Chereads / Akademi Hankey Pankey / Chapter 8 - 8.Hukuman untuk Lolita

Chapter 8 - 8.Hukuman untuk Lolita

Lolita yang mendengar langkah kaki itu langsung bersembunyi di bawah kolong meja kerja Profesor Pilius. Jantungnya berdegup kencang, ia berharap dengan tubuhnya yang kecil bisa lolos dari Profesor Pilius.

Lolita membekap mulutnya agar tak mengeluarkan suara apa pun selagi Profesor Pilius berada di ruangan tersebut. Suara langkah kaki semakin dekat dan membuat gadis kecil itu merasa sangat ketakutan, tidak seharusnya dia berada di sana.

Kaki Profesor Pilius berhenti tepat di depan meja kerjanya kemudian melihat ke kolong meja tersebut dengan senyuman yang tak bersahabat. Lolita berteriak karena ia tidak menyangka bahwa sang Profesor tahu dirinya berada di ruangan tersebut padahal tadi Lolita yakin bahwa Profesor Pilius sudah pergi jauh dari ruangannya.

"Sedang apa di sini? Apa kau tidak pernah diajarkan sopan santun oleh kedua orang tuamu?" tanya Profesor Pilius yang tampak tidak suka dengan anak gadis satu-satunya yang berada di Hankey Pankey.

Lolita menunduk, ia hendak menangis tapi ia berusaha agar tidak menangis di depan Profesor Pilius. Dengan pelan, Lolita keluar dari kolong meja dan tak berani menatap wajah Profesor Pilius sang kepala sekolah dan penilik asrama tersebut.

"A—Aku tidak bermaksud mengacak ruanganmu, Profesor. Maaf jika sikapku membuatmu kesal dan marah, jangan keluarkan aku dari sekolah ini," ucap Lolita dengan suara yang bergetar.

"Saya tidak peduli dengan permintaan maafmu, ini adalah asrama saya, peraturan saya. Semua peraturan dikatakan dengan jelas sebelum kalian menjadi murid di asrama ini, tapi kamu melanggar jam malam dan sekarang kamu juga masuk ke ruangan kepala sekolah. Besok saya tidak ingin lihat kamu masuk kelas, tidurlah di kamarmu dan renungkan kesalahanmu," kata Profesor Pilius kemudian menyuruh Lolita untuk keluar dari ruangannya.

Setelah Lolita keluar, gadis berusia 9 tahun itu terlihat sangat sedih dan ingin menangis kencang. Namun, ia tahan karena Lolita tidak ingin teman-teman di asrama ini tahu bahwa dirinya baru saja dimarahi oleh Profesor Pilius.

"Anak-anak ini kenapa selalu saja membuat ulah? Semester pertama baru saja dimulai besok, tapi gadis itu sudah membuat ulah lagi. Untung tongkatku multifungsi, kalau tidak ada tongkat ini sudah bisa dipastikan bahwa aku tidak bisa tahu ada penyusup di ruanganku." Profesor Pilius merasa bersyukur karena memiliki tongkat multifungsi itu.

Dengan gerakan sihir, Profesor Pilius langsung mengunci ruangannya dengan ilmu sihir yang ia miliki. Ruangan itu adalah tempat penyimpanan peralatan sihir yang paling modern dan terbaru. Bahkan saat siapa pun yang tidak bisa menyihir asalkan dirinya yakin bisa menyihir, peralatan itu akan membantu mereka. Oleh karena itu, Profesor melarang semua penghuni asrama Hankey Pankey ke ruangannya karena peralatan itu bisa menjadi baik atau pun bumerang untuk pemakainya.

"Sekarang, aku dapat beristirahat dengan tenang karena kamar ini sudah dilindungi oleh ilmu sihir, siapa yang mendekati pintu ruangan ini sudah bisa dipastikan dia akan terlempar jauh dari posisinya." Profesor Pilius mengatakan itu dengan penuh senyuman seperti baru saja mendapatkan hadiah. Rasanya ia bisa tenang meninggalkan ruangan itu kapan saja.

