Chereads / Akademi Hankey Pankey / Chapter 14 - 14. Prestasi Yuri di kelas sihir

Chapter 14 - 14. Prestasi Yuri di kelas sihir

Lolita tampak tidak senang melihat kebahagiaan anak-anak di Hankey Pankey dan juga Profesor Pilius. Ia ingin menghancurkan asrama tersebut, namun ia ingat dirinya masih belum belajar sihir sedikit pun. Jika Lolita keluar dari asrama ini, pasti kedua orang tuanya sangat marah padanya dan ia diusir dari rumah.

"Profesor tua itu sangat menyebalkan. Bagaimana bisa aku mengikuti kelas dengan baik jika pelajaran dasar saja aku tidak tahu," ucap Lolita dari balik pintu kelas. Lolita berani mengikuti Profesor Pilius ke kelas sihir karena ia melihat tidak ada tongkat sihir di tangan pria tua itu.

"Mari semuanya lanjutkan pelajaran sihir yang sudah diajari kemarin, hari ini adalah ujian. Kalian harus bisa mengangkat benda dengan tongkat sihir kalian, caranya sama seperti yang sudah dipelajari. Ingat, mengendalikan dengan sepenuh hati membuat kalian mudah mengangkat benda." Profesor Pilius mengatakan itu dengan sungguh-sungguh sambil membuka buku absennya

"Apa kau sudah pelajari bagian dasarnya?" bisik Alby yang merasa khawatir karena sang sahabat yang pernah ketinggalan kelas sihir.

Yuri mengangguk cepat, ia sudah mempelajari semua yang diberikan oleh Alby dan mempraktikkan langsung.

Profesor Pilius melihat absennya dan ia memulai dari absen paling bawah yaitu Yuri.

"Yuri, ayo silakan maju dan pilih benda yang ingin kamu angkat dengan sihirmu," kata Profesor Pilius membuat Yuri sedikit gugup, namun ia tetap melangkah ke depan kelas dan melihat mata teman-temannya yang menatap dirinya. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengalihkan pandangannya dari Yuri, mereka menatap Yuri seolah meminta contoh sihir yang baik sebelum mereka maju bergiliran.

Yuri melihat tongkat sihirnya dan seragam penyihir yang setiap hari mereka gunakan selama di asrama sihir, rasanya tidak bagus jika ternyata dia tidak bisa mengangkat benda dengan sihirnya.

Dengan percaya diri dan penuh keyakinan, tangan kanan Yuri terulur menghadap vas bunga yang berada di meja Profesor Pilius.

"Leva!" ucap Yuri dengan percaya diri dan tidak butuh waktu yang lama, vas bunga yang tadinya diam mulai terangkat perlahan-lahan membuat Lolita yang sedang mengintip pun terkejut. Ia tidak tahu bahwa Yuri bisa melakukan hal itu, memang mengangkat benda dengan sihir bukanlah hal istimewa di dunia sihir. Namun, hal tersebut sangat istimewa untuk siswa Hankey Pankey tingkat 1.

"Astaga, dia bisa melakukan itu dengan baik. Dia pasti sungguh-sungguh belajar," gumam Lolita yang masih merasa tidak percaya dengan matanya yang melihat Yuri bisa melakukan itu dengan sempurna.

Profesor Pilius tersenyum bangga, setidaknya Yuri bisa dibanggakan bukan hanya sekadar membuatnya kesulitan.

"Nilai seratus, sempurna! Kau pasti benar-benar belajar, Yuri. Selamat," ucap Profesor Pilius dengan wajah sumringah kemudian seisi kelas juga bertepuk tangan atas keberhasilan bocah berusia sepuluh tahun itu.

"Selanjutnya Jason," panggil Profesor Pilius. Yuri melangkah kembali ke kursinya yang berada di belakang kelas bersama dengan Alby.

"Wah, kau benar-benar mempelajari sihir. Pasti Lolita akan kalah jika melawanmu nanti," ucap Alby memberikan kedua jempolnya, dia benar-benar kagum atas keberhasilan Yuri padahal bocah itu tidak masuk kelas saat pelajaran tersebut dimulai karena mengurusi Lolita.

