Chereads / Akademi Hankey Pankey / Chapter 3 - 3.Lolita

Chapter 3 - 3.Lolita

Alby dan Yuri berlarian ke sana ke mari di sekolah berasrama tersebut membuat Profesor Pilius merasa kesal. Sebenarnya ia ingin menghentikan kedua bocah laki-laki di hadapannya ini, namun mengingat betapa berjasanya mereka dalam perkembangan Hankey Pankey Academy, maka Profesor Pilius berniat mengistimewakan kedua bocah itu setidaknya sampai Alby dan Yuri paham bagaimana bersikap di sekolah asrama.

Suara tepukan tangan Profesor Pilius membuat Alby dan Yuri berhenti berlarian dan melihat ke arah pria itu begitu pun dengan yang lainnya.

"Pengumuman, hari ini ada sesi perkenalan diri kalian agar kalian mengenal satu sama lain. Silakan semuanya berkumpul di meja bundar ini," kata Profesor Pilius sambil mengarahkan tongkatnya ke arah meja yang masih berada di pojok ruangan. Sihir membuat meja tersebut terangkat dan mengarah ke mereka, beberapa anak-anak langsung memberi jalan agar meja tersebut bisa berada di tengah-tengah mereka.

Alby dan Yuri berdecak kagum merasa bahwa hal tersebut sangatlah menakjubkan padahal itu adalah dasar dari sihir yang harus mereka pelajari, memindahkan benda.

Alby bertepuk tangan seolah hal tersebut tidak bisa dilakukan oleh siapa pun, semua anak di asrama itu langsung melihat ke arah bocah cilik berusia 10 tahun itu.

Yuri yang lebih peka dengan keadaan sekitarnya langsung memukul punggung Alby agar tidak terus bertepuk tangan. Profesor Pilius merasa yakin bahwa Alby seharusnya di sekolahkan di sekolah luar biasa di mana tempat para disabilitas berada.

"Apa temanmu kambuh lagi, Yuri? Aku yakin bahwa dia seharusnya tidak di sini," kata Profesor Pilius dengan tegas membuat Yuri terdiam.

"Ah, seharusnya dia juga tidak di sini. Mereka berdua adalah orang aneh, Profesor!" celetuk seorang anak perempuan kecil berusia 9 tahun dengan raut wajah tidak senang menunjuk Yuri.

Yuri menoleh melihat anak perempuan berkepang dua dan berwajah seperti boneka annabelle. Yuri merasa kesal dengan anak perempuan tersebut, namun ia memilih diam karena anak perempuan yang berbicara seperti itu memiliki wajah yang terlalu mengintimidasi Yuri.

"Diamlah, wajahmu seperti boneka annabelle," ujar Alby dengan kencang membuat semua orang yang berada di asrama tersebut tertawa mendengar ucapan Alby yang terdengar lucu.

Anak perempuan yang dikatakan seperti itu tampak tidak terima dengan perkataan Alby dan ia mulai membenci Yuri juga Alby tanpa sebab yang jelas.

"Sudah, kalian ambillah gulungan-gulungan kertas di sini, kalian akan memperkenalkan diri dengan urutan nomor yang kalian ambil," kata Profesor Pilius.

Masing-masing dari mereka langsung berbaris dan kebetulan anak perempuan yang berwajah seperti boneka Annabelle berada di belakang Yuri. Urutannya adalah Alby, Yuri lalu anak berkepang dua itu.

Puk!

Satu pukulan di kepala Yuri membuat bocah itu mengaduh kesakitan dan melihat ke belakang, ia menemukan anak perempuan itu masih sedikit kesal dengan Alby.

"Hei, apa aku punya masalah denganmu? Kenapa kau memukulku?" tanya Yuri dengan wajah kesal, sungguh kali ini anak perempuan itu membuat dirinya emosi.

"Tidak, ini karena temanmu. Aku tidak bisa memukul kepalanya, jadi aku memutuskan untuk memukul kepalamu. Kau begitu lemah dan tidak berani melawanku," kata anak perempuan itu dengan wajah tidak bersahabat.

Yuri ingin memukul sang Annabelle hidup itu, tapi sekarang gilirannya memilih gulungan kertas yang disediakan oleh Profesor Pilius.

