"Aku kotor. Aku menjijikan. Aku kotor! hikss... hikss...," ucap Aliana sambil memukul-mukul badannya sendiri. Kemudian ia meringis, ia merasa seluruh badannya remuk, apalagi bagian sensitifnya. Itu sangat terasa panas dan perih. Laki-laki itu menggagahinya semalaman tanpa ampun.
Sedangkan di kantornya, Andreas sedang bersandar di kursi kebesarannya sambil tersenyum menerawang. "Gadis itu... entah kenapa, aku tidak bisa melupakan gadis itu. Wajahnya, bentuk tubuhnya, lekuk tubuhnya, akh... dia sangat membuatku gila." Ucapnya, sambil membayangkan Aliana, "Aku harus menghubungi Andara, lalu menanyakan alamat tempat tinggalnya." Kemudian ia mengambil ponselnya, lalu menghubungi Andara.
[Tutt.. tutt...tutt..] panggilan pun tersambung.
[Hay bro.. Ada apa? Bagaimana dengan hadiahnya? Apa kau menyukainya?] Tanya Andara, dari seberang telepon.
"Haha.. tentu saja! Aku lebih dari menyukainya, bahkan aku sangat menikmatinya. Tubuhnya membuatku sangat gila dan selalu terbayang akan gairahnya. Hahaha.. " Ucap Andreas, sambil tertawa.
[Syukurlah, kalau begitu.]
"Oh ya, Bro.. Aku menelponmu, karena aku ingin meminta alamat gadis itu. Bisakah kau memberikannya padaku?"
[Oh, masalah itu. Hahaha... tentu bro! Nanti aku kirim alamatnya padamu. By the way, nampaknya ada yang ketagihan.] Ucap Andara, sambil terkekeh.
Andreas pun terkekeh,
"Apakah tidak bisa, aku memilikinya? Bukankah dia hadiah kemenanganku?"
[Oh, Haha.. tentu saja, dia milikmu!]
(Andreas pun menanggapinya dengan tertawa, kemudian ia mematikan teleponnya.
Tak lama kemudian, notifikasi whatsapp pun masuk ke handphone Andreas. Andreas pun langsung membuka chat tersebut. Ternyata isinya alamat yang di minta Andreas barusan.
Ia pun tersenyum menyeringai, "I'm coming sayang... kali ini, kau tidak akan bisa lepas dariku, Nona! Aku akan menemuimu dan menyeretmu lagi ke ranjang! hahahhaaaa.." ucap Andreas, kemudian ia pun beranjak dari tempat duduknya, dan meninggalkan ruangan.
"Cancel semua jadwal saya hari ini! saya akan pergi. Ada urusan penting yang harus saya kerjakan." Ucap Andreas, kepada Resepsionis di lobby.
Resepsionis itu pun mengangguk patuh, " Baik!"
Kemudian Andreas pun menaiki mobilnya, "Tolong bawa saya ke alamat ini!" ucap Andreas, sambil memberikan kertas alamatnya, kepada Andri, sopir pribadinya.
Andri pun melihatnya sekilas, kemudian mengangguk. "Baik."
Kemudian ia melajukan kendaraannya ke alamat tersebut.
Satu jam kemudian.. mereka pun sampai di alamat tersebut. Ternyata itu adalah sebuah kost sederhana. Andreas pun turun dari mobil, kemudian berjalan ke arah kost tersebut.
[Tok...tok...tok...,] ia pun mengetuk pintu kosan tersebut. Tak lama kemudian, keluarlah dua orang wanita dari kamar kost tersebut. Andreas pun mengerutkan kening.. karna ternyata, mereka bukanlah gadis yang ia cari.
Sementara para gadis itu, mereka sangat antusias, ketika melihat wajah tampan Andreas yang kini berada dihadapan mereka.
"Astaga.. mimpi apa kita semalam?" gumam salah satu gadis itu. Sedangkan yang satunya lagi, hanya menggigit jari, sambil menatap Andreas dengan kagum.
"Maaf, Nona! Apa kalian mengenal gadis yang bernama Bella?" tanya Andreas, sambil melirik kedua gadis itu secara bergantian.
Lalu salah satu dari gadis itu pun maju ke depan, "Aku, Bella. Ada apa mencariku?"
Andreas pun tertawa lucu, "Oh, no! bukan kamu!"
Para gadis itu pun mengerutkan kening mereka, "Maaf, Tuan. Tapi, disini yang namanya Bella hanya dia! Tidak ada lagi yang namanya Bella." Kata salah satu gadis itu.
"Oh ya? tapi bukan gadis ini, yang saya cari." ucap Andreas, dengan kekeh.
"Memangnya anda mencari gadis yang mana?" tanya salah seorang gadis itu. "Aku mencari gadis yang menemaniku kemarin malam di hotel xx no.269!" ucap Andreas tanpa malu-malu.
