Perjanjian
Kenny mendahuluiku mendekati ibu. Tanpa diduga dia menjatuhkan diri berlutut di depan ibu.
"Ampun Bunda, saya melakukan dosa besar dan menyakiti bunda, menyakiti Laura serta seluruh keluarga besar." Setelah itu Kenny menunduk dan bibirnya mencium kaki ibu.
Melihat sikap Kenny yang bersujud di depannya, ibu segera membungkuk dan mengusap kepala pria itu.
"Bangunlah Nak!" Suara ibu terdengar tersendat, lembut dan keibuan, namun Kenny bergeming. Kurasa dia menangis.
Aku menyaksikan kedua orang yang kucintai itu dengan rasa haru.
Kenny adalah seorang guru yang dihormati di kota asalnya, sekarang dia merendahkan dirinya sendiri di depan ibuku. Dia bersujud, mencium kaki ibu dan memohon ampun kepada ibu atas kesalahannya. Aku tidak sampai hati melihatnya seperti itu. Air mataku menetes. Aku merasakan ketulusan Kenny dan mendadak menjadi yakin bahwa dia mencintaiku. Tidak aka nada laki-laki yang punya "pride" setinggi Kenny yang akan mudah bersujud di depan orang lain bila sikapnya tidak didasari oleh hati yang tulus.
Dengan ekor mata kulihat Nuggie berjalan ke meja makan, dia mengisi gelas dengan air dan meminumnya berteguk-teguk sampai habis. Punggungnya yang lebar membelakangi kami. Nuggie bukan haus kukira, dia mengalihkan perhatian dari pemandangan penuh haru dengan membelakanginya. Aku menjadi serba salah.
Ibu menepuk bahu Kenny.
" Ibu memaafkanmu, ayo bangunlah. "
Kenny berdiri dan memegang tangan ibu
"Saya malu, bertemu Bunda, saya merasa tidak layak di hadapan Bunda. Akan tetapi cinta saya terlalu besar pada Laura, saya memberanikan diri untuk datang dan memohon ampun. " Katanya.
"Duduk , mari duduk dulu, " Kata ibu. Mereka bergandeng tangan menuju sofa. Kenny mengeluarkan sapu tangan untuk mengusap mata dan wajahnya sementara ibu menatapnya dengan sabar. .
"Ambil minum untuk Kenny, " Kata ibu kepadaku.
Aku mengangguk dan mengambil air minum. Nuggie masih berdiri di dekat tempat air minum. Dia menatapku dengan wajah muram. Aku bisa merasakan kepedihan di matanya. Dia sadar akan situasi yang dihadapinya.
... Maaf Nug, aku tidak bisa menjawab cintamu... Kataku di dalam hati sambil berharap dia bisa mengerti. Mata kami bertatapan. Mata hitam Nuggie terlihat kosong dan wajahnya sedikit pucat.
Nuggie memainkan gelas kosong di tangannya, pikirannya entah kemana. Dia bergeser ketika aku meraih gelas dan mengisinya dengan air.
Setelah gelas terisi penuh aku mendekati Nuggie.
"Mari kuperkenalkan." Nuggie menganngguk untuk mengikuti, dia berjalan dengan kedua tangan di saku celana.
"Ken, ini Nuggie sepupuku, " kataku sambil memberikan gelas berisi air kepadanya.
Kenny berdiri menerima gelas dengan tangan kanan lalu memindahkan ke tangabn kiri dan bersalaman dengan Nuggie dengan tangan kanannya.
"Akhirnya kita bisa berjumpa. " Kata Kenny dengan tertawa lebar.
"Hmmm. Kuharap kamu mengerti dan menghargai Laura, dia adik kesayanganku, " Jawab Nuggie. Wajahnya tidak ramah. Kenny mengernyitkan dahinya.
" Pasti! Laura adalah permata kebanggaanku. "
"Tetapi kamu telah mencampakkannya, dan membuatnya seperti barang rombeng. Kenapa sekarang mau membujuknya lagi? " Nuggie tertawa sinis.
Kenny tertegun memandang Nuggie, dia pasti tidak menduga akan mendapat sambutan seperti ini. Ibu memandang Nuggie dan menahan nafasnya.
"Banyak pria yg memuja dia, termasuk pengirim mawar ini, bukan kamu saja yang menyukainya." Kata Nuggie.
Semua mata kami melihat mawar merah yang menyolok.
Jika seorang pria mengirimkan ratusan bunga mawar mereah kepada perempuan, pasti bisa diduga maunya, apakah dia memang mencintai dan mengharapkan perhatian, atau dia adalah love scammer yang melempar umpan kepada calon korban.
Kenny terlihat terkejut, mulutnya terbuka. Tadi dia mengira aku yang membeli mawar merah itu. Dia menatapku. Tak ada yang bisa kulakukan untuk menjelaskannya.
"Saya belajar dari kesalahan dan saya mengerti bahwa selama ini Laura yang saya inginkan, saya tidak bisa hidup tanpamu," kata Kenny kepada Nuggie lalu kepadaku.
