"Em.. tidak, tidak! ini darahku! tadi aku mimisan, makannya aku berlari cepat-cepat keluar." ucap Aliana.
Para penjaga itu pun mengangguk. "Kalau begitu, cepatlah pulang nona! segera minum obat! atau pergilah ke rumah sakit untuk memeriksanya!" ucap para penjaga tersebut.
Kemudian mereka pun mebukakan pintu gerbang untuk Aliana. Aliana pun bergrgas keluar, dan pergi meninggalkan Rumah mewah tersebut.
Ia pun bergegas mengayuh sepeda bututnya untuk meninggalkan tempat tersebut. "Ya tuhan! Apa yang sudah aku lakukan? Aku sudah memukulnya. Kalau dia mati bagaimana? Bisa-bisa aku yang masuk penjara!" kata Aliana, sambil menggigit bibir bawahnya.
"Tapi kalau aku gak memukulnya, bisa-bisa aku sendiri yang di terkam olehnya." kata Aliana, sambil mengigit jari telunjuknya.
Sesampainya di Rumah, ia pun bergegas pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya dan membersihkan tubuhnya.
Sementara di kediaman Andreas, pelayan yang hendak mengambil pakaian kotor pun terbelalak kaget, saat menemukan ia bersimbah darah.
Kemudian berteriak sambil berlari keluar meminta pertolongan. "Tolong.. tolong.. Tuan Muda berdarah!" Kata pelayan tersebut, sambil terus berlari menyusuri tiap ruangan untuk meminta pertolongan.
Para pengawal yang mendengar teriakannya pun bergegas menghampiri pelayan tersebut. "Ada apa?" tanya kepala pengawal.
"Itu.. tuan muda, dia.. dia.. bersimbah darah di kamarnya!" Kata pelayan tersebut. Para pengawal pun terkejut, kemudian mereka semua bergegas pergi ke kamar Andreas.
Dan benar saja, sesampainya mereka di sana, Andreas sudah terkapar lemah. Bahkan wajahnya pun sudah memucat. Para pengawal pun bergegas memanggil Ambulance dan membawanya ke Rumah sakit keluarga Andreas.
"Ada apa ini? Apa yang terjadi pada tuan muda?" Tanya Dokter Lee. "Entahlah Dok, tadi pada salah satu pelayan menemukan dia sedang terkapar bersimbah darah di kamarnya." kata kepala pengawal.
"Yasudah kalau begitu, cepat! bawa dia ke ruang operasi!" kata Dokter Lee kepada para perawat. Kemudian para perawat pun bergegas membawa tubuh lemah Andreas ke ruang operasi.
Setelah beberapa saat, lampu di ruang operasi pun mati. Menandakan bahwa operasinya itu telah selesai. Kemudian Dokter Lee pun keluar dari ruangan tetsebut.
"Bagaimana keadaan tuan muda kami?" tanya kepala pengawal. "Dia sudah melewati masa kritis. Namun, di lihat dari keadaannya, dia sepertinya terkena pukulan benda keras. Untungnya, pecahan beling tersebut tak sampai otak. Kalau tidak, mungkin dia akan mengalami idiot." kata Dokter Lee..
"Lagian, siapa yang sudah berani melakukan ini kepada tuan muda?" pikir kepala pengawal. "Siapa tadi yang datang ke rumah?" tanya nya.
"Seingatku tidak ada yang datang tuan, hanya saja Tadi.. ada seorang gadis yang mengantarkan susu ke area dapur. Tapi tidak mungkin juga dia jauh-jauh ke kamar tuan muda." kata salah seorang pengawal.
"Eh! tapi tunggu! Bukankah tadi kita melihat noda darah di bajunya?" tanya salah seorang pengawal. "Ah! ya, kau benar! tadi ada noda darah di baju wanita itu. Apa mungkin, ini ada hubungannya dengan tuan muda?" pikir para pengawal.
"Hm.. mungkin juga. Tapi, yang bisa memastikan semuanya hanya tuan muda sendiri." kata kepala pengawal. Para pengawal yang lain pun mengangguk.
Setelah beberapa jam kemudian, Andreas pun siuaman. "Akhh! sakitt sekali!" Ucapnya, sambil memegang kepalanya yang di perban. Para pengawal pun bergegas menghampirinya. "Tuan muda, anda sudah sadar?" kata para pengawal.
"Aku dimana?" ucapnya. "Tuan Muda sedang berada di rumah sakit. Kemarin tuan muda pingsan bersimbah darah di kamar. Untung salah seorang pelayab segera menemukan tuan muda. Kalau tidak, mungkin nyawa tuan muda tidak akan tertolong." kata kepala pengawal.
