Sejak perlakuan Profesor Pilius pada Lolita, semua anak di asrama Hankey Pankey merasa tertekan, mereka menjadi sangat takut pada Profesor Pilius dan sebagian dari mereka ingin menyudahi semester di Hankey Pankey.
"Aku ingin sekali kabur dan pulang ke rumah menemui kedua orang tuaku dan tidak balik lagi ke sini. Aku kira Profesor Pilius sangat baik, tapi ternyata dia memperlakukan Lolita seperti itu. Kalian lihat sendiri betapa Lolita kesakitan karena Profesor Pilius mendorong pintu kelas memakai sihirnya, tidak menutup kemungkinan kita akan diperlakukan seperti itu juga olehnya di masa yang akan datang," ucap Fredy dengan wajah khawatir.
Yuri dan Alby saling pandang, mereka berdua adalah yang membawa teman-temannya ke sini dan jika memang apa yang dikatakan oleh Fredy adalah benar, maka mereka berdua harus bertanggung jawab atas keselamatan teman-temannya.
"Kita tidak bisa mengatakan itu karena kita sendiri tahu Lolita memiliki sikap yang sangat buruk. Aku yakin bahwa Profesor Pilius yang paling paham tentang anak-anak didiknya, jadi biarkan saja ini menjadi urusan Lolita dan juga Profesor Pilius," ucap Yuri dengan tegas memperingati teman-temannya agar tidak merasa khawatir.
"Andai memang yang dikatakan Fredy memang benar, kita berdua yang akan menjadi jaminannya karena kami yang sudah mengajak kalian ke sini dan terdampar dengan rasa trauma," kata Alby dengan lugas membuat semua anak-anak yang berada di kelas melihat ke arah Alby.
Saat ini jam istirahat kedua dan tidak ada satu pun dari mereka yang keluar dari ruangan kelasnya karena merasa bahwa sekarang mereka harus lebih berhati-hati dengan Profesor Pilius yang sering kali menggunakan sihirnya dengan tidak terduga.
"Tapi, kalian juga masih seusia kami. Apa yang bisa kalian lakukan jika memang ternyata Profesor Pilius adalah penyihir jahat?" tanya Fredy lagi membuat Alby terdiam.
"Memang tidak ada yang bisa kami lakukan, tapi setidaknya kami akan berdiri di depan menjadi tameng agar kalian bisa keluar jika memang apa yang kalian katakan adalah benar," kata Yuri dengan antusias.
Fredy hanya bisa menghela napas pelan, rasanya Yuri selalu saja semangat padahal kemungkinan bahwa Profesor Pilius adalah penyihir jahat sangat besar.
"Jangan terlalu yakin seperti itu, Yuri. Kau dan Alby tidak akan bisa menyelamatkan kami dari Profesor Pilius dan pada akhirnya kita semua akan mati di tangan Profesor tua itu," ucap Jason dengan wajah kesal.
Yuri dan Alby menjadi gusar karena semua temannya tidak ada yang mendukung mereka dan malah menyudutkan mereka berdua.
Bel istirahat berbunyi kencang membuat semua yang berada di kelas terlihat frustrasi, mereka tidak ingin bertemu dengan Profesor Pilius. Namun, seolah waktu sengaja membuat bel istirahat berbunyi agar istirahat mereka segera usai.
"Kalian sudah di kelas? Kenapa tidak bermain ke luar kelas? Apakah kalian sangat bersemangat menerima pelajaran sihir?" tanya Profesor Pilius dengan nada ramah sementara semua murid yang berada di kelas terlihat sangat frustrasi dan ketakutan, kecuali Alby dan Yuri yang bersikap biasa saja dengan Profesor Pilius.
Kedua bocah itu masih yakin bahwa Profesor Pilius hanya emosi dengan Lolita dan tidak akan memberikan imbas kepada yang tak bersalah.
"Profesor, apakah ada hukuman untuk yang keluar dari asrama ini sebelum semester berakhir?" tanya Fredy mengangkat tangannya untuk bertanya pada Profesor Pilius. Yuri menutup matanya karena merasa tindakan yang dilakukan oleh Fredy bukanlah hal yang benar karena bisa saja Fredy menjadi korban selanjutnya karena terlalu lancang.
