"Yang benar saja, mana mau aku bersahabat karib dengan wajah Annabelle seperti dia," ucap Alby merasa kesal karena dituduh oleh Yuri padahal ia sama sekali tidak akrab dengan Lolita, bahkan baru saja Alby melintas di depan gadis itu, Lolita sudah menghindari tatapan dengannya.
Yuri terdiam, ia merasa bingung juga jika memang Alby tidak akrab dengan Lolita, lalu siapa yang menyebarkan gosip tentang Lolita?
"Lalu, kau tahu dari mana jika memang Lolita adalah nenek-nenek?" tanya Yuri yang masih penasaran dengan kabar yang diberikan oleh Alby.
Alby langsung menarik tangan Yuri untuk mendekat kemudian ia menempelkan jari telunjuknya di hidung agar Yuri tidak berisik dan berteriak kencang karena terkejut.
"Aku dan beberapa anak lainnya semalam mendengar suara nenek-nenek dari kamar nomor tiga belas lumayan kencang dan membuat kami penasaran. Namun, saat kami sudah sampai di depan kamar nomor tiga belas, kami menundukkan kepala dan mengintip Lolita yang sudah berubah menjadi nenek-nenek dengan tubuh yang sama persis seperti yang biasa kita lihat," ucap Alby sambil melihat ke kanan dan juga kiri memastikan agar tidak ada yang mendengar perkataannya.
Alby tahu bahwa itu adalah rahasia umum dan semua anak yang bersekolah di Hankey Pankey sudah dipastikan tahu hanya Yuri yang baru tahu karena Yuri sudah tertidur saat kejadian.
Yuri merasa syok karena hal tersebut tidak masuk akal dan tidak dapat diterima oleh akal sehat siapa pun juga.
"Apakah Profesor Pilius tahu?" tanya Yuri yang sekarang merasa seram dan berhati-hati pada Lolita karena ternyata Lolita adalah seorang nenek-nenek dan sekarang Yuri baru paham mengapa Lolita menjadi gadis yang sok berkuasa dan ingin dihormati karena dia adalah nenek-nenek.
Alby menggeleng dan mengisyaratkan agar Yuri tidak mengatakan itu pada Profesor Pilius karena jika itu sampai ke telinga Lolita, artinya nasib mereka tidak baik dan harus berhubungan dengan Lolita yang mempunyai wajah seperti boneka Annabelle yang menyeramkan, mungkin karena itu pula tidak ada yang mendekati Lolita di asrama ini.
"Kita harus menutupi ini dari Profesor Pilius, jangan sampai beliau tahu dan mengusir Lolita dari asrama ini," kata Alby yang masih merasa bahwa Lolita adalah nenek sihir jahat yang menyusup ke asrama Hankey Pankey.
"Seharusnya kita mengatakan ini pada Profesor agar Profesor bisa mengusirnya. Bukankah lebih bahaya jika dia menjadi lebih berkuasa di asrama ini?" kata Yuri yang berniat untuk mengusir Lolita dari asrama tersebut.
Alby menggeleng pelan, sejujurnya ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika semua orang mengusir Lolita. Namun, yang ia tahu itu bukanlah hal yang baik dan rasanya tidak manusiawi.
"Dia tidak berbahaya, hanya saja akan lebih berbahaya jika dia belajar ilmu sihir dari asrama lain dan dia dendam lalu kembali ke asrama ini menantang kita semua. Akan lebih baik mempertahankan bocah ini di sini karena jika di sini kita bisa tahu sejauh mana perkembangan sihir yang dapat ia gunakan," ucap Alby memberi alasan yang masuk akal di telinga Yuri.
Andai saja Alby tidak mengatakan itu, mungkin Yuri sudah bertindak gegabah dan berusaha membuat Lolita diusir oleh Profesor Pilius karena menyamar menjadi anak berusia sembilan tahun.
