Chereads / Akademi Hankey Pankey / Chapter 2 - 2.Anak bodoh

Chapter 2 - 2.Anak bodoh

Hari pertama sejak Hankey Pankey dibuka, ada beberapa orang yang mulai bertanya pada sang Profesor Pilius tentang sistem belajar di akademy tersebut. Namun, tidak seorang pun yang berkeinginan masuk ke Hankey Pankey Academy karena berbagai alasan salah satunya tidak ada staff asrama di Hankey Pankey, beberapa orang dari kalangan atas juga berpikir bahwa asrama Hankey Pankey tidak aman karena tidak ada penjaga.

Profesor Pilius mulai frustrasi dengan impiannya sejak kecil untuk membangun sekolah sihir yang tidak pernah diterima oleh masyarakat Inggris.

"Tidak mungkin aku menyulap diriku menjadi banyak karena pasti mereka akan terkejut dengan staff asrama yang wajahnya sama semua," kata Profesor Pilius, ternyata antara kenyataan dan dunia sihir harus seimbang.

Namun, ketika Profesor Pilius sedang berpikir ada dua orang anak yang tampak takjub dengan asrama Hankey Pankey yang terlihat megah di mata mereka. Awalnya Profesor Pilius senang melihat dua anak laki-laki melangkah masuk ke halaman Hankey Pankey Academy. Namun, saat melihatnya lebih dekat dengan kedua anak itu, Profesor Pilius merasa bahwa kedua anak itu tidak berbakat menyihir dan tampak bodoh membuat Profesor Pilius semakin yakin dengan keputusannya untuk mengenyahkan kedua anak kecil tersebut.

"Selamat pagi, Profesor Pilius. Perkenalkan saya Yuri dan ini sahabat saya, Alby. Kami mendengar bahwa kau membuka academy sihir dari berbagai kalangan dan juga usia. Kami berniat mengikutii Academy ini, apa anda bisa membimbing kami sampai mahir menyihir?" tanya Yuri yang terlihat sangat cerewet dan mempunyai keberanian yang tidak dimiliki oleh Alby sahabatnya.

Profesor Pilius menghela napas pelan melihat anak laki-laki bernama Yuri, matanya terlihat sangat kagum dan ingin masuk ke Hankey Pankey Academy yang Profesor Pilius dirikan.

Sedangkan Alby hanya bisa menatap gedung Hankey Pankey dengan tatapan kosong seperti tidak mempunyai otak. Kedua anak itu hanya membawa identitas mereka beserta sebuah pena berharap dengan semangat yang tersisa, mereka dapat diterima di Hankey Pankey Academy.

Profesor Pilius jadi bimbang, haruskah ia menerima kedua bocah cilik ini? Mereka sungguh membuat Profesor Pilius tidak yakin dengan kemampuan mereka.

"Apa yang kalian tahu tentang sihir? Apa yang akan kalian lakukan dengan sihir jika sudah menguasainya?" tanya Profesor Pilius dengan sungguh-sungguh, ia memang tidak bisa mengambil keputusan berdasarkan pertanyaan yang kedua anak itu jawab, namun setidaknya ia mempunyai gambaran mengenai seberapa cerdas kedua anak yang akan menjadi dua murid pertama di Hankey Pankey Academy.

"Sihir begitu menakjubkan, aku bisa membuat apa pun dengan sihir tanpa susah payah. Aku yakin jika aku menguasainya maka aku akan mengajari ilmu itu ke semua orang agar banyak orang yang merasakan keajaiban sihir," ucap Yuri dengan antusias.

Lalu, Profesor Pilius menoleh ke arah Alby yang masih menatap gedung Hankey Pankey dengan tatapan kosong dan mulut terbuka. Profesor Pilius menatap Yuri seolah bertanya apa yang dilakukan temanmu?

Yuri yang mengerti pandangan Profesor Pilius langsung memukul kepala Alby membuat Profesor Pilius panik karena tangan Yuri begitu cepat memukul Alby sampai ia tidak bisa melihat pergerakan tangan bocah itu.

"Hei, apa yang kau lakukan pada temanmu? Itu berbahaya dan tidak boleh kau lakukan pada temanmu, minta maaflah," kata Profesor Pilius yang merasa kesal juga dengan Yuri yang kasar.

