwa sihirmu tidak sebagus penyihir yang lain dan kau pasti hanya membuka sekolah ini untuk keuntungan pribadimu. Aku menonton film bahwa apa pun bisa dilakukan dengan sihir, namun kau sering kali mengatakan bahwa kau tidak bisa melakukannya. Kau pasti penyihir palsu!" ucap Lolita dengan mata yang membulat menatap Profesor Pilius.
Ucapan Lolita membuat Profesor Pilius mengerjapkan matanya beberapa kali merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Lolita dan tiba-tiba saja Profesor Pilius tertawa merasa bahwa Lolita semakin tidak mengenal dirinya.
"Kau di sini untuk belajar bukan untuk menyuruhku untuk melakukan keinginanmu, jika kau masuk ke sini hanya untuk menyuruhku saja maka lebih baik besok kamu angkut semua barang-barangmu dari asrama ini sebelum sekolah ini diresmikan," ucap Profesor Pilius dengan tegas membuat Lolita merasa sangat sakit hati dengan Profesor Pilius kemudian ia pergi dari ruangan tersebut tanpa pamit sedikit pun.
Langkah Lolita terhenti di depan asrama Hankey Pankey, ia melihat sekolah itu dengan mata berkaca-kaca. Keinginannya untuk masuk Hankey Pankey begitu besar dan Lolita benar-benar mencintai sihir sehingga ia nekat untuk memulai karirnya menjadi penyihir di sekolah Hankey Pankey. Namun, saat ia masuk ke sekolah itu hanyalah menjadi parasit untuk semua orang di sekolah tersebut.
"Apa aku masih pantas menjadi penyihir? Semua yang berada di sekolah ini begitu niat memasuki sekolah ini dan belajar dengan benar. Namun, aku masih belum memulai sedikit pun di saat semuanya sudah mulai bisa menyihir dasar, akan tetapi aku hanya bisa melihat mereka." Lolita mengatakan itu dengan nada kecewa.
Gadis kecil itu kecewa dengan dirinya sendiri yang malah menjadi parasit di sekolah Hankey Pankey. Namun, beberapa kali Lolita merasa dirinya aneh karena ingin menjahili Yuri terus di antara banyaknya murid Hankey Pankey, Yuri yang menjadi target satu-satunya membuat Lolita merasa bingung.
Gadis kecil bermata bulat tersebut menghapus air matanya mencoba mengingat kembali apa yang ia lakukan pada Yuri selama ini karena dia benar-benar tidak sadar apa yang ia lakukan selama di asrama tersebut dan tiba-tiba saja ia dimarahi oleh Profesor Pilius.
"Aku harus mencari tahu ini," ucap Lolita kemudian ia berlari masuk ke asrama Hankey Pankey dan mencari keberadaan Profesor Pilius.
Profesor Pilius melihat gadis kecil itu yang terengah-engah berlari ke arahnya. Gadis itu memegangi tangan kanan Profesor Pilius membuat pria paruh baya itu menatap Lolita dengan wajah heran.
"Kau baru saja keluar dari asrama, kenapa kembali? Apa kau sudah memikirkan apa yang harus kau lakukan di sini?" tanya Profesor Pilius menatap Lolita. Lolita menggeleng cepat ia berusaha mengontrol napasnya yang tersengal-sengal terlebih dahulu baru menjelaskah apa yang ingin ia bicarakan pada Profesor Pilius.
"Aku merasa tidak adil dengan perkataanmu Profesor, aku melakukan hal tersebut secara tidak sadar seperti ada yang memerintahkanku untuk berbuat hal keji seperti itu. Apa kau bisa melihat bawa aku tidak akan bisa seperti itu pada kawanku dan terlebih lagi aku sangat ingin memasuki kelas, bagaimana bisa aku melakukan hal fatal lagi yang membuat aku terancam untuk dikeluarkan dari asrama ini?" tanya Lolita yang masih tidak bisa menerima bahwa dirinya melakukan itu secara sadar.
"Kenapa kau menanyakan ini padaku? Kau tanyakan saja pada dirimu sendiri mengapa kau seperti itu karena yang tahu adalah dirimu sendiri," ucap Profesor Pilius dengan nada tegas. Kalau tidak ditindak tegas seperti itu sudah bisa dipastikan Lolita akan mengulangi lagi kesalahan fatal itu.
"Tidak, aku tidak bermaksud menanyakan kesalahan itu padamu. Namun, aku bertanya apakah kau tahu semacam manusia dikendalikan oleh sesuatu? Seperti ilmu hitam yang mengendalikan orang itu padahal orang tersebut tidak menginginkan hal itu." Lolita mengatakan itu dengan serius.
Profesor Pilius melihat tidak ada kebohongan di mata gadis kecil itu yang ada hanyalah sebuah harapan agar pertanyaannya mendapatkan sebuah jawaban yang ia inginkan.
"Untuk sementara ini kamu bisa mengikuti kelas lagi karena seperti yang kau tahu bahwa tidak ada yang bisa melihatmu jika kau berada di luar kelas. Mulai sekarang kamu harus berada di dekat saya terus agar saya dapat memantaumu," ucap Profesor Pilius memberikan kesempatan lagi untuk Lolita karena ia merasa penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dan ia tidak yakin ada seorang anak yang nakal luar biasa seperti Lolita yang senang sekali melihat temannya kesulitan.
Lolita melihat Profesor Pilius dengan mata berbinar, ia sungguh tidak menyangka bahwa Profesor Pilius akan memberikannya kesempatan lagi yang tidak bisa ia dapatkan sebelumnya.
"Sungguh aku boleh masuk kelas? Sungguh aku bisa belajar sihir?" tanya Lolita dengan wajah sumringah membuat Profesor Pilius mengangguk membenarkan ucapan sang bocah perempuan tersebut.
"Terima kasih Profesor Pilius, aku benar-benar bersyukur karena kau adalah Profesor yang sanga bijaksana," ucap Lolita dengan wajah bahagia kemudian berlari ke lantai dua di mana asrama berada.
Sedangkan Yuri tidak sengaja mendengar percakapan Lolita dan Profesor Pilius membuat dirinya merasa kesal padahal Lolita sudah melakukan kesalahan fatal terutama dengan buku diary yang selama ini Yuri simpan baik-baik karena itu menyimpan beberapa kenangan penting yang tidak bisa Yuri ingat selamanya.
"Tidak seharusnya Lolita di sini, tapi kenapa Profesor malah memberinya kesempatan? Kenapa tidak mengeluarkannya saja dari asrama ini?" tanya Yuri dengan wajah tak senang karena Profesor Pilius begitu tidak profesional dengan apa yang sedang terjadi terhadapnya hari ini dan mengizinkan Lolita kembali ke asrama tersebut.