Kemudian Andreas teringat akan kejadian kemarin saat ia ingin memperkosa Aliana. Namun Aliana berhasil kabur. Ia pun menggepalkan tangannya.
"Gadis itu! Aku harus menemukannya!" kata Andreas, sambil menggepalkan tangannya. "Siapa gadis itu tuan muda? Apakah anda terluka ada sangkut pautnya dengan dia?" tanya kepala pengawal.
"Iya! Tapi biarlah ini menjadi urusanku! Aku akan menangkap gadis itu dimanapun dia berada. Aku tidak akan melepaskannya begitu saja!" kata Andreas, sambil tersenyum memegang kepalanya yang terluka.
"Apa anda ingin kami menangkapnya untuk anda?" tanya salah seorang pengawal. "Tidak perlu! Masalah dia, Nanti biar aku yang akan mengurusnya." ucap Andreas. Para pengawal pun hanya mengangguk paham.
Setelah beberapa hari berlalu, akhirnya Andreas pun pulih. Dan saat ini sudah kembali ke Rumah. "Andreas! Apa yang terjadi padamu nak, siapa yang sudah mencelakaimu?" Tanya Sesilia mamahnya Andreas.
"Untuk apa juga kalian pulang! Dari kemarin kemana saja? Giliran aku sudah baik-baik saja, baru kalian ingat!" Kata Andreas kepada kedua orang tuanya.
"Bukan begitu nak, kami kemarin sibuk. Kantor banyak buka cabang baru di New England. Papah harus mengurus semua itu. Sedangkan mamahmu, dia sibuk mengurus bisnis fashion nya." kata Albert Anderson, menjelaskan.
"Apa pekerjaan itu lebih penting bagi kalian, ketimbang anak sendiri?" Tanya Andreas. "Bukan begitu nak, kemarin kami benar-benar tidak sempat!" Kata Sesilia.
"Halah sudahlah! Bagi kalian, uang dan kekuasaan memang lebih penting!" Ucap Andreas, kemudian ia pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaian.
"Gak dulu, gak sekarang, mereka tuh selalu saja lebih mementingkan uang. Apa segitu tidak pentingnya aku bagi mereka? Sampai-sampai, aku sakit saja mereka tak ada pulang. Mungkin harus aku mati dulu, baru mereka peduli." kata Andreas mengumpat orang tuanya.
Kemudian ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai, ia pun mengganti pakaiannya kemudian turun ke bawah.
"Kamu mau kemana lagi?" Tanya Albert.
"Bukan urusanmu!" Jawab Andreas.
"Andreas! Papah ini papah kamu! Tolong kamu hargai papah sedikit! Bicara sama orang tua kok gak ada sopan santunnya!" Kata Albert.
"Aku mau ke Club! Habis itu balapan! Puas?" Kata Andreas.
"Kamu itu baru saja pulang dari rumah sakit. Harusnya istirahat, bukannya keluyuran." kata Albert.
"Apa pedulimu? Bukankah selama ini yang kalian pedulikan itu hanyalah uang?" kata Andreas.
"Andreas!" Teriak Albert. Namun Andreas tak memperdulikannya. Ia terus berjalan meninggalkan ruangan tersebut.
Kemudian ia mengambil kunci mobilnya, lalu melajukan mobilnya ke arah Club. Sesampainya di Club, para wanita cantik pun menghampiri Andreas.
Andreas pun tersenyum kemudian menarik seorang wanita cantik kedalam pangkuannya. Wanita itu pun tersenyum menatapnya. Saat Andreas hendak mencium bibirnya, bayangan Aliana pun terbesit dalam Ingatannya seakan ia melintas di hadapannya.
Ia pun mendorong perempuan itu untuk menjauh. "Akhh! Wanita itu! Kenapa aku tak bisa melupakannya? Kenapa bayang-bayang dia selalu saja menghantuiku!" kata Andreas, sambil mengacak kasar rambutnya.
Kemudian ia memesan minuman kepada seorang waitress. "Tolong bawakan aku minuman paling oke disini. Yang bisa membuatku melupakan masalahku." ucapnya.
Waitress itu pun mengangguk. Kemudian membawakan sebotol Anggur dalam wadah cantik nan elegant. Saat Andreas hendak meminumnya, Aldo dan Jimmy pun datang meraih minuman tersebut.
"Bro! dari pada kamu minum gak jelas disini, lebih baik kita pergi balapan yok!" kata Jimmy. "Yupz! Si gaga Nantangin kita buat balapan. Kita harus ngasih dia pelajaran supaya dia gak berulah lagi!" kata Aldo. "Iya! orang songong macam si gaga itu, harus kita kasih pelajaran." kata Jimmy.