Waktu istirahat telah usai dan kini Alby, Yuri dan yang lainnya sudah berada di kelas dengan tertib, kecuali Lolita yang masih berada di kamarnya berusaha membaca buku pemberian sang ibu yang sudah meninggal. Ia bertekad ingin menjadi penyihir profesional dan sangat berharap di akademi Hankey Pankey ia bisa meraih status sebagai penyihir Profesional.
Namun, sayangnya perjalanan Lolita tidak mulus karena Lolita bertingkah gegabah memasuki ruangan Profesor Pilius yang berakhir dihukum selama seminggu tidak boleh keluar dari kamar tidurnya dan tidak boleh memasuki kelas otomatis Lolita tidak akan bisa mengejar ketertinggalan tersebut.
"Seharusnya aku tidak bersikap bodoh seperti kemarin, andai saja kemarin aku tidak terobsesi dengan sihir. Mungkin sekarang aku sudah berada di kelas dengan teman-teman yang lain dan tidak tertinggal pelajaran." Lolita mengatakan itu dengan wajah sedih dan kecewa karena sikapnya sendiri yang ceroboh.
Gadis kecil itu mengintip di balik jendela, ia mendengar suara teman-temannya yang sedang belajar di kelas dan rasanya ia ingin sekali menerobos penjara ini dan belajar bersama yang lain.
"Yuri pasti dia sudah belajar sihir dan pengetahuannya lebih tinggi dariku. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tahu bahwa aku akan dihukum selama seminggu hanya karena memasuki ruangan Profesor Pilius yang tidak bagus itu," kata Lolita mulai khawatir karena jika ia masih berada di kamar sementara dalam seminggu ke depan sudah dipastikan banyak pelajaran yang Yuri dapat untuk mengalahkan dirinya.
Lolita merasa khawatir karena jika memang benar seperti itu, pasti jika sudah tiba hari pertarungan mereka, Lolita akan kalah dari Yuri padahal dia yang mengajaknya bertengkar ketika semester telah usai dan mereka sudah lumayan mahir dalam menggunakan sihir walaupun masih tingkat 1.
Dengan keberanian yang tersisa, Lolita mengendap-endap ke kelas dan mencuri dengar apa yang hari ini diajarkan oleh Profesor Pilius. Namun, lagi-lagi Lolita harus ketahuan oleh Profesor Pilius.
"Sepertinya teman kita ada yang ingin bergabung padahal masih dalam masa hukuman," ucap Profesor Pilius membuat semua anak yang sedang belajar sihir dengan serius melihat ke arah yang ditunjuk oleh Profesor Pilius.
Lolita terbelalak karena tidak tahu Profesor Pilius bisa mendeteksi keberadaannya di luar kelas padahal dirinya sudah berhati-hati agar tidak terlihat oleh Profesor Pilius.
"Siapa Profesor? Di sana tidak ada orang," ucap Yuri merasa bingung mengapa Profesor Pilius hanya melihat ke satu titik di pintu masuk yang berada di belakang kelas.
"Betul, Profesor. Di sana tidak ada apa-apa," kata Alby yang merasa heran dengan ucapan Profesor Pilius yang mengatakan seolah-olah ada seseorang yang bersembunyi di balik pintu belakang kelas.
Dengan gemas, Profesor Pilius langsung mengarahkan tongkat sihirnya ke arah pintu tersebut dan membukanya dengan kencang membuat Lolita terlempar dengan keras ke arah tembok membuat Lolita kesakitan dan menangis.
"Kalian lihat? Saya bisa mengetahui dan mendeteksi seseorang berada di sekitar saya atau tidak karena tongkat ini selalu memberitahu saya," ucap Profesor Pilius dengan wajah masam melihat ke arah Lolita.
"Profesor, apakah tidak terlalu kejam caramu membuat Lolita kesakitan seperti itu? Aku merasa caramu mendidik begitu kejam," ucap Yuri yang masih menatap Lolita dengan wajah miris. Walaupun gosip sudah menyebar di asrama kalau Lolita adalah seorang nenek-nenek, namun Yuri masih merasa cara Profesor Pilius bukanlah hal yang baik dalam mendidik.