Anak perempuan itu tertawa senang karena Yuri tidak melawan dan menganggap bahwa dirinya adalah jagoan dan menang. Ia akan menguasai asrama karena dia adalah anak perempuan satu-satunya di asrama itu dari dua puluh anak yang berada di asrama Hankey Pankey.

"Yang memegang kertas nomor 1, silakan maju dan perkenalkan diri," kata Profesor Pilius membuat semua anak yang berada di ruangan itu langsung melihat kertas milik mereka. Namun, Annabelle itu terlihat bersemangat ketika melihat kertas bertuliskan angka 1.

Anak perempuan berkepang dua itu langsung berdiri dari duduknya kemudian maju ke depan dan melambaikan tangannya ke semua penghuni asrama.

"Hai, perkenalkan saya adalah anak tercantik di sini, nama saya Lolita," kata Lolita dengan wajah berseri-seri.

Yuri langsung berbisik ke telinga Alby dengan wajah tak bersahabat.

"Namanya terlalu imut untuk wajahnya yang menyeramkan," kata Yuri dengan wajah tak senang. Lolita langsung melirik Yuri dan Alby dengan sorot matanya yang menyeramkan.

"Aku mendengar ucapanmu! Diamlah atau kau akan menyesal karena terlalu banyak mengomentariku," kata Lolita dengan wajah gusar.

Profesor Pilius tersenyum melihat anak perempuan yang tidak menyukai Yuri dan Alby, sama seperti Profesor Pilius yang tidak begitu menyukai Yuri dan Alby. Namun, kedua anak yang ia anggap bodoh itu sungguh berjasa mengumpulkan dua puluh anak yang sekarang akan menjadi muridnya.

"Nama dan wajahmu memang tidak sinkron. Lolita identik dengan perempuan yang imut, tapi kau malah sebaliknya terlihat kasar dan tidak memiliki sisi imut," kata Alby menjabarkan apa yang ada di pikirannya secara jelas membuat Profesor Pilius menggeleng heran dengan anak-anak ini bahkan Profesor Pilius tidak yakin mereka akan menjadi penyihir yang andal.

"Ya, itu benar. Apa kau tidak pernah bercermin? Lagi pula di sini adalah perkumpulan penyihir pria, sedang apa kau di sini?" tanya Yuri dengan kesal, ia berani karena Alby juga berbicara dan mendukungnya.

Brak!

Lolita memukul meja dengan wajah kesal, rasanya ia ingin sekali menyulap Alby dan Yuri menjadi cacing kecil yang bisa ia injak.

"Tidak ada perbatasan gender di asrama ini, Yuri, Alby. Kalian adalah anak-anak istimewa pembangun asrama ini, jadi jangan bertingkah dengan ceroboh seperti ini pada anggota kalian," kata Profesor Pilius membuat Alby dan Yuri terdiam.

Lolita menoleh ke arah Profesor Pilius seolah merasa tidak senang dengan perkataan gurunya itu.

"Apakah anak seperti mereka bisa dijadikan anak-anak istimewa?" tanya Lolita dengan wajah sinis.

Profesor Pilius mengangkat kedua bahunya tanda ia tidak tahu. Lolita kembali duduk dengan wajah cemberut karena ternyata ia salah memilih sekolah sihir yang tidak banyak peminatnya. Lolita mengira bahwa sekolah baru akan membuatnya menjadi anak istimewa karena biasanya sekolah-sekolah baru akan sangat menyayangi anak-anak yang masuk lebih dahulu berkontribusi atas jalannya pendidikan di sekolah tersebut.

Namun, ternyata apa yang dipikirkan Lolita tidak menjadi kenyataan dan membuatnya kesal. Kini giliran Alby yang maju memperkenalkan diri dan selanjutnya adalah Yuri begitu seterusnya sampai semua siswa sudah memperkenalkan diri.

"Baiklah, karena semua sudah memperkenalkan diri, apa yang kalian inginkan dengan mempelajari sihir?" tanya Profesor Pilius sungguh ingin tahu dari sekian orang yang masuk ke asrama Hankey Pankey setidaknya harus ada beberapa orang yang memiliki niat baik seperti niat Yuri saat perkenalan itu dan Profesor Pilius tidak yakin bahwa Yuri akan mempelajari sihir dengan baik walaupun memang niatnya lebih baik daripada yang lain.