"Aku tidak berniat bertengkar dengan seorang perempuan, kata ibuku seorang lelaki sejati tidak akan bertengkar dengan perempuan. Mengalah adalah hal yang penting untuk lelaki," ucap Yuri membuat Alby mengangguk cepat, bocah itu sungguh setuju dengan perkataan sang sahabat.

Lolita benar-benar merasa kesal dengan keberhasilan Yuri, padahal dirinya ingin Yuri tidak bisa mengendalikan sihir tersebut. Namun, ekspetasinya hancur begitu saja karena ternyata Yuri benar-benar bisa mengandalkan sihir yang diajarkan oleh Profesor Pilius.

Diam-diam, Lolita beranjak dari posisinya mengendap ke ruangan di mana loker siswa berada. Lolita melihat loker bertuliskan nama Yuri, ia langsung melangkah cepat dan melihat isi loker tersebut.

"Tidak ada hal penting di lokernya, aku harus membuatnya tidak betah berada di asrama ini." Lolita mengatakan itu sambil melihat isi loker tersebut dan alangkah terkejutnya Lolita ketika melihat sebuah buku kecil terselip di antara buku-buku sihir.

"Apakah anak lelaki menulis diary juga?" tanya Lolita sambil melihat sampul buku diary yang berwarna biru cerah dan terpampang nama Yuri dengan huruf kapital. Buku yang indah dan mampu membuat Lolita ingin memilikinya

Dengan cepat, Lolita mengambil buku tersebut dan membawanya ke kamar nomor tiga belas di mana dirinya akan berada selama di Hankey Pankey.

"Untuk ibu dan ayah—" ucapan Lolita terpotong dan ia langsung tertawa geli. Ia tidak sanggup melanjutkan membaca buku diary Yuri karena menurut Lolita itu sungguh berlebihan untuk anak lelaki.

"Sayang sekali buku sebagus ini hanya diisi curahan hati bocah," ucap Lolita kemudian menutup buku diary tersebut kemudian melemparnya ke luar jendela.

Lolita tidak peduli jika Yuri mencari buku kesayangannya itu, yang Lolita tahu ia ingin melihat Yuri terus menderita selama di asrama dan Lolita tidak akan membiarkan Yuri bahagia selama di asrama Hankey Pankey.

Lolita kembali melangkah keluar kamar dan melihat pintu kamar nomor empat belas yang berada di sebelah kamarnya. Timbul ide jahil dari otak Lolita, gadis kecil itu memasuki kamar Yuri yang terlihat sangat rapi dan tertata.

"Kamar yang bagus, tapi masih bagus kamarku dan aku beruntung karena merebutnya dari Yuri. Kalau tidak aku ambil kamar nomor tiga belas, mungkin Yuri yang kan menikmati kamar nomor tiga belas yang sangat spesial," gumam Lolita kemudian melihat seisi ruangan dan ia menemui seragam sihir Yuri yang akan menjadi cadangan jika seragam yang sedang dikenakan kotor.

Lolita mengambil seragam Yuri dari lemari bocah lelaki itu kemudian membawanya ke kamar dan menjatuhkannya ke luar jendela.

Jendela kamar nomor tiga belas berbeda dengan jendela kamar asrama yang lain. Jendela di kamar Lolita adalah jendela istimewa yang bisa berganti-ganti suasana tidak sesuai dengan apa yang berada di luar jendela Hankey Pankey.

Lolita tertawa renyah, ia pernah mendengar bahwa murid akan dihukum jika tidak mengenakan seragam mereka ketika berada di sekitar Hankey Pankey.

"Dia pasti akan terus memakai seragam baunya dan tidak akan pernah melepaskannya sampai liburan tiba," kata Lolita dengan wajah penuh kepuasan batin sambil menekan tombol untuk mengganti pemandangan.

Sementara di sisi lain Yuri dan Alby juga anak-anak yang lain telah selesai mengikuti kelas. Pukul enam sore adalah waktunya mereka terbebas dari mata pelajaran menyihir dan waktu untuk beristirahat.

"Ternyata melelahkan juga belajar menyihir, aku kira sangat mengasyikkan," keluh Alby sambil membawa beberapa bukunya dipelukan.

"Iya, betul. Ternyata menyihir bukanlah hal yang mudah, semuanya mendapatkan nilai tidak sempurna dan hanya Yuri yang bisa mendapatkan itu," kata Jason sedikit iri pada Yuri yang mendapatkan nilai sempurna.