Yuri langsung menggeleng kemudian memperlihatkan wajah Alby yang sudah seperti anak waras lagi membuat Profesor Pilius bertanya-tanya sebenarnya kedua bocah ini, kenapa?

"Dia sindrom melamun, tidak perlu heran jika dia ke tempat yang baru pertama kali dia lihat pasti seperti itu dan harus dipukul kepalanya agar kesadarannya kembali," jelas Yuri dengan sungguh-sungguh membuat Profesor Pilius terheran-heran memangnya ada sindrom melamun?

Namun, Profesor Pilius ingat bahwa ini adalah dunia sihir di mana sindrom aneh dan tidak masuk akal pun bisa terjadi di dunia sihir.

"Baiklah, kalian diterima dan karena kalian adalah murid pertama di asrama ini. Silakan bantu saya untuk mencari orang-orang yang ingin masuk ke Hankey Pankey Academy agar kita bisa segera memulai semester barunya," perintah Profesor Pilius yang memakai jubah panjang layaknya seorang penyihir profesional.

"B—Benarkah kami diterima di sekolah ini?" tanya Yuri dan Alby bersamaan, mereka tampak tidak menyangka bahwa dengan jawaban sederhana milik Yuri mereka bisa masuk ke asrama tersebut.

"Ya, asalkan kalian bisa mengajak sepuluh orang. Yuri sepuluh orang dan Alby sepuluh orang. Kita akan memulainya dengan dua puluh orang itu, aku menunggu kerja keras kalian di sini. Bawa mereka ke sini dan menjadi muridku," kata Profesor Pilius dengan penuh kemenangan.

Sudah pasti Yuri dan Alby akan bekerja keras untuk mendapatkan dua puluh orang yang ingin belajar tentang dunia sihir.

Setelah mendengar perkataan Profesor Pilius, Yuri dan Alby langsung berlarian keluar seolah merasa bersemangat untuk mengajak orang-orang dari berbagai usia untuk bergabung ke Hankey Pankey academy, Profesor Pilius memantau kedua bocah laki-laki yang tampak lincah menawarkan beberapa brosur ke orang-orang yang lewat di depan Hankey Pankey Academy membuat Profesor Pilius tersenyum samar.

Bahkan seorang bocah berusia sepuluh tahun saja merasa bersemangat, namun Profesor Pilius seperti kehilangan arah dan mudah frustrasi.

"Mereka pasti tidak tahu dengan apa yang mereka lakukan, kalau saja mereka sudah menjadi dewasa pasti mereka tidak akan bersemangat seperti itu," kata Profesor Pilius sambil memainkan janggut berwarna putih itu.

Baru saja Profesor Pilius akan masuk ke dalam ruangan staff, tiba-tiba terdengar suara bising dari luar Hankey Pankey membuat sang Profesor melihat ke arah luar.

Betapa terkejutnya Profesor Pilius saat melihat orang dengan berbagai kalangan sudah berada di depan gedung Hankey Pankey membuat Profesor Pilius ingin menangis.

Mereka semua bersemangat sekali tentang dunia sihir dan sulap-menyulap membuat Profesor Pilius merasa terharu.

"Kami sudah membawa mereka ke sini, jadi mungkin besok kita bisa memulai semester awal. Apakah itu benar, Profesor Pilius?" tanya Alby dengan senyum sumringah tidak seperti tadi yang menatap gedung Hankey Pankey dengan tatapan kosong.

Profesor Pilius menyembunyikan rasa harunya, bagaimanapun ia harus tetap berwibawa di depan anak-anak muridnya.

"Ya, tentu saja saya akan mengajar kalian mulai besok. Sekarang kalian boleh memakai kamar-kamar di asrama ini. Namun, tidak ada satu pun yang boleh naik ke lantai tiga di mana perpustakaan berada karena perpustakaan akan sangat gelap dan menyeramkan di malam hari. Saya adalah kepala asrama kalian, kalian harus menuruti saya. Apa ada yang keberatan?" tanya Profesor Pilius yang terlihat seperti sinterklas.

"Baik! Kami akan menjadi murid yang baik untukmu, Profesor Pilius. Mohon bantuannya," ucap semua yang berada di sana secara serentak.