Semua anak-anak yang berada di kelas sihir melihat ke arah Profesor Pilius meminta jawaban atas apa yang telah pria itu lakukan pada Lolita. Mereka memang tidak pernah senang dengan kehadiran Lolita, namun jika melihat Lolita diperlakukan seperti itu rasanya hati nurani mereka seperti diacak-acak dan membuat diri mereka merasa tak nyaman.
"Saya tidak pernah menyakiti Lolita atau siapa pun di sini, saya hanya tidak senang bila aturan di sini dilanggar. Kalian masuk ke asrama ini artinya menyetujui apa pun aturan di sini, jika di antara kalian membuat suatu kesalahan maka akan dihukum. Bagaimana jika kasusnya seperti gadis kecil itu? Dia sudah dihukum dan lagi-lagi melanggar apa yang saya katakan? Saya tidak akan segan-segan bersikap kasar pada kalian seperti apa yang saya perlihatkan saat ini," ucap Profesor Pilius dengan serius.
Yuri, Alby dan yang lainnya tidak ada yang berani beranjak dari kursi mereka untuk menolong Lolita karena ucapan Profesor Pilius sangat terdengar mengerikan untuk anak-anak itu.
Sementara itu Lolita masih menangis karena dorongan tersebut sangatlah kencang dan membuat punggung dan juga kakinya sangat sakit.
Yuri menghela napas kemudian berdiri dari tempat duduknya membuat semua mata memandang ke arahnya. Bahkan Alby menarik tangannya agar kembali duduk dan tidak menjadi pahlawan kesiangan untuk Lolita.
Namun, Yuri menepis tangan Alby agar tidak ikut campur dalam masalah ini karena dirinya sudah mengambil keputusan nekat, ia tidak ingin Alby kena getahnya.
"Profesor, jika kau memang tidak senang dengan Lolita, alangkah lebih baik jika kau memulangkan ke keluarganya agar tidak membuat Lolita merasa lebih menderita lagi. Aku yang membawa Lolita ke tempat ini atas izin kedua orang tuanya, ada harapan di mata kedua orang tua Lolita. Rasanya terlalu kejam membiarkan Lolita berada dalam situasi yang tak nyaman, namun kau juga enggan memulangkannya," ucap Yuri dengan sungguh-sungguh terhadap Profesor Pilius.
Profesor Pilius melihat Yuri dengan ekspresi datar, ia tidak yakin Lolita akan berubah menjadi baik jika dibela seperti itu.
"Saya tidak pernah menyuruhnya untuk tetap di sini, sekali pun dia ingin pergi dari asrama ini memang tidak akan ada pengaruhnya terhadap saya dan asrama. Namun, dia yang memilih berada di asrama Hankey Pankey seolah ini adalah asrama sihir satu-satunya di dunia, kau bisa tanyakan pada Lolita jika tidak percaya ucapanku," ucap Profesor Pilius menantang Yuri.
Yuri melangkah menghampiri Lolita dan melihatnya yang masih berada di lantai dengan wajah kesakitan.
"Apa benar kau yang ingin menetap di asrama ini apa pun yang dilakukan oleh Profesor Pilius?" tanya Yuri dengan nada dingin membuat Lolita mengangguk membenarkan ucapan Yuri.
"Benar, aku di sini karena keinginanku untuk memperoleh sihir sangat tinggi. Asrama Hankey Pankey adalah sekolah sihir pertama di Inggris di saat semua orang tidak tahu cara menggunakan ilmu sihir, aku ingin menjadi orang yang tahu tentang sihir dan menyebarkannya pada orang lain." Lolita mengatakan itu dengan tulus.
Niat Lolita baik, namun perilaku gadis kecil itu seolah membuat niat baiknya tidak ada arti. Semua yang berada di kelas mendengar penjelasan Lolita dan mereka sangat menyayangkan perilaku Profesor Pilius yang sangat kasar dalam mendidik seorang murid yang masih sangat kecil itu.