Profesor Pilius duduk di kursi guru sambil menaruh buku-bukunya kemudian melihat ke arah bocah berambut ikal yang duduk di depan Alby.
"Tidak ada hukuman sama sekali, sekolah ini adalah sekolah yang tidak resmi. Kalian bisa bebas keluar dari asrama ini kapan saja sebelum saya meresmikan sekolah ini setelah semester berakhir, kalian masih punya kesempatan jika ragu dengan Hankey Pankey," ucap Profesor Pilius dengan senyumnya yang selalu membuat Yuri dan Alby betah di asrama tersebut.
Fredy menurunkan tangannya kemudian mengangguk, tadinya ia berniat untuk keluar dari Hankey Pankey. Namun, mendengar penjelasan Profesor Pilius membuatnya mengurungkan niat.
'Asalkan aku bersikap baik, Profesor Pilius tidak akan memperlakukan aku seperti Lolita, benar?' batin Fredy sambil melihat beberapa temannya yang berpikiran sama dengannya.
"Apakah di sini ada yang ingin mengundurkan diri? Saya akan mencatatnya, saya lebih senang kalian bersekolah di sini dengan bahagia bukan dengan tekanan. Jika memang kalian merasa tertekan dan tidak sanggup, sihir menjadi hal yang menyebalkan untuk kalian dan saya tidak ingin kalian benci dengan sihir, di dunia sihir kalian sangat membutuhkan ilmu sihir. Jika kalian membenci sihir, itu artinya kalian membenci diri kalian sendiri dan membenci kehidupan ini," kata Profesor Pilius yang tahu bahwa semua anak-anak di kelasnya menjadi tertekan sejak kejadian di mana ia memberi pelajaran yang berarti untuk Lolita.
"Tidak ada Profesor, aku hanya ingin bertanya saja agar yang mungkin salah paham bisa mengerti dengan adanya penjelasan sistem asrama di Hankey Pankey, terima kasih telah menjawab," ucap Fredy dengan seulas senyum membuat semua yang berada di ruangan itu mengangguk membenarkan.
Profesor Pilius merasa terharu dengan dua puluh dua anak didiknya yang pertama. Dirinya begitu kejam dan tegas untuk mendidik semua anak-anak di Hankey Pankey, namun mereka masih ingin berada di asrama itu dan belajar sihir bersama Profesor Pilius.
"Terima kasih karena kalian masih memutuskan untuk berada di asrama ini walaupun saya tahu kalian takut dan ingin bergegas pergi dari sekolah ini sejak kejadian kemarin. Namun, jangan pernah melihat saya dari sisi buruk karena semua manusia mempunyai sisi buruk sendiri, akan tetapi lihatlah apa yang didapat dari sikap itu," kata Profesor Pilius dengan mata berkaca-kaca membuat Fredy menjadi tidak enak karena pertanyaannya membuat Profesor Pilius jadi bersedih hati.
Suasana di kelas jadi penuh haru, rasanya hal seperti ini membuat dirinya jadi mengetahui lebih banyak tentang murid-muridnya dan apa yang diinginkan anak-anak didiknya.
"Kami menyayangi Profesor, maaf karena aku menanyakan itu padamu, Profesor," ucap Fredy sambil menghampiri Profesor Pilius dan memeluknya.
Pria tua itu terharu melihat ketulusan hati Fredy yang meminta maaf padanya tanpa malu sedikit pun.
Semua anak-anak yang berada di dalam kelas langsung berdiri dan memeluk Profesor Pilius yang berada di kursi guru.
"Terima kasih atas ilmu yang kau berikan pada kami walaupun terkadang kami selalu membuat dirimu marah dan hilang akal, namun kau tetap bersikap baik pada kami," ucap Yuri dengan mata berkaca-kaca.
Di kejauhan, Lolita melihat semua teman-temannya yang memeluk Profesor Pilius. Wajahnya sangat kesal sekali melihat kebahagiaan itu