Chereads / Akademi Hankey Pankey / Chapter 7 - 7.Lolita si penyihir gagal!

Chapter 7 - 7.Lolita si penyihir gagal!

"Volare!" ucap Lolita lengkap dengan perlengkapan sihir. Malam ini Lolita sudah seperti penyihir sungguhan membuat Yuri merasa sedikit terintimidasi. Bocah laki-laki itu mengintip dari lubang kunci membuat dirinya merasa terkejut karena Lolita ternyata sedang latihan menyihir.

"Bocah gila itu, apa yang sedang dia lakukan saat malam seperti ini dengan seragam sihir itu? Astaga, jangan katakan bahwa dia sedang belajar menyihir untuk mengalahkanku. Ini tidak bagus karena dia mencuri garis start!" desis Yuri masih mengamati Lolita dari balik lubang kunci.

Namun, Yuri hendak tertawa ketika benda yang diperintahkan terbang oleh Lolita tidak pernah terbang sedikit pun. Padahal Yuri yakin Lolita berlatih sambil membaca buku sihir yang diberikan ibunya. Ya, Yuri sempat mendengar bahwa Lolita membangga-banggakan buku pelajaran sihir yang diberikan oleh sang ibu pada beberapa teman di asrama Hankey Pankey.

"Dia mau mencuri start lebih dahulu, tentu saja hal itu tidak bisa. Belajar menyihir hanya dengan membaca buku bukanlah hal yang mudah dan bisa diterapkan dengan cepat. Kalau begitu, semua orang tidak ada yang masuk ke asrama jika ilmu sihir hanya dapat dipelajari melalui buku," ucap Yuri pelan dengan nada mencemooh.

Yuri lega karena Lolita tidak bisa belajar sihir hanya dengan buku kebanggaannya itu. Namun, saat Yuri akan kembali ke kamarnya yang tak berada jauh dari kamar Lolita, ia melihat Profesor Pilius yang sudah menatapnya kemudian Profesor Pilius mengintip Lolita dari lubang pintu meniru aksi Yuri.

"Ah, rupanya bocah perempuan itu belum tidur juga." Profesor Pilius kembali menatap Yuri seolah bertanya apa yang dilakukannya di lorong yang gelap?

"Apa yang kau lakukan di sini, Yuri? Jangan katakan bahwa kau ingin menjahili gadis itu," kata Profesor Pilius membuat Yuri menggeleng cepat. Ia tidak ingin dituduh yang tidak-tidak oleh Profesor Pilius.

"Aku tidak ke sini untuk menjahilinya, aku mendengar suara kencang dari kamar nomor tiga belas. Aku mengira dia membuat masalah lagi, tapi sepertinya Lolita kesal karena dia tidak bisa menyihir sapunya untuk terbang. Dia belajar dari buku sihir yang diberikan oleh ibunya." Yuri mengatakan itu dengan serius.

Profesor Pilius merasa tidak percaya juga bahwa Lolita berusaha keras belajar sihir dari buku mantra. Rasanya mustahil jika hanya mengucapkan saja tanpa tahu triknya.

"Mana mungkin bisa belajar hanya dengan mantra yang ada dalam buku? Sihir juga mempunyai trik selain mantra," kata Profesor Pilius yang merasa heran juga kenapa Lolita bersikeras belajar sendiri padahal sudah sangat jelas dia berada di Akademi Hankey Pankey di mana dia akan belajar banyak hal di tempat itu dan bertemu dengan teman-teman pemula juga untuk menjadi penyihir andal.

"Sudah kuduga, itu karena Lolita ingin lebih cepat melawanku dan dia tidak sabar menunggu pelajaran darimu," kata Yuri yang merasa sangat kasihan pada Lolita karena bocah perempuan itu malah belajar dengan sia-sia seperti hari esok tidak pernah ada.

Profesor Pilius benar-benar merasa sangat bingung dengan sekumpulan murid-murid barunya ini yang ada saja ulahnya yang tidak bisa ditebak.

"Kembalilah ke kamarmu, saya memberimu keringanan kali ini dan tidak ada hukuman untukmu karena keluar kamar." Profesor Pilius mengatakan hal tersebut dan memerintahkan Yuri kembali ke kamarnya.