Di dalam kamar Lolita, gadis kecil itu menangis. Maksud hati ingin belajar sihir mendahulukan Yuri dan Alby agar dirinya dapat melawan Yuri dengan tingkatan yang lebih tinggi, namun ternyata hal itu hanya sebuah kesia-siaan karena mulai dari pagi nanti sampai seminggu ke depan, Lolita tidak boleh masuk kelas apa pun walaupun sudah meminta maaf.

"Ini sungguh tidak adil, aku tidak mengacak ruangannya atau menyentuh peralatan tentang sihir dan aku juga tidak mengacau. Namun, mengapa Profesor Pilius terlihat membenciku sampai aku tidak boleh masuk kelas?" tanya Lolita yang merasa bahwa hal tersebut tidak adil.

Beberapa kali Lolita merasa bahwa hukumannya tidak adil, namun karena sudah terlalu lelah beraktivitas hari ini, Lolita memilih untuk tidur.

***

Pagi ini semua anak-anak di asrama Hankey Pankey bangun dengan penuh sukacita karena ini adalah hari pertama mereka akan belajar mengenai sihir, terlebih Yuri yang akan belajar sihir untuk mengalahkan Lolita. Rasanya hari ini seperti surga untuk Yuri.

Dua puluh satu kamar terbuka secara bersamaan, namun satu kamar nomor tiga belas tidak terlihat sedikit pun batang hidung penghuni kamar tersebut membuat semua orang merasa janggal.

"Ada apa dengan kamar nomor tiga belas? Apa dia masih tidur?" tanya Alby yang melihat kamar Lolita dengan wajah heran karena hanya kamar itu yang masih tertutup rapat.

"Tidak mungkin dia masih tidur, dia bahkan tidak bisa tidur di tempat asing," bisik Yuri yang masih yakin bahwa Lolita tidak akan bisa tidur di tempat asing seperti ini.

"Kau tahu dari mana?" tanya Alby yang merasa tidak yakin dengan ucapan sahabat karibnya.

"Aku mendengarnya berbicara pada Profesor Pilius sebelum jam malam, aku yakin Profesor Pilius semakin tidak menyukainya," kata Yuri pelan.

Yuri sebenarnya merasa kasihan dengan Lolita, gadis itu masih berusia sembilan tahun. Namun, sikapnya begitu buruk dan membuat orang lain kesulitan dengan dirinya.

Semua anak-anak dengan seragam penyihir pergi meninggalkan blok C di mana kamar-kamar asrama berada menuju blok D di mana kelas sihir berada. Masih di lantai dua, namun karena sekolah Hankey Pankey begitu besar sampai lantai dua masih cukup diisi oleh kelas-kelas dan juga kamar asrama.

Namun, Yuri masih berdiri di depan kamar nomor tiga belas, ia merasa kasihan pada Lolita jika tidak dibangunkan sudah pasti dia bisa terlambat dan dimarahi lagi oleh Profesor Pilius.

Yuri memutuskan untuk mengetuk pintu kamar nomor tiga belas, ia masih merasa penasaran mengapa Lolita tidak keluar kamar dan bersiap-siap ke kelas.

"Lolita, apa kau di dalam? Hari sudah siang, kelas sedikit lagi dimulai. Kau pasti akan dimarahi jika terlambat," kata Yuri yang masih berusaha membuat Lolita keluar dari kamarnya.

Lolita yang mendengar perkataan Yuri benar-benar merasa kesal dan merasa bahwa Yuri sedang mengejeknya karena dia dihukum tidak boleh masuk ke kelas.

"Hei, apa kau sedang ingin mengejekku? Aku sedang dihukum dan tidak boleh masuk kelas! Pergilah sebelum aku lempar pakai bola lagi," kata Lolita dengan wajah gusar kemudian kembali menutup pintunya membuat Yuri mengerjapkan matanya beberapa kali seolah merasa bingung dengan tingkah Lolita.

"Dihukum? Dia pasti membawa masalah lagi, astaga seharusnya aku tidak perlu membawanya sampai ke asrama ini. Ini semua karena aku membawanya ke asrama ini, aku tidak tahu bahwa dia adalah gadis yang sangat nakal." Yuri menggeleng pelan melihat kamar tersebut yang tertutup rapat, Yuri merasa bersalah karena membawa gadis itu dan Lolita ternyata menyusahkan Profesor Pilius.