"Dengar? Lolita bahkan tidak masalah dengan sikap saya karena apa yang saya katakan adalah sebuah kebenaran. Saya hanya tidak ingin lihat anak itu seminggu, tapi dia terus melanggarnya seolah hukuman tidak akan bisa membuatnya jera," ucap Profesor Pilius dengan nada kesal. Padahal Profesor Pilius berniat mengajari Lolita tentang pelajaran yang tertinggal oleh Lolita. Namun, anak itu malah menempuh jalannya sendiri tanpa sepengetahuan Profesor Pilius.
"Tapi—" perkataan Yuri terpotong karena Lolita yang langsung menghentikan ucapan Yuri.
"Maafkan aku, Profesor. Aku berjanji mulai hari ini akan terus berada di kamar sampai aku benar-benar bisa mengikuti kelasmu lagi," ucap Lolita kemudian membungkukkan tubuhnya sedikit dan berlarian meninggalkan Yuri yang masih terhanyut dengan perkataan Lolita.
Yuri masih merasa bahwa hal itu keterlaluan, namun Lolita yang sombong dan sering marah sekarang bisa setunduk itu.
"Apa yang kamu lakukan, Yuri? Apakah kamu akan terus berada di sana dengan wajah penuh keheranan? Masuklah agar bisa belajar lebih baik dan lupakan apa yang barusan saya katakan," ucap Profesor Pilius yang menghampiri Yuri yang masih terkejut dengan Lolita yang bersikeras untuk tetap berada di asrama itu padahal menurut Yuri seharusnya Lolita kembali ke rumahnya dan melupakan niatnya menjadi penyihir profesional.
"Apakah gadis kecil itu masih memiliki pemikiran yang normal, Profesor? Bagaimana bisa dia bertahan di sini dengan perlakuan yang tidak manusiawi?" tanya Yuri menatap Profesor Pilius dengan wajah penuh pertanyaan.
Profesor Pilius tersenyum dan membawa Yuri ke dalam kelas dengan wajah yang penuh arti.
"Yuri, kau tidak akan paham bagaimana semua anak-anak di sini adalah harapan orang tua. Mereka menempuh pendidikan sihir agar mempermudah pekerjaan keluarganya dan bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan instan, seperti kamu juga. Kamu pasti punya maksud tujuan sendiri masuk ke sini karena sesuatu," ucap Profesor Pilius dengan lembut.
Tiba-tiba saja Yuri teringat saat dirinya dan Alby datang ke Hankey Pankey, tujuan mereka begitu mulia karena ingin mengajari orang lain tentang sihir yang dapat mempermudah pekerjaan mereka. Namun, tampaknya Yuri sedikit melupakan tujuan awalnya ke sini.
"Kalian di sini pasti mempunyai tujuan yang begitu mulia untuk belajar sihir. Namun, sebagian dari kalian merasa hilang kendali saat sudah berhasil masuk ke sekolah ini, kalian melupakan tujuan awal masuk ke akademi Hankey Pankey jadi melakukan hal yang membuat diri kalian puas, tapi tentu saja itu salah dan membuat saya merasa marah," ucap Profesor Pilius dengan sungguh-sungguh.
Profesor Pilius marah karena sebagian dari anak-anak didiknya kehilangan arah dan enggan melihat tujuan awal mereka datang ke Hankey Pankey dan juga membuat tujuan Profesor Pilius membangun asrama sihir menjadi hancur.
"Tapi, apa yang kau lakukan pada Lolita itu begitu keras dan kami tidak setuju jika kau memperlakukan teman kami seperti hewan," ucap Alby yang menyahut dari kursi belakang membuat Profesor Pilius mengangguk.
"Mungkin sikap saya terlihat kejam dan memperlakukan Lolita seperti hewan, namun saya lebih berpengalaman menghadapi anak semacam Lolita. Kalian tidak perlu takut atau merasa kasihan karena cara itulah yang akan membuat Lolita merasa jera dan menyerah menjadi bocah nakal." Profesor Pilius berusaha untuk meyakinkan Alby, Yuri dan semua anak yang berada di kelas sihir itu. Mereka tidak bisa apa-apa lagi selain menyetujui cara Profesor Pilius yang terlihat keji.