Dia tidak menyinggung tentang mawar kiriman Hardy.
"Saya tidak akan pernah melepaskanmu lagi, aku memerlukanmu untuk kucintai dan aku juga ingin menerima cintamu. Biarlah Bunda dan Nuggie menjadi saksi, saya bersungguh-sungguh. Saya tidak bisa menghapus kesalahan yang saya buat, namun saya bisa memperbaiki sikap saya. Laura, Maukah kamu menikah denganku?" kata Kenny.
Selama ini dia mengajukan pertanyaan yang sama saat kami hanya berdua, tetapi sekarang dia mengatakannya di hadapan ibu dan Nuggie. Mereka bertiga menunggu jawabanku, aku menatapnya tanpa berkedip. Laki-laki yang selama ini kukira sudah hilang dari hidupku, sekarang kembali. Tubuhku bergetar mendengar kata-kata Kenny, darahku mengalir dengan lebih cepat.
Kenny menghabiskan segelas airnya dan meletakkan gelas kosong di meja, sedankan matanya menatapku tanpa berkedip. Mata hitam yang bermagnet.
"Tetapi ada yang harus kita bicarakan dulu," kataku. Aku ingin menghapus semua keraguanku. Aku belum siap pindah ke Pulau Bunga dan melepas pekerjaanku. Aku perlu sedikit waktu untuk mengaturnya. Menikah bukan seperti membalik tangan. Semakin berumur, aku semakin berhati-hati dalam membuat keputusan.
"Aku siap membicarakan, tetapi pertanyaanku, apakah kamu bersedia menjadi istriku?" Kenny berjalan mendekat dan berdiri di depanku, dekat sekali, sehingga nafasnya bisa kurasakan, aroma tubuhnya bisa kuhirup dan otot di wajahnya jelas terlihat. I love this man!
Tetapi mulutku kembali terkunci. Pesona Kenny begitu kuat membuatku merasa lumpuh dan tidak mampu berpikir.
"Aku ingin kita mempunyai anak, dan membesarkan mereka berdua, sampai kita menua," kata Kenny. Kalimatnya terlalu manis, perempuan mana yang tidak terhanyut oleh pernyataan cinta seperti itu?
Itulah impianku ketika muda, lima tahun lalu. Impian yang terbuang ketika Kenny menikah dengan Marina.
"Laura ..."
Aku mengangguk, ketika airmataku bergulir ke pipi. Kenny menarik tubuhku dan memeluknya dengan erat. Aku berada dalam dekapan hangat yang memberiku rasa aman, aku tidak sendiri lagi, ada tangan Kenny yang kuat melindungiku, lengannya yang memberi rasa aman dan ada seseorang tempatku berbagi.
"Terima kasih sayang, kamu membuat hidupku semakin berarti." Kata Kenny.
Aku menyembunyikan wajah di dada Kenny, melepas keraguan dan merasa lega.
"Ibu bersyukur untuk semua kebaikan hari ini. Apa kalian tidak lapar? Itu makanan sudah dingin." Kata ibu.
Nuggie menundukkan kepalanya.
"Mari kita merayakannya dengan makan Bersama." Kata Nuggie.
Kenny mencabut dua tangkai mawar. Satu diberikan kepadaku dan satu kepada ibu.
"Saya berterima kasih ada seseorang yang mengirim bunga dan saya tahu, bunga ini cantik, tetapi hati Laura tidak tergoda kepada pengirimnya. Begitu bukan?" tanya Kenny.
"Ah…"
Kenny menyematkan mawar merah di telingaku.
"Tidak bertanya siapa yang mengirim mawar ini?" tanyaku.
"Tidak perlu, tetapi kalau mau memberi tahu juga boleh" kata Kenny.
Kami tertawa.
Ibu mengajak kami duduk menghadap makanan yang disiapkannya setelah memanaskan beberapa hidangan di microwave.
"Jadi apa yang kamu ingin rundingkan?" tanya Kenny.
"Banyak, nanti kusiapkan secara tertulis, kalau kamu setuju kita menikah." kataku.
"Aku akan menandatangani dengan mata terpejam," Kenny bercanda dengan tawanya yang riang.
"Hey… hati-hati kalau ada yang memberatkanmu?"
"I know you well, honey…" suaranya yang dalam menghanyutkanku, juga kepercayaannya.
Aku memutar mata… bagaimana dia percaya begitu saja… padahal aku akan mengatakan bahwa aku belum siap untuk pindah ke pulau Bunga.
Proyek buku kami masih banyak, mungkin aku harus pulang pergi untuk mengurus pekerjaan. Dan… aku belum siap untuk hamil dalam tahun pertama pernikahan.
Sanggupkah Kenny memberikan janjinya? Kutatap matanya dan Kenny sama sekali tidak terlihat cemas. Baiklah, kita lihat nanti, dia harus menyetujui perjanjiann yang kuajukan. Egoiskah aku?
***