Yuri mengangguk kemudian pergi dari hadapan sang profesor, ia melihat pria tua itu juga pergi dari kamar Lolita. Malam ini Yuri merasa tidak bisa tidur karena masih sangat takut dengan Lolita yang sepertinya benar-benar berambisi melenyapkannya sampai belajar selarut ini hanya untuk bertempur dengan dirinya.

Yuri balik kanan dan balik kiri bergantian beberapa kali, namun tidak ada posisi nyaman yang dimiliki oleh Yuri. Ia ingin keluar, tapi takut Profesor Pilius melihatnya lagi dan kali ini bisa saja dirinya dihukum dan hal tersebut tentu saja membuat malu dirinya sendiri karena pasti Lolita ada alasan untuk merendahkan dirinya.

"Bocah perempuan itu tidak seharusnya di sini, kira-kira apa yang dia takuti, ya?" gumam Yuri yang merasa bingung dan bertekad untuk menemukan ketakutan Lolita agar dirinya bisa membuat kunci menaklukkan Lolita.

Bunyi-bunyi dari kamar nomor tiga belas sudah mulai mereda dan sekarang asrama benar-benar sangat hening membuat Yuri merasa nyaman dengan suasana tersebut.

"Bocah itu pasti sudah sangat kelelahan karena sapu yang ia suruh terbang tidak terbang-terbang juga," kata Yuri tertawa membayangkan Lolita yang menangis kencang di dalam kamar asramanya.

Tidur perlu waktu yang lama, semuanya sudah tertidur termasuk Yuri. Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari akan tetapi, Profesor Pilius masih berada di meja kerjanya membuka beberapa buku yang sudah ia ciptakan dengan sihir. Buku-buku ini tidak pernah dijual di mana pun di belahan bumi manusia, hanya tersedia di dunia sihir. Jika ada seorang penyihir yang hendak keluar dari dunia sihir maka buku tersebut akan lenyap.

"Buku bergambar ini pasti mempermudah mereka dalam memahami tentang dunia sihir beserta mantranya," kata Profesor Pilius melihat beberapa buku ajar yang akan ia bagikan oleh kedua puluh dua muridnya dan Profesor Pilius melihat itu semua sangat baik dan akan mudah dipahami.

Jari-jari yang mulai tua itu akhirnya menutup buku-buku tersebut kemudian beranjak dari meja kerjanya. Pagi nanti, Profesor Pilius akan memulai pelajaran tentang dunia sihir pada murid-murid barunya itu dan semester baru pun segera dimulai.

"Aku berdoa agar mereka tidak melakukan hal-hal di luar akal sehat, aku yakin mereka tidak seperti itu," kata Profesor Pilius dengan senyuman di wajahnya walaupun tak dapat dipungkiri bahwa Profesor Pilius sangat gugup dengan kelas pertamanya nanti.

Baru mulai saja rasanya ketiga anak yang menjadi biang masalah sudah membuat kehidupan sekolah Hankey Pankey terasa rumit.

Jika di sekolah manusia biasa pasti anak pada usia sepantaran Alby, Yuri dan Lolita sedang asik bermain dengan sesamanya. Namun, berbeda dengan mereka yang sudah saingan sejak dini, bahkan mempelajari sihir hanya untuk bertengkar melawan satu sama lain.

"Aku yakin bahwa mereka memiliki cukup otak untuk berpikir dan tidak menyusahkanku pada hari pertama memasuki pelajaran baru," ucap Profesor Pilius sambil mengusap keringatnya yang mengucur di dahi.

Namun, saat Profesor meninggalkan ruangan kepala sekolah, seorang anak perempuan masuk ke dalam ruangan itu tanpa sepengetahuan Profesor Pilius.

Anak perempuan itu menyeringai kemudian melihat sekeliling ruangan milik Profesor Pilius itu. Sudah dari pertama masuk, Lolita ingin sekali memasuki ruangan Profesor Pilius bukan karena keindahan ruangan tersebut melainkan Lolita yakin bahwa di tempat itu terdapat peralaan sihir yang sangat lengkap.

Namun, saat Lolita sedang asik membuka laci dan memeriksanya terdengar suara langkah kaki yang berada di dekat pintu ruangan kepala sekolah.