Salah satu dari gadis itu pun terbatuk. Andreas pun melirik ke arahnya, "Kau kenapa?" tanya Andreas, menatapnya menyelidik. Gadis itu pun menggelengkan kepalanya, "Apa aku jujur saja, ya? Tapi aku sudah berjanji, untuk tidak mengungkit lagi, tentang malam itu." ucap gadis itu, dalam hatinya.
Andreas pun sepertinya bisa menebak sesuatu, lalu ia mengeluarkan sebuah pistol dari sakunya, "Kalau kalian tidak ada yang bicara, maka aku akan membunuh kalian berdua!" ucap Andreas, mengancam mereka.
"J-jangan, Tuan. Baiklah! Saya akan bicara!" ucap salah satu gadis itu. Andreas pun tersenyum senang. "Katakanlah!" kata Andreas sambil mengarahkan pistolnya ke gadis itu.
Gadis itu pun menjadi gemetaran, "S-sayalah yang kemarin seharusnya menemui Tuan. Tapi, pas saya hendak mendekati kamar Tuan, tiba-tiba seorang wanita membekap saya dari belakang, dan menarik saya ke kamar yang berbeda. Disana saya diancam untuk tidak menemui tuan. Dan sebagai gantinya, dia memberikan saya sejumlah uang." ucap Gadis itu. Kemudian Andreas pun mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Andara.
Tak lama kemudian, panggilan video itu pun tersambung,
[Hey bro, ada apa?] tanya Andara dari seberang telepon.
Kemudian Andreas pun mengarahkan ponselnya ke gadis yang tadi berbicara itu. "Apakah ini gadis yang sama? yang kemarin malam kau kirim padaku?" Tanya Andreas.
[Iya! Dia orangnya. Memangnya, kenapa? apakah ada masalah?" tanya Andara.
"Tidak!" ucap Andreas, kemudian ia mematikan teleponnya. Ia pun menjadi mengerti. Berarti, yang bersamanya kemarin malam, bukanlah gadis sewaan yang di kirim Andara. "Lantas, siapa gadis itu?" pikir Andreas dalam hatinya.
Kemudian ia menatap ke arah gadis yang berbicara tadi, "Siapa yang menahanmu, kemarin malam?" tanya Andreas,
"Saya, tidak tau! Yang jelas, dia adalah seorang perempuan!" ucapnya.
Andreas pun sudah bisa menebak. Kemudian Ia membuka ponselnya dan menunjukan sebuah foto pada gadis itu,
"Apakah dia orangnya?" tanya Andreas, Gadis itu pun mengangguk.
Kemudian Andreas menurunkan pistolnya dan memasukannya kembali kedalam belakang badannya. "Baiklah, Nona. Terima kasih, atas kerjasamanya. Maaf, sudah mengganggu waktu kalian." ucap Andreas, kemudian ia berbalik badan, lalu pergi meninggalkan tempat kost tersebut.
"Akhh, sial! Ternyata bukan dia. Itu berarti, kemarin malam aku sudah salah menggagahi orang. Tapi, siapa gadis itu? dan kenapa dia bisa datang ke kamarku waktu itu?" pikir Andreas, dalam hatinya. Kemudian ia kembali lagi ke kantornya, dengan penuh rasa kecewa.
Seminggu kemudian.. keadaan Aliana pun sudah semakin membaik. Dia juga sudah mulai bisa melupakan kejadian yang menimpanya waktu itu. Bahkan dia sudah mulai bisa beraktifitas seperti sebelumnya. Hans pun sangat senang melihat Aliana sudah bisa kembali tersenyum.
Dalam waktu seminggu ini, dia hanya mengurung diri di kamarnya. Tanpa bicara sama siapapun. Terkadang, Ethan datang untuk menemaninya, dan menghiburnya. Namun Aliana masih saja terlihat sangat sedih.
Hans pun tidak mengerti, apa yang sudah terjadi pada Aliana. Karna, setiap kali dia menanyakan hal itu, Aliana pasti akan menangis.
Dia sangat khawatir takut terjadi apa-apa pada Aliana. Apalagi setelah Hans mengetahui, bahwa waktu itu, dia sudah salah menuliskan nomor kamar. Dia juga sudah memberi tau Aliana. Namun Aliana hanya terdiam, tanpa berkata apapun.
Tapi hari ini, Aliana sudah mulai bisa beraktivitas seperti biasanya.
"Sayang, apa gak sebaiknya kamu istirahat saja dikamar?" tanya Riana, mamanya Aliana.
"Halah, cuma kecelakaan kecil begitu saja, sudah manja! Gimana mau mandiri?" ucap Laura, dengan sinis.
"Laura! Bicaralah yang sopan, dengan kakakmu!" ucap Riana, kepada anak bungsunya itu.
"Halah, Mamah memang selalu membela dia! Mamah sama Papah tuh sama saja, kalian selalu mendewakan dia!" ucap Laura, sambil melemparkan gelas yang ada di meja.
Chiko pun menggebrak meja, "Bisa, gak sih? Satu hari, saja kalian gak ribut? pusing tau, dengarnya!" ucap Chiko, kemudian Ia pergi meninggalkan meja makan. Disusul oleh Laura dari belakang.